Pemuda 18 tahun yang hidup sebatang kara kedua orangtuanya dan adeknya meninggal dunia akibat kecelakaan, hanya dia yang berhasil selamat tapi pemuda itu harus merelakan lengan kanannya yang telah tiada
Di suatu kejadian tiba-tiba dia mempunyai tangan ajaib dari langit, para dewa menyebutnya golden Hands arm sehingga dia mempunyai dua tangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sarunai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
"Hahahaha… tak sia-sia aku mempelajari teknik terlarang itu selama seratus tahun," seru Richard dengan tawa menggema. Aura kegelapan mengamuk di sekeliling tubuh barunya. Jika sebelumnya ia menjadi tengkorak hitam telah menggandakan kekuatannya, kali ini kekuatannya meningkat berkali-kali lipat.
Ternyata selama ini, Richard menyimpan teknik rahasia tingkat tinggi yang ia dapatkan disebuah Gua bekas tempat tinggal Kultivator jahat. ia hanya memberikan teknik versi rendah dan tak sempurna kepada bawahannya, membuatnya satu-satunya yang mampu menampung kekuatan sebesar ini.
Aura bahaya yang dipancarkan Richard kini cukup untuk membuat udara di sekitar mereka bergetar. Matanya menatap tajam, membaca setiap gerakan monster di depannya.
"Bocah... berbangga dirilah, karena kau akan mati di saat aku mengeluarkan kekuatan penuh ku yang belum tentu orang lain bisa mendapatkannya." Kata Ricard dengan raungan yang mengerikan.
Dia mengangkat pedang hitamnya yang kini membesar, menyesuaikan tubuh barunya. Aura kegelapan menyelimuti bilah itu seperti api neraka yang mendesis.
WUSSSHH!!
Dia meleset kearah Han dengan kecepatan yang luar biasa, meskipun tubuhnya besar itu tidak menjadi masalah baginya.
Han merasakan alarm bahaya berdentum di kepalanya. Tak sempat menghindar, dia memaksa tubuhnya mengeras dan menyambut serangan itu dengan tinjunya.
BAAAAMMMM!!!
DUUAAAARRRRRRRRRR!!!
Benturan mereka menciptakan gelombang kejut yang brutal, seperti ledakan bom. Tanah terbelah, udara terhantam deras. Han terlempar sejauh lima puluh meter, menghantam tanah keras dan meninggalkan jejak panjang seperti kawah kecil. Sementara Richard hanya terdorong mundur sepuluh meter.
Engh!
Han memuntahkan darah segar. Golden Hand Arm miliknya memang berhasil menahan serangan brutal tadi, tapi dampaknya tetap menghantam tubuh fisiknya. Untung saja tubuh kekosongannya mulai bekerja, mempercepat proses regenerasi luka-lukanya.
Richard terdiam sejenak, matanya membelalak.
“Apa… dia masih bisa berdiri?” batinnya tak percaya. Tinju yang seharusnya menghancurkan musuh seketika, kini justru tak membuat pemuda itu roboh.
"Sungguh anak muda yang sangat berbakat, tidak ku sanga ada pemuda yang sangat mengerikan di negara ini. tapi bagaimana dengan ini?" dia kembali menyerang Han tanpa menahan kekuatannya, tapi kali ini dia menyerang menggunakan pedang besarnya.
Han tak lagi bisa bersikap santai. Aura lawan kini sudah mendekati kehancuran absolut. Tak ingin ambil risiko, ia mengangkat tangan dan dari udara kosong di sisinya, muncul Pedang Roh. hitam legam, berkilau menyeramkan.
Richard terkejut melihat pedang hitam legam itu muncul tiba-tiba di genggaman anak muda itu, aura yang dikeluarkan dari pedang itu jauh lebih kuat dari miliknya. Hawa kematian dari pedang itu begitu kuat, begitu nyata, seolah telah merenggut jutaan nyawa di medan perang.
nafasnya tercekat, perasaannya tidak enak, ingat menghindar pun percuma karena jarak mereka semakin dekat.
SLAAASHHH!!!
BRUKK!!
Darah hitam menyembur liar. Tubuh Richard terbelah dua, dari bahu ke pinggul. Han masih dalam posisi menebas, nafasnya berat namun lega.
Namun…
ZRRRT…
Tubuh yang terbelah itu berdenyut, potongan daging mulai menarik satu sama lain, darah hitam yang berserakan mengeliat. Urat-urat hitam menjulur, menyambung dua belahan tubuh itu kembali.
Alis Han terangkat tajam. “Regenerasi... dengan kekuatan gelap tingkat tinggi.”
Richard berdiri kembali, tertawa pelan. “Kau pikir semudah itu membunuhku?” Suaranya berat, terdistorsi, seperti dua suara bersamaan dari dunia yang berbeda.
"menarik!" gumam Han, bukannya gentar justru dirinya terlihat bersemangat.
ia kembali bergerak dan menebaskan pedangnya kepada Richard yang masih menyombongkan diri.
Slashhh...
Brukkkk...
Slashhh...
Brukkkk...
Berkali-kali Han menebas tubuh Richard, namun seperti daging yang dipasangi kutub magnet, potongan tubuh itu selalu menyatu kembali. Tak peduli seberapa dalam, seberapa cepat, regenerasi gelap Richard terus bekerja.
Namun itu tak gratis—setiap kali tubuhnya terbelah, rasa sakit luar biasa menghantamnya. Jeritan dan geraman memenuhi area sekitar. Tubuhnya menggeliat, menggigil dalam penderitaan.
"Ak-aku menyerah... ampuni aku," ucap Richard dengan suara parau, tubuh besarnya jatuh berlutut, gemetar.
Han menarik napas dalam. Ia memandang Richard dengan mata dingin sebelum akhirnya menyimpan Pedang Roh kembali ke cincin ruang.
Langkah Han perlahan mendekat, aura membunuhnya mulai mereda. Wajahnya datar. Tenang. Tanpa emosi.
Namun di balik kepala yang tertunduk itu, senyum busuk Richard merekah.
"Kemari lah bocah sialan! aku akan membunuhmu dan mengambil pedang misterius mu itu" batin nya kegirangan, dia mengira jika pedang itu bisa menghilang dan akan muncul jika di panggil, sehingga membuatnya berhayal jika mendapatkan pedang itu dia tidak perlu lagi membawa senjata kemana pun di pinggangnya.
Begitu Han berada di hadapannya…
WUSS!!!
Dengan kecepatan mengerikan, Richard mengayunkan pedangnya ke arah leher Han!
CETAH!!!
Waktu seolah berhenti.
Richard menatap pedangnya… hancur. Retak. Remuk.
Dihancurkan dengan satu tangan oleh Han. Tanpa pedang. Tanpa emosi.
Han menatap Richard—dingin, nyaris membeku. Tangan kanannya menjepit pedang itu seperti mematahkan ranting kering.
Seketika itu juga, tangan kiri Han mencengkeram leher Richard dan mengangkat tubuh besar itu ke udara.
Richard menggeliat, mencakar pergelangan tangan Han, matanya membelalak, tidak percaya dengan kekuatan absolut yang menggantungkan tubuh dua meter miliknya begitu mudah.
"Kau pikir aku selemah imajinasimu?" bisik Han dingin, suara itu lebih menusuk dari pedang mana pun.
Richard merasakan jika aura kegelapannya tiba-tiba di serap oleh kekuatan yang luar biasa, membuatnya terus berontak dan berteriak kesakitan. jika sebelumnya dia yang mengorbankan kedua orang kepercayaannya untuk meningkatkan kekuatan, kini justru berbalik.
Hingga beberapa saat kemudian...
BOOM!!
BOOM!!
ledakan energi menguncang sekitar, Han. menerobos dua tingkat sekaligus membuatnya berada di ranah Grandmaster puncak.
Aura emas kehitaman menyelimuti tubuhnya, menciptakan getaran yang menelan apapun di sekitarnya—seperti dewa penghakiman turun ke dunia.
Tanpa berkata apa-apa lagi, Han membalikkan badan, meninggalkan puing-puing, genangan darah, dan tubuh-tubuh yang terkubur di bawah reruntuhan.
Tak ada satu pun yang selamat. Markas Tengkorak Hitam kini hanya tinggal legenda kelam yang dibungkam oleh seorang pemuda.
dia mengurungkan niatnya untuk menjadikan mereka Sekutu, Sebelumnya, Tapi setelah melihat kenyataan mengerikan dari ingatan Richard, pikirannya berubah.
Tujuh gadis perawan… setiap tahun…
Ritual terlarang, pemujaan darah, bahkan bayi tak berdosa...
Demi kekuatan.
Hati Han membara, bukan karena kekuatan… tapi karena kemuakan.
“Tidak ada pengampunan... untuk iblis yang menyamar sebagai manusia.”
Satu-satunya keadilan bagi mereka adalah kematian. Dan dia telah memastikan, itu terjadi.
Ya, Han memang mampu mengambil ingatkan musuh, begitu ia menyerap aura kegelapan lawan sehingga dia tau perbuatan mereka semua selama ini.