Alan ... menikahlah dengan Delila, ku mohon! Aku sangat mencintai anakku Delila, aku paling tidak bisa terima bila dia di permalukan. Nelson Jocelyn
Saya tidak mau karena saya tidak mencintainya. Alan Hendra Winata
Maaf, maafkan aku telah menyeretmu ke dalam masalah besar ini. Delila Jocelyn
Pernikahan yang tak di inginkan itu apakah tumbuh benih-benih cinta atau hanya akan ada rasa sakit yang menjalar di antara keduanya?
Yang penasaran dengan ceritanya langsung saja kepoin ceritanya disini yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilqies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyakiti
Kini ciuman Alan mulai merambat sepanjang pipi, telinga dan turun menjelajahi leher jenjang istrinya. Dan hal itu sukses membuat tubuh Delila terpelanting karena merasakan sensasi baru yang dia rasakan. Dengan sangat rakusnya Alan menyesap aroma tubuh Delila yang akhir-akhir ini telah menjadi candu baginya. Bukannya berhenti, Alan justru semakin menginginkan hal lebih dari apa yang dia lakukan saat ini.
Tak hentinya Alan terus mencumbui Delila sembari tangan kekarnya menelusup ke dalam blouse Delila hingga tersingkap. Delila merasakan hawa dingin angin malam yang menyentuh kulit polosnya dan membuat tubuhnya menggigil. Ternyata tak hanya angin saja yang membuatnya gemetar, namun sentuhan-sentuhan ringan dari tangan besar Alan membuat tubuh Delila bergetar.
"A- Alan ... tolong hentikan ...," lirih Delila yang mulai ketakutan saat Alan berbuat lebih padanya.
Memang benar bahwa Alan adalah suaminya, dan jika Alan meminta haknya maka Delila akan memberikannya dengan suka rela. Tapi bukan begini caranya.
"A- Alan, ku mohon hentikan ... jangan lakukan ini," lirih Delila yang kini tak bisa menahan isak tangis.
Dengan tangan gemetar Delila berusaha menahan dada suaminya agar tidak terlalu menindihnya. Dan tangan yang lainnya berusaha sekuat tenaga mengeyahkan tangan Alan yang sekarang sedang meremas gemas bagian tubuh Delila yang tak pernah tersentuh oleh laki-laki manapun itu. Alih-alih melepaskan, Alan semakin gencar menikmati tubuh Delila tanpa mengindahkan rintihan Delila.
"Alan ... aku mohon, hentikan. Kamu udah nyakitin aku," lirih Delila lagi dengan air mata yang bercucuran membasahi wajahnya.
Beberapa detik kemudian Alan mengangkat wajahnya dan kedua netranya memandang wajah Delila yang tengah berlinang airmata. Bola matanya yang memerah mengedip sayu sedangkan Delila tak bisa membendung air matanya.
"Aku mohon, Alan ... hentikan ... ini aku Delila," lirih Delila sembari terisak.
"Hentikan Alan ... aku mohon padamu. Alan, sadarlah ... ini aku Delila. Tolong jangan melakukannya seperti ini. Aku tidak akan memaafkanmu jika kau merenggut paksa dariku." Berulang kali Delila memohon sembari terisak dengan tangan yang menahan dada bidang suaminya agar tak berbuat lebih.
Seketika Alan meninggikan tubuhnya, kini ada jarak di antara Delila dan Alan. Membuat Alan tak menindihnya lagi. Berkali-kali Alan berusaha mengerjapkan matanya karena indra pendengarnya mendengar rintihan Delila berulang-ulang.
"Maaf ... maafkan aku," ucap Alan dengan suara seraknya. Alan menatap Delila dengan lamat-lamat dan tak lupa mengecup dahi Delila sebelum dia menggulingkan diri ke bagian sisi ranjang yang kosong dan meringkuk disana.
Segera mungkin Delila beranjak dari tempatnya meski ada rasa takut dan terkejut yang masih menyelimuti dirinya. Dengan cepat Delila berjalan tertatih pergi meninggalkan kamar tamu dimana Alan berada.
Perlahan Delila berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya dengan kaki yang masih gemetar karena takut. Dia sepenuhnya belum percaya dengan apa yang telah terjadi baru saja. Delila tak menyangka bahwa suaminya yang pendiam akan sebuas itu pada saat di ranjang.
Disinilah Delila berada di sebuah ruangan yang tampak luas dan terasa kosong karena Alan tak ada disana lagi. Dia mendudukkan tubuhnya di tepi ranjang sembari menundukkan kepalanya. Seketika ingatannya kembali pada kejadian beberapa menit yang lalu. Hatinya begitu hancur, dadanya terasa sesak kala mendengar Alan terus menyebut nama wanita yang telah menghancurkan hidupnya. Tanpa permisi buliran bening itu kembali membasahi wajahnya. Dan dia sudah tak bisa menahannya lagi karena terlalu sakit yang dia rasakan.
"Apa yang kamu lakukan, Delila? Kenapa membalas ciuman Alan yang jelas-jelas bukan untukmu. Ingatlah bahwa Alan akan terus mencintai Luna, dan sampai kapanpun Alan tak bisa melupakannya. Lalu kenapa hati ini terasa ngilu sekali?" lirih Delila pada dirinya sendiri.
"Ya Tuhan apakah aku tidak boleh jatuh cinta lagi? Apa aku memang tidak pantas untuk di cintai?" lirih Delila yang tampak frustasi. Kini Delila kembali merasakan patah hati ketika Alan menyebutkan nama Luna.
Ya ... hati Delila terasa sakit karena Alan menyebutkan nama wanita yang sangat di cintainya. Sebuah fakta bahwa Luna telah merebut Lucas dan hal itu tak mempengaruhi hatinya lagi.
Selama ini Alan telah memperlakukan Delila cukup baik. Selain itu perhatian yang Alan berikan juga hubungan mereka yang kian mendekat membuat Delila memiliki sedikit perasaan pada lelaki yang berstatus suaminya itu. Di tambah dengan kedatangan Ibu mertua yang menerimanya dengan baik membuat Delila menaruh harapan pada pernikahannya ini. Berharap bahwa pernikahannya ini akan menjadi sebuah pernikahan yang sesungguhnya. Namun ternyata khayalannya begitu tinggi membuat dia terjatuh sampai ke dasar jurang karena Alan masih mengingat kekasihnya yang dulu.
Belum juga cinta Delila yang tumbuh dengan sempurna, tapi kini perasaan cinta itu harus dipaksa mati. Delila pun tersenyum masam dengan apa yang dia rasakan saat ini.
Delila membaringkan tubuhnya seperti janin, dengan posisi tidur meringkuk dan kedua tangan mendekap tubuhnya sendiri.
"Kamu harus kuat Delila, semua akan baik-baik saja," gumam Delila berusaha menguatkan dirinya sendiri.
Berbagai macam pikiran yang menggelayuti dirinya, kini Delila tengah berpikir keras perihal sikap apa yang harus dia ambil untuk berhadapan dengan Alan nantinya.
🌷🌷🌷
Alan terbangun kala merasakan rasa mual yang melanda perutnya.
"Hoeeeekk ...."
Dia segera mendudukkan tubuhnya di tepi ranjang dengan kedua tangan menopang kepalanya yang berdenyut hebat dan terasa sakit.
Perlahan Alan mengangkat wajahnya dan mengedarkan pandangannya menatap ke seluruh ruanga yang rasanya tak pernah dia datangi.
Detik itu juga Alan segera memeriksa dirinya sendiri dan bernafas lega ketika dia masih mengenakan pakaian yang lengkap.
"Ah, syukurlah ternyata semua itu hanya mimpi," gumam Alan yang seketika mengingat dirinya telah mencumbui wanita yang berada dalam kungkungannya.
Tiba-tiba rasa mual kembali melandanya, Alan pun segera beranjak dan berjalan dengan tergesa membuka sebuah pintu. Beruntung dia menemukan sebuah toilet di baliknya.
Dengan cepat Alan mengambil tisu yang ada disana untuk mengelap mulutnya, setelah semua isi perut yang berisi minuman terkutuk itu dia keluarkan.
"Shit!" maki Alan ketika melihat dirinya dalam pantulan cermin yang terlihat begitu kacau.
Alan segera keluar dari ruangan itu dan terus berjalan hingga kini dia berada di ruang tengah, sebuah rumah yang begitu familiar di indra penglihatannya. Rumah yang menjadi tempat tinggalnya selama 1 bulan terakhir ini. Sebelum akhirnya Alan dapat bernafas lega.
Alan kembali melangkahkan kakinya menuju ruang makan. Dimana Delila yang selalu menunggunya sarapan bersama, tapi ternyata istrinya tak berada disana.
Di atas meja makan hanya ada sepiring pancake dengan sebotol madu di hadapannya, segelas air putih dan pil pereda sakit kepala.
Alan pun meraih gelas itu dan meminumnya dalam satu kali tenggakan.
"Mana Delila?"
.
.
.
🌷Bersambung🌷
Cerita cinta setelah pernikahan dimana keduanya sama-sama terluka oleh orang yang mereka cintai. Ngebayangin diposisi Alan dan Delila pasti rasanya enggak mudah untuk mereka menerima satu sama lain.
Meski perlahan sekarang hubungan mereka mulai membaik, tetapi komunikasi dan pikiran mereka terhadap masa lalu yang membuat semuanya jadi rumit.
Apalagi masa lalu yang justru nggak terima atas kebersamaan Alan dan Delila, semoga enggak jadi penghalang untuk hubungan mereka kedepannya.
Semoga Alan dan Delila dapat saling mencintai, tanpa terikat oleh masa lalu.
Bahagia selalu untuk mereka, juga tanpa adanya kontrak yang terikat😊😊
Semangat untuk Kakak.
Semangat untuk nulisnya, jaga kesehatan, dan sukses selalu💪💪❤️❤️🥰😘
Hanya masalahnya sekarang ....😔
suger Daddy
Ngapain nyari-nyari Delila?😒