NovelToon NovelToon
JATUH KEPELUKAN SANG PANGERAN

JATUH KEPELUKAN SANG PANGERAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berbaikan / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:299
Nilai: 5
Nama Author: Sarah Siti

JATUH KEPELUKAN SANG PANGERAN

Zhao, putri bangsawan yang terkenal cantik dan keras kepala, kembali membuat kehebohan di kediaman keluarganya. Kali ini, bukan karena pesta atau keributan istana… tapi karena satu hal yang paling ia hindari seumur hidup: perjodohan!

Dirinya dijodohkan dengan Pangeran Wang pangeran kerajaan yang dikenal dingin, tegas, dan katanya... kejam?! Zhao langsung mencari cara kabur, apalagi hatinya telah tertambat pada sosok pria misterius (pangeran yu) yang ia temui di pasar. Tapi semua rencana kacau saat ia malah jatuh secara harfia ke pelukan sang pangeran yang tak pernah ia pilih.

Ketegangan, kekonyolan, dan adu mulut menjadi awal dari kisah mereka. Tapi akankah hubungan cinta-benci ini berubah jadi sesuatu yang lebih hangat dari sekadar perjodohan paksa?

Kisah cinta kerajaan dibalut drama komedi yang manis, dramatis lucu, tegang dan bikin gemas!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sarah Siti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SALAH MASUK, RENCANA GAGAL

Pagi itu, Zhao sudah duduk manis di depan cermin dengan gaun indah dan riasan natural yang menonjolkan kecantikannya. Tapi wajahnya… jauh dari bahagia.

"Sial... semalaman aku nggak bisa tidur gara-gara ucapan Pangeran Wang. Kalau benar Pangeran Yu juga dijodohkan, siapa wanita beruntung—eh, maksudku, saingan berbahaya itu?" gerutunya sambil merapikan rambut.

Meilan, sang dayang setia, melirik majikannya yang bicara sendiri sambil mencibir.

"Sampai segitunya, Nona? Itu memang sudah pasti terjadi..."

"Tidak akan seperti itu! Dan tidak harus seperti itu! Aku akan mengubah takdir! Lihat saja nanti!" Zhao mengepalkan tangan penuh tekad.

"Hari ini kita ke istana, Nona?"

"Tentu saja! Kita harus bertindak sebelum segalanya terlambat!"

"Pagi-pagi begini?!" Meilan hampir menjatuhkan baki teh.

"Kita butuh strategi. Kita harus ketemu Jae Min dulu. Kita butuh dia."

Meilan menghela napas, lalu menepuk jidatnya sendiri. “Hari yang panjang dimulai...”

---

🍵 Sementara itu…

Di kediaman keluarga Zhao, ayahnya baru saja bangun dan mencari sang putri.

“Zhao? Ke mana dia pagi-pagi begini?”

Seorang pelayan membungkuk. “Tuan, Nona Zhao dan Dayang Meilan sudah pergi ke istana.”

Sang Ayah tersenyum lebar.

“Tumben. Apa jangan-jangan... dia mulai menerima perjodohan ini?”

Tertawanya menggema, tak tahu putrinya justru sedang menuju bencana romantis berikutnya.

---

🏯 Salah Masuk Kamar?

Sesampainya di istana, Zhao dan Meilan bergegas menuju kediaman Pangeran Jae Min—atau setidaknya itulah yang mereka kira...

"Kau berjaga di luar. Aku yang masuk dan bangunkan dia. Pangeran Jae Min pasti masih molor!" ucap Zhao penuh semangat.

"Hati-hati ya, Nona. Jangan salah—"

Zhao sudah menghilang di balik pintu.

Dengan langkah mengendap-endap, Zhao masuk ke kamar yang tenang. Tirai sutra menjuntai dari tempat tidur megah, menutupi wajah sang pangeran yang masih terlelap.

“Ish, benar saja... masih tidur. Dasar pangeran pemalas.”

Zhao mendekat dan menepuk bahu sosok di ranjang.

“Hei! Bangun, Pangeran! Katamu mau bantu aku! Jangan cuma tampan pas tidur!”

Sosok di tempat tidur perlahan bangkit... tanpa bicara. Tapi Zhao tak peduli, ia terus mengomel seperti ibu-ibu kehilangan wajan.

“Aneh, biasanya dia langsung cerewet. Apa masih ngantuk?” gumamnya sambil mencoba menarik lengan pangeran keluar dari tirai.

Dan saat itu juga...

Tirai tersingkap.

Sosok gagah dengan mata tajam dan rambut acak terbangun. Wajahnya dingin. Bibirnya datar. Mata itu... Pangeran Wang.

“AAAAAAAAAAAAAA!!!”

“Astaga! Kenapa malah KAU?!” Zhao melonjak mundur.

Tapi Pangeran Wang malah menarik tangannya dengan refleks. Zhao nyaris terjatuh... lagi.

“Kau... ngapain di kamarku sepagi ini?” gumam Wang dengan suara serak karena baru bangun tidur.

Zhao langsung menunduk, wajahnya merah seperti kepiting rebus.

“Aku... aku pikir ini kamar Pangeran Jae Min...!” jawabnya sambil garuk-garuk kepala yang tidak gatal.

Pangeran Wang menyipitkan mata.

“Sedekat apa kau dengan adikku, sampai berani bangunin dia pakai tepukan pagi?”

“Kami hanya... teman misi cinta! Dia bilang mau bantu aku!” Zhao mencoba menjelaskan.

“Teman misi cinta sepagi ini? Jangan-jangan kau memang sengaja masuk kamarku, supaya orang istana lihat dan kita langsung dinikahkan hari ini?” goda Wang sambil menyeringai.

“APA?! Tidak mungkin!” Zhao melotot. “Astaga, ini malapetaka! Aku bahkan belum sikat gigi!”

“Tapi pipimu merah.”

“Itu... itu karena... panas! Iya! Salah matahari!” Zhao menutupi pipinya.

Pangeran Wang tertawa pelan. “Kau kelinci yang mudah panik.”

Zhao mendengus. “Aku sedang cari Jae Min. Tunjukkan di mana kamarnya!”

Pangeran Wang menyilangkan tangan, ekspresinya mulai serius.

“Kau belum tidur gara-gara omonganku semalam, ya?”

Zhao mendesah.

“Iya... ucapanmu soal Pangeran Yu yang juga dijodohkan, bikin aku resah. Aku harus tahu siapa tunangannya sebelum terlambat.”

“Pertemuan keluarga siang ini, bukan?”

“Makanya aku mulai lebih awal. Aku harus susun strategi cinta. Jae Min akan bantu. Kau... mau bantu juga?” Zhao melirik.

Pangeran Wang diam sebentar, lalu menjawab dengan nada datar:

“Aku tidak tertarik.”

“Ya udah! Aku bisa sendiri!”

Wang menahan tawa. “Kau terdengar seperti mau berperang.”

“Ini memang perang. Perang perasaan.”

“Perang yang akan berakhir dengan... kekalahan.” gumam Wang.

Zhao mendelik. “Kau meremehkanku?! Kau lupa siapa yang bantu saat malam itu?! Lalu... apa yang kau khawatirkan?”

Pangeran Wang melirik ke arah pintu. “Aku khawatir... kau akan menyusahkan dan mempermalukan kita semua di depan Ayah Kaisar.”

Zhao mengangkat dagu. “Kalau aku berhasil, kau akan berterima kasih. Kalau gagal... ya sudah, paling cuma... malu total.”

“Luar biasa logikamu,” balas Wang sambil menggeleng.

Zhao berbalik dan berjalan keluar dengan langkah tegas.

Pangeran Wang menatap punggung Zhao yang menjauh, lalu tersenyum sinis.

“Kelinci itu... memang menyebalkan. Tapi kadang... menghibur juga.”

Setelah Zhao dan Meilan lelah bolak-balik mengelilingi istana, akhirnya mereka menemukan yang dicari.

"Akhirnya!" seru Zhao, napasnya ngos-ngosan. "Pangeran, kau tinggal di mana sih? Kenapa nyarinya lebih susah dari nyari harta karun?!"

Pangeran Jae Min tertawa senang dan merangkul bahu Zhao. "Heii, teman! Maaf, ya! Kediamanku cuma beberapa langkah dari kamar kakakku, Pangeran Wang. Gampang kok dicari, asal... kau tanya orang yang benar."

Zhao mengerucutkan bibir. "Dia memang senang mempermainkanku... dasar batu es!"

"Omong-omong, aku dengar hari ini ada pertemuan soal perjodohan Pangeran Yu. Kau diundang?" tanya Jae Min.

"Justru itu kenapa aku mencarimu! Aku butuh bantuanmu untuk... mencegah tragedi itu terjadi," ujar Zhao serius.

"Tragedi katanya," gumam Meilan lirih.

"Aku sih senang membantu. Tapi kalau Kaisar tahu dan aku dimarahin, kau bakal bantu aku kabur lagi, kan?" Jae Min mengedip genit ala aktor drama.

Zhao menepuk bahunya. "Santai aja! Aku tak akan bawa-bawa namamu. Aku bahkan siap dijadikan kambing hitam!"

"Bagus. Tapi aku nggak sepengecut itu," balas Jae Min dengan senyum percaya diri.

Mereka pun duduk dan menyusun rencana di taman belakang istana.

"Dengar, aku butuh kau menyelinap ke dapur istana dan tukar teh yang akan disajikan untuk calon tunangan Pangeran Yu dengan... ini." Zhao mengeluarkan sebotol anggur.

Jae Min mengangkat alis. "Kau mau mabukkan gadis itu?"

"Tepat sekali! Kalau dia mabuk dan mempermalukan diri di depan Kaisar, perjodohan itu pasti batal!" Zhao berkata dengan mata penuh semangat kemenangan.

"Baiklah! Ini demi kakak iparku yang cerewet tapi imut ini," ujar Jae Min sambil mengambil botol.

Meilan mengelus dada. "Tolong... jangan sampai tertukar."

---

Siang harinya, di taman utama istana, Kaisar, Pangeran Yu, dan Pangeran Wang sudah menunggu. Zhao datang memberi hormat, matanya terus mencuri-curi pandang ke arah Pangeran Yu.

"Duh... senyumnya masih sama seperti di pasar... lembut dan bikin jantung gagal fungsi," batin Zhao.

Kaisar mempersilakannya duduk. Tentu saja, di sebelah Pangeran Wang. Zhao memutar bola mata tapi menurut.

Tak lama, seorang wanita anggun berjalan masuk. Langkahnya pelan, senyumnya lembut, dan sorot matanya tenang. Ia memberi salam dengan suara lembut.

"Hamba bernama Hwa Jin. Suatu kehormatan bisa hadir di hadapan Paduka."

Zhao sampai menganga. Ia terpesona.

"Kok kayak bidadari?"

Namun Zhao cepat sadar. "Astaga... dia sainganku?!"

Hwa Jin duduk dengan anggun. Tatapannya... anehnya, justru lebih banyak diarahkan ke Pangeran Wang, bukan Pangeran Yu. Zhao menajamkan mata.

"Jangan-jangan... dia suka si batu es itu?!" batin Zhao.

Pangeran Wang melihat ekspresi bingung Zhao. "Apa yang kau pikirkan?"

Zhao hanya melirik sekilas, tak menjawab.

Hwa Jin menoleh ke Zhao dan tersenyum hangat. "Apakah Anda Putri Zhao? Saya senang akhirnya bisa bertemu. Anda jauh lebih cantik dari cerita para pelayan."

Zhao tertegun. "Eh... a-aku... kamu juga. Cantik banget... kayak peri bunga..."

Zhao memegang gelas tehnya gugup. Tapi ketika teh untuk Hwa Jin disajikan, Zhao langsung gelisah. Itu pasti teh yang sudah dicampur anggur!

"Tidak! Aku nggak bisa melukai orang sebaik ini..."

Tanpa pikir panjang, Zhao bertukar gelas dengan Hwa Jin.

"Oh? Anda ingin teh saya?" tanya Hwa Jin lembut.

"Iya, yang ini kayaknya... lebih manis. Hehehe..."

Zhao meneguknya dalam sekali teguk.

Dari jauh, Jae Min menyaksikan dan menepuk jidat. "Aish! Kenapa dia yang minum?! Kan bisa pura-pura jatuh kek?!"

Pangeran Wang memicingkan mata curiga.

Meilan menghampiri Pangeran Wang dan berbisik. "Yang Mulia... teh itu sudah dicampur anggur oleh Nona. Dia... dia tidak tahan minuman keras."

"APA?!" Pangeran Wang langsung berdiri.

Kaisar menoleh. "Ada apa?"

"Yang Mulia, mohon izin. Nona Zhao... terlihat pucat. Saya khawatir ia tidak enak badan. Izinkan saya membawanya pulang."

Kaisar mengangguk. "Baiklah. Jaga dia baik-baik."

Pangeran Wang memapah Zhao yang mulai berwajah merah padam. Matanya mulai sayu, dan langkahnya goyah.

---

Di kediamannya, Pangeran Wang mendudukkan Zhao di tempat tidurnya.

"Aku akan panggil Meilan—"

Tangan Zhao tiba-tiba menarik lengan Wang. Ia menatap sang pangeran dengan mata setengah terbuka dan senyum mabuk.

"Jangan pergi... Pangeran Dingin..."

Pangeran Wang membeku.

"Kenapa... bibirmu kayak permen ya? Manis gitu... manis banget... kayaknya... aku harus..."

Zhao mulai mendekat. Wang panik, mundur setengah langkah. Tapi Zhao terus mendekat, jarak mereka tinggal sejengkal.

"Hei! Jangan mendekat! Kau... mabuk!"

Zhao menatapnya intens. "Aku nggak bisa menyakiti Hwa Jin... dia terlalu baik. Dia kayak malaikat. Tapi aku juga... sedih... karena nggak bisa mendapatkan Yu..."

Pangeran Wang menatapnya dalam diam. "Ternyata... dia punya hati yang tulus..."

Zhao menelusuri wajah Wang dengan jari lentiknya. "Tapi kau juga... nggak jelek. Bahkan... bibirmu... kayaknya..."

"Zhao... jangan..."

"Aku... mau tahu rasanya..."

Zhao mendekat perlahan... sangat dekat dan...

BERSAMBUNG...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!