Milana, si gadis berparas cantik dengan bibir plum itu mampu membuat Rayn jatuh cinta pada pandangan pertama pada saat masa kuliah. Namun, tak cukup berani menyatakan perasaannya karena sebuah alasan. Hanya diam-diam perhatian dan peduli. Hingga suatu hari tersebar kabar bahwa Milana resmi menjadi kekasih dari teman dekat Rayn. Erik.
Setelah hampir dua tahun Rayn tidak pernah melihat ataupun mendengar kabar Milana, tiba-tiba gadis itu muncul. Melamar pekerjaan di restoran miliknya.
Masa lalu yang datang mengetuk kembali, membuat Rayn yang selama ini yakin sudah melupakan sang gadis, kini mulai bimbang. Sisi egois dalam dirinya muncul. Ia masih peduli. Namun, situasi menjadi rumit saat Erik mencoba meraih hati Milana lagi.
Di antara rasa lama yang kembali tumbuh dan pertemanan yang mulai diuji. Bagaimana Rayn akan bersikap? Apakah ia akan mengikuti sisi dirinya yang egois? Atau harus kembali menyerah seperti dulu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meridian Barat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 1 (Kehidupan Milana)
"Milana!"
Suara cempreng itu kembali menyerukan satu nama. Nama gadis yang tidak cukup sekali dipanggil untuk dibangunkan, sambil menggedor pintu kos gadis yang dipanggil Milana itu.
"Milan! Bangun! Kau ada interview kerja, hari ini! Jangan bilang kau masih tidur!" Wanita berambut sebahu itu menggedor kembali pintu kos. Dia adalah Firsha, tetangga kos Milana.
"Astaga! Anak ini benar-benar." Firsha menggeram tertahan karena pintu yang sejak 10 menit lalu digedornya tak kunjung dibuka oleh sang penghuni.
"Kalau kamu nggak bangun, aku dob ... astaga!" seru Firsha. Sesaat setelah pintu yang sedari tadi digedor akhirnya dibuka oleh sang empunya. Menampilkan seorang gadis dengan wajah khas bangun tidur, lengkap dengan setelan piyama berwarna navy dengan celana panjang motif kotak-kotak perpaduan warna putih navy. Gadis itu menguap sambil mengucak matanya dengan santai.
"Astaga, Milan! Kok, kamu baru bangun, sih!" protes Firsha dengan gerakan tertahan.
Sang gadis yang dipanggil Milana itu tak merespon. Sibuk menggeliat khas orang baru bangun tidur.
"Milan ...." Lagi, Firsha menggeram tertahan.
"Apa sih, Kak? Pagi-pagi udah gedor-gedor kost-an orang! Mau pinjam duit? Maaf, gak ada. Aku 'kan baru dipecat lima hari yang lalu," ujar Milana dengan santai. Lalu kemudian menyandarkan kepala pada bibir pintu dengan tangan terlipat di dada.
Firsha berkerut. "Heh!" Tangannya memukul lengan Milana. "Siapa yang mau pinjam duit sama kamu, eh? Kamu, tuh, yang sering pinjam duit sama aku!" katanya. Sewot. Disertasi cibiran halus di bibirnya. "Lagian ya ... Pantas aja kamu dipecat, jam segini baru bangun. Pasti kerja telat mulu, 'kan?" Firsha geleng-geleng. Tak habis pikir dengan gadis yang dua tahun lebih muda darinya itu.
Milana dan Firsha saling mengenal sejak 22 bulan yang lalu, ketika Milana baru pertama kali menjadi penghuni kamar indekos tersebut.
Milana hanya mendengkus. Wajah baru bangun tidurnya masih di sana, lalu dia berbalik tak acuh sembari menjauhkan kepala dari bibir pintu, hendak masuk kembali. Namun, dengan gerakan cepat dan tanpa rasa belas kasihan, Firsha menarik kerah piyama bagian belakang Milana hingga gadis itu ikut tertarik ke belakang.
"Eh! Mau kemana?" sergah Firsha seraya membawa tubuh Milana mendekat padanya.
Milana berdecak. "Tidur, lah ... ngantuk," jawabnya santai.
Hidung Firsha berkerut sebal. "Tidur? Enak aja! Kamu lupa, eh? Hari ini kamu ada interview di tempatku kerja! Lupa?" tanyanya dengan nada sarkas. Disertasi tatapan tajam.
Milana membeliakkan mata, "Interview? Hari ini?" tanyanya.
Firsha berdecak. "Iya, lah, hari ini ... Jam delapan! Sudah ingat?" tanyanya. Masih dengan nada sarkas.
Milana tampak berpikir, kemudian mengangguk sekali. "Ingat," jawabnya dengan sangat santai.
Firsha berdecak kesal. Memutar bola mata. Malas. 'Pasti dia masih setengah sadar,' gerutunya dalam batin.
"Kalau ingat, cepat mandi! Kau harus siap dalam sepuluh menit!" Firsha memukul kecil lengan Milana.
Milana berdecak malas. "Sepuluh menit itu hanya cukup untuk membersihkan kuku saja, tau!" gerutunya.
Membuat Firsha mencibir. Tahu betul dengan perangai gadis itu yang selalu santai menanggapi apa pun.
"Memangnya sekarang jam berapa?" tanya Milana dengan nada santai.
"Ini sudah hampir jam delapan tepat! Ing ...."
"Apaa? Astaga! Kenapa Kak Firsha baru bangunin aku, sih! Aduh ... Gawat nih, telat pasti!" Milana kalang kabut. Gadis itu bergegas masuk tanpa membiarkan Firsha menyelesaikan kalimatnya.
Firsha memutar bola mata, lagi.
"Aku membangunkanmu dari tadi, ya! Kamu pikir yang berteriak sejak tadi itu siapa? Sirine? Hah!" Firsha berseru kesal. "Dasar Milan!"
Firsha selalu menjadi tempat mengeluh saat Milana atau yang terkadang dipanggil Milan itu, menangis drama. Pastinya ketika gadis itu gagal mendapat pekerjaan baru atau baru saja dipecat. Terkadang Firsha merasa kasihan, terkadang juga merasa jengkel dengan perangai gadis itu. Menurutnya, Milana selalu menganggap remeh semua hal, plin-plan, dan juga ceroboh.
'Awas saja kalau sampai menangis bombay di kamarku saat gagal interview,' batinnya. Mengancam.
****************
Milana pernah bekerja di sebuah percetakan selama dua bulan terakhir. Namun, gadis itu berakhir dipecat seperti di tempat kerja sebelum-sebelumnya. Milana dipecat karena salah menjilid sebuah tugas skripsi seseorang. Tentunya bukan hanya satu kali atau dua kali hingga akhirnya dipecat oleh pemilik percetakan.
Milana pernah bekerja sebagai capster sebuah salon rambut. Dia juga dipecat. Sebab mendapat komplain dari customer yang rambutnya rusak akibat Milana terlalu lama mendiamkan krim bleaching rambut.
Setelah dipecat dari salon, Milana mencoba peruntungan bekerja sebagai SPG sebuah merk parfum. Namun, berakhir dipecat juga. Bahkan saat baru tiga hari menjalani pekerjaan itu. Persoalannya sepeleh, hanya karena Milana mengatai calon pembeli parfumnya dengan kalimat, "Masnya pasti jarang mandi, ya. Makanya beli parfum banyak banget." Begitu kata Milana saat itu pada calon customer yang hendak membeli beberapa parfum. Dia berkata begitu bukan tanpa sebab. Pasalnya, pemuda itu sudah empat hari berturut-turut selalu datang dan membeli parfum lumayan banyak. Jadilah Milana berpikiran seperti itu.
Gadis cantik itu juga pernah bekerja di toko sepatu wanita. Namun, lagi-lagi ia dipecat karena dianggap bersikap kurang sopan pada customer dengan segala gaya bicaranya yang memang sedikit blak-blakan. Meskipun terkadang apa yang dia bicarakan itu sesuai fakta, tetapi bagi pemberi kerja itu dianggap kurang sopan.
Saat itu, Milana sedang melayani dua orang customer remaja yang hendak membeli sepatu. Sudah beberapa sepatu yang si customer minta dicoba pakaikan padanya, tapi selalu mengatakan, "Coba yang itu saja! Harganya berapa kalau yang itu?" Begitu terus berulang kali, sampai hampir dua jam. Milana yang memang memiliki kesabaran setipis tissue itu akhirnya mengatai si customer, "Mbaknya ngerjai saya, ya. Beli sepatu udah coba ini-itu, tanya harga ini-itu, gak cocok-cocok dari tadi! Sebenarnya niat beli apa ngerjai saya?"
Gadis itu cantik, dengan mata hitam bulat yang serupa bulan sabit ketika tersenyum dan bibir plum. Hidung bangir juga melengkapi wajahnya. Sebenarnya selama ini dia bisa dengan mudah mendapatkan pekerjaan baru. Namun, karena sifatnya yang agak lost control itulah dari sekian banyak pengalaman kerja Milana tidak ada satu pun yang berkenan baik.
Dia terkesan innocent untuk orang yang pertama kali melihatnya. Namun, sebenarnya dia tidak se-innocent itu. Dia agak menyebalkan. Setidaknya itulah menurut Firsha.
Milana tinggal di unit indekos sederhana, seorang diri tanpa orang tua. Tidak ada yang orang tahu tentang gadis cantik itu. Selain, Milana si gadis serampangan yang plin-plan, tidak punya pendirian dan sangat blak-blakan. Hanya itu yang orang tahu tentang Milana.
Dia memang tampak seperti sebuah buku terbuka yang mudah dibaca. Namun, sebenarnya yang terbuka hanyalah lembaran kosong. Orang tidak tahu apa yang tertulis di baliknya. Itulah Milana.
.
.
.
Bersambung .....
Milana. ,gadis SPG seperti diriku/Hey/