Siapa Pemilik Benih Di Rahimku?

"Nona Vivian benar-benar jahat, dia bukan hanya memfitnah Non Kamila tapi dia juga memfitnahku," curhat Bibi pada asisten rumah tangga lainnya. Sebetulnya para asisten rumah tangga juga tau kalau Vivian sengaja membuat Kamila memegang saos itu lalu Vivian sendiri yang menyemprotkan ke arahnya, bahkan salah satu dari mereka merekam aksi itu secara diam-diam melalui ponselnya untuk di jadi kan bqrang bukti. Tapi mereka masih belum memiliki kesempatan untuk memberitahu Defandra karena Vivian selalu saja mencari alasan agar bisa terus bersama Defandra.

"Non Vivian sendiri juga yang melarangku membersihkan pecahan gelas di kamarnya sebelum Tuan Defandra datang, tapi kesannya aku yang gak mau bersihin." lanjut Bibi mengungkapkan kekesalannya.

"Sudahlah, namanya juga kita cuma pembantu dan dia tamu spesialnya Tuan Defandra, jadi mau gimana lagi." saut salah satu dari mereka.

"Tapi pokoknya begitu kita memiliki kesempatan, kita harus memberikan bukti ini pada Tuan Defandra, biar Tuan Defandra tau kalau Non Vivian itu jahat." timpal yang lainya.

Ditengah perbincangan seru mereka, mereka dikejutkan oleh suara Kamila yang merintih minta tolong, mereka menjadi semakin terkejut saat melihat Kamila sudah berada di ambang pintu dapur dengan darah yang mengalir di kakinya.

"Non Kamila..." para asisten rumah tangga langsung bangkit mendekati Kamila. Mereka menahan tubuh Kamila yang luruh ke lantai.

"Cepat panggil Tuan Defandra!" teriak salah satu dari mereka.

Salah satu dari mereka pun bergegas pergi ke kamar Vivian untuk memanggil Defandra, tapi Vivian yang membuka pintu langsung menghadang Bibi dan menanyakan apa keperluannya datang ke kamarnya.

Dengan sura tertahan, tak mau didengar oleh Defandra yang saat ini berada di kamar mandi, Vivian mendesak Bibi untuk bicara.Namun Bibi bersikeras ingin berbicara langsung dengan Defandra.

"Kamu tidak percaya dengan ku!?" tanya Vivian saat Bibi terus menolak mengatakan apa keperluannya.

"Non Kamila pendarahan, tolong cepat sampai kan pada Tuan Defandra." Karena merasa tidak ada waktu lagi untuk berdebat, akhirnya Bibi mengatakan apa tujuannya mencari Defandra.

"Akan ku sampaikan, tapi aku tidak yakin jika Defandra mau mengantar Kamila ke rumah sakit, Bibi tau sendiri kan jika Defandra tidak mecintai Kamila dan hanya mencintaiku, jadi kalau dalam waktu lima belas menit Defandra tidak turun, Bibi bawa sendiri aja. Atau... biar kan saja dia mati."

Mendengar itu, Bibi terperangah tak percaya. Kemudian mencoba memaksa masuk dan berteriak memanggil Defandra.

"Tuan Defandra..."

Vivian menjadi panik saat Bibi berteriak, cepat-cepat Vivian mendorong Bibi keluar hingga terjatuh ke lantai.

"Sekali lagi Bibi teriak, aku akan buat Bibi di pecat." Bersamaan dengan selesainya ancaman itu, Vivian yang mendengar suara pintu kamar mandi bergegas masuk ke dalam dan kembali berpura-pura sakit diatas tempat tidur.

"Sayang... kamu udah selesai," ucap Vivian yang masih berpura-pura sakit sehingga masih memejamkan mata seperti orang buta.

"Ya, tadi aku kayak denger kaya ada yang manggil?"

"Hah! siapa, aku disini gak denger apa-apa."

"Oh, mungkin aku yang salah denger. Baiklah kalau begitu aku keluar dulu."

"Sayang mau kemana, jangan tinggalin aku, mataku masih sakit, ditambah kakiku, bagaimana kalau aku butuh sesuatu?"

Defandra terdiam sejenak seperti mempertimbangkan keinginan Vivian, namun disudut hatinya ada perasaan resah yang Ia sendiri tak tahu apa sebabnya.

"Sayang... sepertinya aku perlu ke rumah sakit, ini sudah mau dua hari tapi mataku masih sakit banget kalau di buka, bagaimana jika aku... hiks... hiks..." Vivian sengaja meminta Defandra membawanya ke rumah sakit biar bisa membuktikan pada Kamila jika Defandra akan lebih memilih dirinya dari pada memilih mengantar Kamila.

"Kita buktikan, siapa yang akan Defandra pilih." batin Vivian setelah Defandra menyetujui untuk membawa Vivian ke rumah sakit.

Bersambung...