Saat semuanya masih dalam keadaan damai situasi yang tak disangka terjadi.
Virus yang entah datang dari mana menguasai sekolah saat melihat diberita dalam talian rupa-rupanya bukan hanya sekolah tetapi virus itu telah merebak diseluruh dunia saat ini.
Bagaimana caranya untuk mereka bertahan hidup diakhir dunia yang seperti ini?
yuk ikuti kelanjutannya..jangan lupa ninggalin jejak kalian dengan Like dan komen Author ya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shuhajar@24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 21
Kumpulan itu mengangguk setuju, bersyukur kerana berpeluang berehat dan berkumpul semula. ShuFia menuju ke rumah sakit sementara, di mana Erika, Aisha, dan Rose sudah bekerja keras merawat mereka yang cedera.
"ShuFia!" Erika berseru, memandang ke atas dari luka pesakit. "Syukurlah anda berada di sini. Kita boleh menggunakan sepasang tangan tambahan untuk membantu kami"
ShuFia mengangguk, menyingsingkan lengan bajunya. "sudah tentu. Beritahu saya apa yang anda perlukan untuk saya lakukan."
Aisha mendongak dari katil berdekatan, matanya melebar sedikit apabila dia melihat keadaan pakaian ShuFia. "ShuFia... adakah awak tidak apa-apa? Anda kelihatan seperti anda telah melalui neraka sebelumnya lihatlah pakaian yang terdedah dan darah itu."
Rose menghampiri ShuFia, dengan lembut memegang lengannya dan memeriksa luka yang dalam. "Ini memerlukan jahitan," dia bergumam. "Dan saya pasti terdapat lebih banyak luka yang tersembunyi di sebalik semua darah itu."
"Tidak, jangan risau, darah ini hanyalah darah pelajar yang dijangkiti jadi semuanya. Huft. Jagan bimbang bahawa kebanyakannya hanyalah goresan kecil dari objek tajam dan bukan calar atau gigitan oh.. Terdapat pelajar baharu yang terselamat daripada situasi ini mereka Hana dan Aoi, anda boleh meminta bantuan mereka jika diperlukan. Dalam tiga jam kita akan berkumpul ada sesuatu yang ingin saya bincangkan dengan semuanya menganai langkah kita yang selanjutnya"
ShuFia berkata panjang lebar, mereka kagum dengan sikap kepimpinan yang dimiliki ShuFia pada masa itu, kecuali Aisha, dia benar-benar tidak menyukai ShuFia, dia ingat ketika mereka kembali, dia cuba berbaik hati dan mengambil hati Takeru tetapi diabaikan dengan sangat dingin oleh Takeru Kerna ShuFia ini semua salahnya pikir benak Aisha tidak terima.
Yang lain mendengar dengan teliti semasa ShuFia bercakap, kagum dengan sikapnya yang tenang dan terkumpul dalam menghadapi kekacauan sedemikian. Erika mengangguk setuju.
"Tiga jam sepatutnya memberi kita masa yang cukup untuk menstabilkan keadaan semua orang. Kami akan bersedia untuk mesyuarat itu."
Aisha, bagaimanapun, tidak dapat menahan diri daripada mengejek kata-kata ShuFia secara senyap-senyap. Dia masih ingat bagaimana ShuFia telah cuba mencuri kasih sayang Takeru, dan penolakan itu masih menyengat. Tetapi dia menyimpan fikirannya untuk dirinya sendiri, mengetahui bahawa sekarang bukan masanya untuk cemburu kecil.
Rose selesai menjahit luka ShuFia dan berdiri. "Di sana. Itu sepatutnya melakukannya buat masa ini. Anda harus berehat selagi anda boleh, ShuFia. Anda telah melalui banyak perkara hari ini."
ShuFia tersenyum bersyukur kepada Rose ia hanya menatap Aisha sekilas ia menyadari tatapan tidak suka Aisha yang tertuju padanya saat itu ia tidak peduli kenea situasi ini ia tidak punya waktu untuk memperdulikan hal sedemikian.
"Baik.. dalam satu jam lagi kita perlu berkumpul.. Saya juga tidak boleh berlama-lama di sini jika ada apa-apa yang kalian perlukan panggil saja Hana dan Aoi, mereka mungkin boleh membantu anda"
ShuFia memberitahu mereka bahawa dia melangkah pergi pada masa itu Takeru diam-diam menarik ShuFia ke gudang kecil di bahagian dapur.
Disaat yang bersamaan Rose dan Aisha saling mengambil kesempatan untuk keluar dari pintu belakang kantin.
jadi saat yang lainnya sibuk melakukan aktiviti seperti biasa Rose membawa Aisha untuk keluar menuju ke Klub Theater sebelumya Aisha terlihat begitu menginginkan baju seperti itu jadi rose pasti akan menunaikan apa yang diinginkan Aisha
mereka keluar secara sembunyi denagn memperbesarkan senjata kayu baseboll yang mereka temukan sebelumya..Aisha merasa takut ia mengenggam erat tangan Rose tak ingin melepaskan.
"Aisha..tidak apa..saya..ada..saya pasti akan. melindungi anda."
Rose terus melangkah ke setiap lorong saat mendengar suara mereka akan bersembunyi mencoba untuk tidak membuat suara saat itu mereka hampir saja akan tiba di ruang theater saat itu ada sosok Pelajar terinfeksi yang menyadari keberadaan mereka..Rose langsung membawa sosok pelajar terinfeksi itu pergi dna mengurung Aisha di ruangan theater sendirian.
"Tidak.. Rose..anda berada dimana..kembalilah.."ini kali pertama Aisha memohon seseorang untuk kembali padanya ini juga pertama kali Aisha merasa karut akan kehilangan seumur hidup nya ia tidak peduli pada sesiapa tapi untuk Rose..hanya dia yang bertahan untuknya jadi ia tidak ingin kehilangan Rose lebih dari ini.
Rose mengalihkan sosok itu menjauh dan memukulnya hingga tewas dengan susah payah ia kembali ke ruangan Theater dengan senyuman ia melihat Aisha yang terlihat begitu ketakutan.
"Aisha..Saya kembali.."
saat itu Aisha tidak pedulikan apa-apa ia langsung mendakap erat Rose dengan sedikit terisak saat ini ia takut jika harus kehilangan sosok satu-satunya yang peduli padanya di dunia yang telah berubah seperti ini ia takut..jika harus kehilangan Rose.
"Rose..saya mohon jangan tinggalkan saya lagi!"
Aisha terisak dengan suara pelan di dalam dakapan Rose saat itu denagn langkah pelan masuk ke ruangan Theater dengan langkah pelan menutup pintu ruangan menyisakan hanya keduanya saat itu.
"Aisha.. sekarang bukankah anda..ingin mencari kostum..yang anda inginkan kita harus segera jika tidak..kita akan sukar buat kembali lagi"
Rose menepuk pundak Aisha yang saat itu langsung menghapus jejak air matanya sendiri langsung bangkit mencari beberapa pakaian yang ingin ia kenakan saat itu,Rose tersenyum seraya ikut mencari pakaian untuk mereka kenakan.
Dan akhinya Aisha mengenakan pakaian seorang putri dari tanah Mesir dan dirinya berpakaian berlitup topeng seperti penjaga bayangan saat itu keduannya ketawa bahagia untuk sesaat bunyi nyaring dari luar tersebar keduanya langsung terdiam.
"Aisha..kita harus pergi sekarang jika tidak kita akan terlambat"bisik Rose mengenggam erat tangan Aisha ingin melihat tekad Aisha saat itu.
"iya kita akan kembali bersama"
Aisha menatap penuh tekad menguatkan keberanian denagn tingkat besi yang dibawanya ia akan gunakan untuk mempertahankan diri nya dari situasi yang memungkinkan membahayakan dirinya,ia tidak ingin membebankan rose untuk terus menerus melindungi nya setiap saat.
"Baiklah sekarang kita harus bergegas"Rose langsung memimpin mereka keluar melalui setiap lorong menghindar setiap kali terdengar bunyi dia setiap lorong mereka mencoba untuk tidak bertemu dengan beberapa pelajar terinfeksi sebisa mungkin.
saat itu mereka hampir sahaja akan sampai ke kantin terlihat sosok guru yang terinfeksi jatuh dari atas bangunan membuat keduanya kaget.
"sial..Aisha..pergi anda..masuk terlebih dahulu"ujar Rose mencuba menahan sosok guru yang begitu kuat yang sekan ingin menerkam mereka saat itu.
",tapi Rose..anda bagaimana?"Aisha teragak-agak untuk meninggalkan Rose saat itu.
"jangan risau saya akan kembali..anda percaya saya bukan"Rose mencoba sekuat tenaga untuk menahan sosok guru yang terinfeksi itu ia takut jika terus berlama-lama para murid terinfeksi lainnya akan datang Kerna bunyi bising yang dibuat mereka saat itu.
"pergi Aisha.."Rose tidak kaut menahan sosok guru yang terinfeksi ini ia langsung mengalihkan sosok guru itu menjauh saat itu Aisha ingin mengejar Rose tetapi langsung ditarik oleh sosok iris untuk masuk ke dalam kantin segera.
Bersambung