Keilani Nassandra telah dijatuhi talak tiga oleh Galang Hardiyata, suaminya.
Galang masih mencintai Kei begitu juga sebaliknya, Kei pun masih mencintai Galang, teramat sangat mencintai lelaki yang sudah berkali-kali menyakiti hatinya itu.
Kei dan Galang berniat rujuk kembali, akan tetapi, Kei harus menikah terlebih dahulu dengan lelaki lain, setelah Kei dan lelaki lain itu bercerai barulah mereka bisa rujuk kembali.
Oleh sebab itu Galang meminta bantuan temannya di salah satu club eksklusif yang Galang Ikuti Hardhan Adipramana untuk bersedia menikahi Kei dan segera menceraikan Kei setelah mereka melewati malam pertama.
Bagaimana reaksi Galang begitu mengetahui Hardhan adalah Presdir dari beberapa perusahaan terbesar abad ini?
Mampukah Kei bertahan dengan sikap dingin dan arogan Hardhan?
Dan pada akhirnya ...
Ketika cinta harus memilih ...
Siapakah yang akan dipilih Kei?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nicegirl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bonjour Paris
Akhirnya setelah kurang lebih enam belas jam, Kei, Hardhan, Alex dan beberapa anak buahnya sampai juga di kota Paris. Mobil mewah yang tadi menjemput meraka di bandara CDG, kini melaju mulus di jalanan ibukota dengan julukan kota cinta ini.
Kei melihat pemandangan di luar jendela mobil, melihat matahari bulan April yang cerah, dan langit biru yang jernih
"Kau sudah pernah ke Paris sebelumnya?" tanya Hardhan memecah kesunyian.
Kei menggeleng pelan tanpa mengalihkan pandangannya.
"Ada ungkapan yang mengatakan Paris adalah Paris. Maksudnya ada begitu banyak hal menarik dan orisinal di Paris, yang menjadikan kota ini mempunyai keajaiban yang istimewa dan tak terlupakan. Keajaiban yang mampu ,emesona semua orang yang berkunjung ke sini. Kota ini penuh dengan gairah, Paris seperti hidup dan bernapas."
Kei mengalihkan pandangannya ke Hardhan, tidak yakin pria itu serius atau tidak dengan ucapannya, "Sepertinya kamu sering ke sini?"
"Ya, cukup sering."
"Aku ingat, dulu semasa SMA ada satu geng wanita, mereka tidak menerima anggota yang belum pernah ke Paris." Kei tertawa pelan sebelum melanjutkan, "Terdengar konyol kan?"
"Mereka tidak menerimamu?" tanya Hardhan
"Oh bukan, aku tidak pernah tertarik masuk geng itu!" Kei begidik.
"Karena mereka kumpulan wanita-wanita picik?"
Kei mengangguk.
"Lihat di luar sana."
Kei menoleh ke arah yang Hardhan tunjuk, terlihat Menara Eifel yang menjulang tinggi. Menara yang biasa Kei lihat di foto atau di dalam film-film yang ia tonton, kini ia lihat langsung dengan mata kepalanya sendiri. Kei mengeluarkan handphone dari dalam tasnya, dan mengabadikannya dengan foto dan video.
"Nanti kita akan makan malam di sana."
"Tidak bisa kah kita tidur saja hari ini? Aku lelah. Sepertinya kakiku juga bengkak, terlalu lama duduk di pesawat."
"Ahh sayang sekali, aku sudah memesan tempat di sana, apa kau yakin tidak ingin mencoba masakan chef terkenal?"
Kei menguap lebar, menutup mulutnya dengan tangan, "Lihat nanti saja."
Mobil berhenti di gedung apartment mewah, dengan air mancur yang menari-nari indah di tengah taman kecil di seberang pintu masuk lobby. Petugas yang berjaga di depan pintu masuk pun langsung menyapa mereka,
"Bonjour, Monsieur."
"Bonjour, Mademoiselle."
Hardhan menghampiri salah satu petugas itu, berbicara dengan bahasa Prancis yang fasih. Sebelum akhirnya menuntun Kei menuju lift pribadi, membawa mereka ke lantai teratas apartment ini.
"Sepertinya mereka mengenalimu."
"Seperti yang tadi ku bilang, aku cukup sering ke sini, dan aku pemilik salah satu penthouse di sini."
Mulut Kei membentuk huruf O tanpa suara.
Pintu lift terbuka, mereka melangkah keluar ke koridor dengan karpet tebal, Hardhan menekan deretan angka yang menjadi password pintu, hingga pintu terbuka lebar.
Kei melangkah masuk ke dalam, melewati lorong kecil yang mengarah ke bagian dalam apartment, ke ruang duduk yang terlihat megah dan elegant, dengan pilar-pilar kokoh dan jendela besar yang menjulang tinggi sampai ke langit-langit, dan memanjang dari sudut kanan sampai sudut kiri.
Tirai-tirai berwarna sama dengan warna sofa menjuntai sampai ke lantai, tidak ada sekat yang memisahkan ruang duduk, dapur dan ruang makan, membuat penthouse ini terlihat semakin luas. Terdapat satu pintu yang menuju kamar mandi lantai bawah, dan pintu ke arah balkon.
Kei mendapati dirinya melangkah ke luar balkon, terdapat kolam renang pribadi dengan taman kecil dan beberapa kursi sun lounger. Di sudut kanan terdapat ruang kecil untuk barbequean. Balkon ini menghadap langsung ke menara eifel, membuat Kei sekali lagi merasa takjub.
Kei kembali masuk ke dalam, melihat Hardhan setengah duduk di meja makan, dengan kedua tangan dilipat di depan dada, memandang Kei dengan senyum manisnya.
Belum puas bereksplorasi, Kei menaiki tangga ke lantai 2, terdapat ruang duduk dengan TV besar dan dua pintu kamar tidur. Dari lantai ini bisa terlihat langsung sebagian ruang duduk dan dapur di lantai bawah.
Kei membuka pintu kamar, tidak terlalu berbeda dengan kamar Hardhan, tempat tidurnya, sofa, dua kursi santai di sebelah jendela, dan pintu kaca yang mengarah ke balkon, dan ruang pakaian dengan beberapa gaun dan jas yang sudah terjajar rapi.
Membuka pintu balkon Kei langsung bisa melihat Menara Eifel, dengan beraneka ragam orang dari berbagai negara yang lalu lalang di sekitar Menara itu. dari balkon kamar ini Kei bisa melihat kolam renang, dan balkon lain kamar yang satunya lagi. Ada dua kursi dengan meja bulat di tengahnya, dan beberapa pot bunga yang sebagian sudah mulai melayu.
"Kau suka?" tanya Hardhan.
"Pemandangannya jauh lebih indah dari kamar ini."
Kei menghampiri salah satu pot bunga yang sudah layu, "Kenapa kamu meletakkan pot bunga di sini? Sedang kamu jarang datang untuk menyiramnya, kasihan mereka."
Hardhan terkekeh pelan, "Oh Madame Agathe mungkin lupa menyiramnya."
Dengan cepat Kei berbalik menatap Hardhan, "Madame Agathe?" tanyanya sinis.
"Yah dia yang membantuku membersihkan penthouse ini. Dia wanita yang baik, sedikit eksentrik, wanita yang sangat menyenangkan dan mudah di ajak bicara, kau pasti akan menyukainya," jelas Hardhan.
Jadi begini rasanya mendengar suami memuji wanita lain di depannya? sungut Kei dalam hati.
Sambil menyeringai lebar Hardhan menyentil kening Kei, "Jangan memberengut seperti itu, dia wanita tua berumur lima puluh tahun, jadi jangan cemburu."
Cih siapa juga yang cemburu? gerutu Kei dalam hati sambil menusap keningnya.
"Yang kamu tidak tahu adalah ... Aku tidak bisa bahasa Prancis, jadi percuma saja walaupun wanita itu mudah di ajak bicara."
"Madame Agathe, dia janda dari warga negara kita, jadi dia bisa bahasa kita, Sayangku. Dan bahasa inggrisnya juga lancar. Sebelumnya madame Agathe juga sudah akrab dengan ... " Hardhan terdiam sebentar, lalu mengibaskan tangannya, "Yang pasti kau juga akan segera akrab dengannya "
"Sebelumnya dia akrab dengan siapa?" pancing Kei.
Untuk beberapa saat Hardhan terdiam sebelum akhirnya menjawab, "Mama dan adikku."
Rasa bersalah kembali menghujam Kei, untuk kedua kalinya ia mengingatkan Hardhan kepada mendiang adiknya. Kei menghampiri Hardhan dan meraih tangannya, "Hardhan, Aku ... "
"Sayang, sebaiknya kamu segera mandi dan berganti pakaian, dan ingat kapan terakhir kalinya kamu mandi?"
"Kamu tidak perlu mengingatkanku. Kalau udaranya tidak dingin, aku pasti langsung nyebur ke kolam renang itu, mengingat badanku yang sudah lengket."
Kei melepas tangannya dari Hardhan lalu kembali masuk ke dalam kamar, dan membuka pintu kamar mandi. Isinya sama dengan kamar mereka di rumah, hanya saja di sini Shower sherle wagnernya tidak berlapis emas dua puluh empat karat.
Dan yang membuat Kei kesal, didalamya sudah tersedia perlengkapan mandi yang super lengkap dengan beberapa botol parfum dari brand ternama. Mata Kei langsung menyipit, memandang pantulan dirinya sendiri di kaca.
Raksasa itu pasti sedang menggodaku sewaktu menyuruhku membawa perlengkapan mandiku! Aaarrgggh!
kesetiaan antar keluarga
ceritanya ngangenin walaupun sudah tau endingnya tapi masih semangat baca lagi