NovelToon NovelToon
Cassanova - Dendam Gadis Buta

Cassanova - Dendam Gadis Buta

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Spiritual / Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Dendam Kesumat
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Wida_Ast Jcy

Casanova seorang gadis cantik. Namun sayang sekali ia memiliki kekurangan. Kedua matanya buta. Meski ia buta ia merupakan kembang desa. Karena kecantikannya yang luar biasa. Dan ia pun memiliki keahlian pandai mengaji. Ia pun bercita cita ingin menjadi seorang Ustadzah. Namun sayang...cita cita itu hanya sebatas mimpi dimana malam itu semuanya telah menjadi neraka. Saat hujan turun lebat, Casanova pulang dari masjid, ditengah perjalanan ia dihadang beberapa pemuda. Dan hujan menjadi saksi. Ia digilir secara bergantian lalu ia dicampakan layaknya binatang. Karena ia buta, para pemuda ini berfikir, ia tak mungkin bisa mengenali mereka. Dan mereka pun membiarkan Casanova hidup. Namun disinilah awal dendam itu dimulai. Karena sifat bejad mereka, mereka telah membangkitkan sesuatu yang sangat menakutkan didesa itu.

"Mata dibayar mata. Nyawa dibayar nyawa. Karena kalian keluarga ku mati. Maka satu persatu keluarga kalian juga harus mati.

Yuk... ikuti kelanjutan kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wida_Ast Jcy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29 BU RAHMI MENINGGAL

Casanova melangkah keluar kamar, mencari udara segar. Udara di luar terasa lebih dingin, dan angin sore membelai wajahnya. Casanova berdiri di ambang pintu rumahnya. Di kejauhan, suara azan semakin pelan, digantikan suara jangkrik dan binatang malam lainnya yang mulai bernyanyi.

Dengan cemas, Casanova menunggu ustazah Laila dan ibunya kembali, berharap membawa kabar baik tentang kesehatan ibunya. Dalam lamunannya, Casanova memejamkan mata, berusaha mengingat setiap detail mimpi tadi.

Firasat buruk menggelayut di pikiran Casanova. Jantungnya berdebar tidak karuan. Bayangan wanita cantik berselendang kuning, kotak misterius, dan hutan terlarang terus menghantuinya. Apa semua itu hanya bunga tidur, atau ada sesuatu yang lebih di balik semuanya? Sebuah misteri yang harus ia ungkapkan.

Lalu, tiba-tiba, kotak misterius itu terlintas dalam pikirannya lagi. "Kotak itu..." gumamnya pelan.

Mimpi aneh itu kembali hadir dalam benaknya. Wanita dalam mimpinya menyuruhnya untuk membuka kotak itu dan memberikan setetes darah. Apakah itu benar-benar hanya mimpi, atau pesan dari sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang ia tidak pahami?

Kegelisahan yang mengganggu mulai mencengkeram nya lebih dalam. Rasa penasaran yang kuat, lebih kuat dari peringatan hatinya, mendorongnya untuk bertindak. Tanpa sadar, Casanova mulai melangkah menuju kamar ibunya lagi, perlahan-lahan, seolah ada sesuatu yang menariknya kembali ke sana.

Jari-jarinya menggenggam tongkat kesayangan nya begitu erat. Ia pun meraba-raba dan menemukan kotak itu, ia genggam kotak itu begitu erat ketika ia mengangkatnya dari kasur. Tubuhnya bergetar, tidak tahu apakah ia harus mengikuti bisikan dalam mimpinya atau tidak.

Hati kecilnya memperingatkan agar Casanova tidak terbujuk rayuan setan. Ibunya selalu berpesan agar Casanova tidak membuka kotak itu, apalagi membangkitkan apa yang telah lama hilang di desanya tersebut. Sesuatu yang menyeramkan akan terjadi, dan akan sulit untuk lepas jika kita sudah bersekutu dengan iblis.

Namun, bayangan wanita itu membuatnya semakin bingung. "Bagaimana kalau memang ada jawabannya di sini?" pikir Casanova.

Namun, rasa penasaran yang jauh lebih besar dari rasa takut menguasainya. "Dan bagaimana jika wanita itu benar? Apa benar, aku akan bisa melihat dan membalaskan dendamku selama ini?" bisiknya lagi.

Dengan tangan gemetar, ia mulai membuka penutup kotak itu. Di dalamnya, terdapat secarik kertas kuno yang warnanya sudah mulai menguning. Casanova meraba-raba kertas itu.

Di bawah kertas kuno itu, ia merasakan sebuah kain panjang yang ia duga adalah sebuah selendang. Seketika, Casanova merasakan hawa dingin menyergap tubuhnya, seolah ada sesuatu yang mengawasinya dari kegelapan.

Casanova mundur selangkah, tiba-tiba merasa takut. Tetapi rasa penasaran mengalahkan ketakutannya. Ia mengulurkan tangannya untuk menyentuh selendang itu, namun sesaat sebelum jarinya menyentuhnya, ia mendengar suara dari luar rumah. Suara langkah kaki beberapa orang, diikuti ketukan di pintu berulang ulang.

"Casanova...

"Casanova...

"Casanova...

Terdengar suara seorang wanita dari luar rumah. Itu suara tetangganya, Bu Yati.

"Buka pintunya, Nak! Ibumu pulang," ucap yang lainnya.

Namun suara itu tak mencerminkan kegembiraan, terdengar seperti suara orang-orang yang panik dan bersedih. Casanova bangkit, kemudian berjalan dengan bantuan tongkatnya menuju pintu. Casanova membuka pintu rumahnya. Ia bisa merasakan hawa kesedihan yang menyelimuti, terdengar jelas isak dari beberapa tetangga yang datang.

"Ibu? Mana ibu? Ibu sudah sembuh? "tanya Casanova, tangannya menggapai-gapai, mencari sosok yang paling ia sayangi di dunia.

Ustazah Laila yang berdiri tak jauh dari beberapa bapak-bapak yang mengangkat tubuh ibunya yang ditandu dan ditutupi kain jarik itu langsung memeluk Casanova. Tangisnya pun pecah saat itu juga.

"Casanova, yang sabar, Nak. Bu Rahmi ibu mu sudah tak sakit lagi sekarang Nak," ucap Ustazah Laila, namun kata-kata itu tak mampu meredakan kecemasan Casanova.

Ia masih memeluk Ustazah Laila erat-erat, tubuhnya gemetar. Namun ia merasakan ada sesuatu yang aneh. Ia pun langsung bertanya.

"Kalau ibu sudah tidak sakit lagi? Ma-mana Ibu ustazah? Dimana ibu? Bu...ibu dimana? Ibu kenapa, Ustazah? Ibu sehat kan? Ibu sudah sembuh kan? tapi dimana ibu?" tanya Casanova, suaranya bergetar.

Ia mulai cemas, seolah mencari keberadaan ibunya yang saat itu terbujur kaku. Degupan jantungnya semakin tak menentu. Sesuatu yang buruk pasti telah terjadi terhadap ibunya.

Ustazah Laila mengusap lembut rambut Casanova, namun tatapannya nampak berat. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum berkata,

"Maafkan kami, Casanova. Ibumu... Ibumu sudah meninggal dunia saat hendak dibawa ke rumah sakit," ucap Bu Yati, suara isak tangisnya terdengar jelas. Kata-kata Bu Yati seperti belati yang menusuk jantung Casanova.

"Dugh...

Detak jantungnya tak karuan. Tangis Casanova mengoyak kesunyian senja yang hampir tenggelam. Jeritan pilu memecah kesunyian, mengungkapkan duka yang begitu dalam. Satu per satu tetangga datang, namun ucapan belasungkawa mereka tak mampu meredakan kepedihan yang menghancurkan dunianya. Suasana duka begitu pekat, terasa mencekik.

"Nyawa ibumu tak bisa diselamatkan, Casanova. Kami minta maaf," kata-kata Ustazah Laila menusuk seperti belati tajam, menghujam dadanya hingga Casanova terjatuh tak mampu berdiri.

Hati Casanova luluh, seluruh tubuhnya terasa kaku sebelum akhirnya ia jatuh pingsan di tengah kerumunan orang-orang yang berduka. Kehilangan ini terasa begitu berat, seperti gadis malang yang dikejar musibah demi musibah.

Saat malam menjelang, rumah kecil Casanova dipenuhi pelayat. Cahaya temaram lampu rumah dan lilin-lilin yang dinyalakan di sudut-sudut rumah menciptakan bayangan-bayangan aneh di dinding. Suasana tampak mencekam malam itu.

Para tetangga bekerja bahu-membahu menyiapkan pemakaman. Bau yang tidak sedap mulai tercium dari jenazah Bu Rahmi, seakan alam begitu cepat ingin mengembalikannya ke tanah. Keheningan malam itu terasa begitu berat.

Rencananya, jenazah Bu Rahmi akan dimakamkan malam itu juga. Karena tubuh Bu Rahmi sudah mulai mengeluarkan bau yang tidak sedap. Warga pun tak ingin menunggu sampai esok, apalagi tidur semalaman di rumah Casanova yang terasa semakin dingin dan angker.

Baru beberapa hari kepergian Kayano adiknya. Kini ditambah lagi kepergian ibunya. Hal itu yang membuat warga tampak ketakutan, dalam beberapa hari dirumah itu dua orang yang meninggal. Kesedihan bercampur aduk dengan ketakutan.

Di kamar mandi belakang, di tengah kesunyian yang mencekam, beberapa ibu-ibu membantu Ustazah Laila memandikan jenazah Bu Rahmi. Tubuh Bu Rahmi yang pucat kaku terbaring di atas dipan kayu. Tampak luka-luka di sekujur tubuhnya sangat mengerikan, mengeluarkan darah dan nanah yang berbau anyir. Membuat mereka bergidik.

Namun dengan hati hati, Ustazah Laila membersihkan nya, dengan raut wajah yang menunjukkan kesedihan dan keheranan. Sementara yang lainnya, tampak merinding melihat keadaan Bu Rahmi. Mereka saling bertukar pandang, seolah ada pertanyaan yang tak terucapkan.

Apa dan kenapa Bu Rahmi bisa meninggal dengan penyakit yang begitu tragis.

BERSAMBUNG...

1
Susi Santi
bgus
Wida_Ast Jcy: tq untuk 5star nya ya😘😘😘
total 1 replies
Susi Santi
up yg bnyak dong thor
Wida_Ast Jcy: ok... say. tq sudah mampir.
total 1 replies
Anyelir
hai kak aku mampir
mampir juga yuk kak ke karyaku
Wida_Ast Jcy: ok say. baiklah...tq ya sudah mampir dikaryaku. 🥰
total 1 replies
Susi Santi
plis lanjut thor
Wida_Ast Jcy: Hi... say. tq ya sudah mampir. Ok kita lanjuti ya harap sabar menunggu 🥰
total 1 replies
Wida_Ast Jcy
jangan lupa tinggal kan jejak nya yah cintaQ. TQ
Wida_Ast Jcy
Jangan lupa tinggal kan jejak nya disini ya cintaq. coment dan like
Wida_Ast Jcy: tq say.... atas komentar nya. yuk ikuti terus cerita nya. jgn lupa subscribe dan like yah. tq 😘
Nalira🌻: Aku suka gaya bahasanya... ❤
total 2 replies
Wida_Ast Jcy
Hi.... cintaQ mampir yuk dikarya terbaruku. Jangan lupa tinggal kan jejak kalian disini yah. tq
Wida_Ast Jcy
😘😘😘
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!