NovelToon NovelToon
MARINA Ketika Pengorbanan Tak Dihargai

MARINA Ketika Pengorbanan Tak Dihargai

Status: tamat
Genre:Angst / Cinta Lansia / Keluarga / Penyesalan Suami / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / Tamat
Popularitas:1.1M
Nilai: 5
Nama Author: moon

Marina, wanita dewasa yang usianya menjelang 50 tahun. Telah mengabdikan seluruh hidupnya untuk keluarganya. Demi kesuksesan suami serta kedua anaknya, Marina rela mengorbankan impiannya menjadi penulis, dan fokus menjadi ibu rumah tangga selama lebih dari 27 tahun pernikahannya dengan Johan.

Tapi ternyata, pengorbanannya tak cukup berarti di mata suami dan anak-anaknya. Marina hanya dianggap wanita tak berguna, karena ia tak pernah menjadi wanita karir.

Anak-anaknya hanya menganggap dirinya sebagai tempat untuk mendapatkan pertolongan secara cuma-cuma.

Suatu waktu, Marina tanpa sengaja memergoki Johan bersama seorang wanita di dalam mobilnya, belakangan Marina menyadari bahwa wanita itu bukanlah teman biasa, melainkan madunya sendiri!

Akankah Marina mempertahankan pernikahannya dengan Johan?

Ini adalah waktunya Marina untuk bangkit dan mengubah dirinya menjadi wanita mandiri seutuhnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#35

#35

Hari ini adalah hari persidangan, dan seperti biasa Sonia sangat bahagia, pagi itu ia menyiapkan segalanya dengan sangat baik, sambil berdoa agar marina kembali kalah telak di persidangan.

“Ingat, Mas, jangan sampai wanita itu mendapatkan gono-gini.” Sonia mengingatkan.

“Diana bilang itu tidak mungkin, karena pembagian gono-gini harus ada dalam sebuah perceraian.” Sonia cemberut, namun ia tetap membantu Johan memakai jas dan juga sepatunya.

“Kalau begitu, jatahku nanti pasti sedikit, jika Marina dapat 50% hartamu.” Wajah Sonia pura-pura cemberut, membuat Johan gemas hingga pria itu pun mencubit dagunya.

“Kan masih ada aku, aku masih bekerja, dan bisnismu juga semakin lancar, bukan? Lagipula belum tentu juga Marina mendapatkan 50%.” Sonia tersenyum bangga ketika Johan memuji bisnisnya yang setiap minggu mendatangkan uang ke rekening pribadinya. Ia juga senang karena ternyata masih ada kemungkinan Marina tak mendapatkan 50% gono-gini.

“Janji ya, jatah bulananku harus banyak,” rengek Sonia.

“Pastinya.” 

“Aku juga mau rumahmu, Mas. Ingin aku renovasi, membosankan sekali selera mantan istrimu,” ejek Sonia. Karena ia melihat rumah besar, namun karena marina yang mendesain, kesannya jadi biasa saja, tidak ada sentuhan kemewahan ama sekali.

“Itu terserah padamu, kamu yang akan mengatur semuanya, sayang.”

***

Sementara itu, pagi ini Marina sudah hadir di persidangan, ia nampak percaya diri karena kini merasa semua akan lancar dengan bantuan pengacara yang mendampinginya.

Tak tanggung-tanggung, Tuan Adzkara bahkan membawa dua anak buahnya, walau sebenarnya mereka hanya akan mendampingi, karena yang berbicara nanti adalah tuan Adzkara sendiri.

“Selamat pagi, Bu Marina,” sap tuan Adzkara.

“Selamat pagi, Tuan.” Marina menyambut uluran tangan tuan Adzkara. Sama seperti sidang sebelumnya, kali ini pun Marina berpenampilan anggun dan elegan, merias wajahnya agar terlihat makin rapi, tak perlu menarik, karena Marina tak bermaksud menggoda siapapun. Tak peduli nanti Diana bilang apa.

“Bagaimana? Sudah siap?” Tanya tuan Adzkara.

“Sangat siap, tuan.” 

“Bagus, jangan mudah terintimidasi oleh lawan.” 

Marina mengangguk yakin, “Insya Allah, Tuan.”

Beberapa saat kemudian, mereka pun dipanggil ke ruang sidang. Dan Diana sudah duduk dengan percaya diri seperti biasa, wanita itu merasa pongah karena merasa lawannya sangat mudah dikalahkan.

Namun senyum bangga itu seketika musnah, ketika melihat siapa pengacara yang mendampingi Marina. Tuan Adzkara adalah pengacara senior yang cukup disegani, bahkan Diana pernah sangat mendambakan bisa bekerja bersama tuan Adzkara. Namun tak pernah terwujud, dan kini ia harus berhadapan dengan tuan Adzkara.

Yang jadi pertanyaan adalah, bagaimana Marina mengenal tuan Adzkara yang jam terbangnya di pengadilan sudah sangat tinggi. 

“Kenapa kamu gelisah sekali?” Bisik Johan pada Diana.

“Pengacara yang mendampingi Mama.”

Johan menoleh ke sisi kanannya, tempat marina bersama para pengacara yang mendampinginya, “Kenapa? ada yang aneh? Atau Kamu mulai gentar melihat pengacara yang dibawa Mamamu?”

“Tentu saja Aku tak takut, karena yakin bahwa kita akan memenangkan kasus ini. Tapi mereka para pengacara senior dengan jam terbang tinggi, dan aku sangat mengidolakan mereka, karena itulah aku sedikit grogi.”

Hakim dan dua orang pendampingnya memasuki ruang persidangan. 

Tok!

Tok!

Tok!

Palu mulai diketuk ketika hakim sudah duduk dan melihat agenda sidang hari ini.

“Agenda sidang hari ini, adalah mendengarkan keterangan saksi dari Bu Marina, bagaimana Bu Marina, apakah sudah ada saksi yang bisa membuktikan pernyataan Anda?” tanya hakim ketua ketika membuka sidang.

Tuan Adzkara berdiri, “Hakim ketua yang kami hormati, izinkan saya berbicara mewakili klien saya, yakni Ibu Marina.” 

“Silahkan.” Hakim Ketua mempersilahkan, 

“Di persidangan sebelumnya, saya memang belum mendampingi Bu Marina. Namun saya berbicara mewakili beliau, bahwasannya kami menolak tuduhan dari pengacara Pak Johan. Alasannya, karena Bu Marina dan pria yang ada di dalam foto baru saja saling mengenal, beberapa minggu sebelum sidang didaftarkan. Dan … ” Secara gamblang, tuan Adzkara mulai menjabarkan, namun belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba Diana berdiri. 

“Keberatan, Yang mulia,” sanggah Diana. “Kami menginginkan bukti, bukan hanya sekedar argumen.” 

“Diterima,” jawab Hakim Ketua. “Silahkan, lanjutkan, namun dengan bukti.” 

Tuan Adzkara mengangguk, asistennya dengan sigap menyerahkan USB yang sudah mereka siapkan beberapa hari sebelumnya. “Dalam rekaman ini, memperlihatkan tanggal serta waktu pertemuan pertama Ibu Marina, dengan pria tersebut.” 

Layar monitor di ruangan sidang menyala, menampilkan sebuah rekaman. Rupanya, rekaman tersebut adalah kamera dashboard mobil milik tuan Gusman. Dan di sana terlihat suasana ketika Marina tanpa sengaja tertabrak mobil milik tuan Gusman. 

“Di video tersebut terlihat, bahwa pertemuan tersebut tanpa di sengaja, bahkan foto yang dua minggu lalu di perlihatkan oleh pengacara Pak Johan, adalah kebetulan belaka.” 

“Namun setelah hari itu, hingga dua minggu yang lalu, tak pernah terjadi pertemuan intens, seperti yang dituduhkan pada Bu Marina.” Tuan Adzkara menambahkan. Pria itu tak gentar sama sekali menghadapi tuduhan yang dilayangkan pada kliennya. Bahkan dengan percaya diri menerima tantangan Diana, untuk menunjukkan bukti-bukti yang mereka miliki. 

“Tolong dibuka file berikutnya.” Tuan Adzkara meminta agar gambar beralih ke file berikutnya. 

“Beliau adalah pria yang dituding menjadi kekasih gelap Bu Marina. Benar begitu, bukan?” tuan Adzkara menatap Diana dan Johan. 

“Padahal terlihat jelas bahwa pria itu, sebelumnya berada disalah satu ruangan didalam gedung ini, bersama dengan salah seorang kenalannya.” 

Di layar monitor kembali menyala, kali ini memperlihatkan tuan Gusman tengah berbincang di salah satu ruangan, bahkan dalam durasi yang cukup lama. “Jadi, saya rasa sangat tidak berdasar, jika hanya karena selembar foto di taman depan pengadilan, klien saya jadi mendapat tuduhan perselingkuhan.” 

“Justru klien saya mengatakan bahwa, pak Johan-lah yang berselingkuh, bahkan diam-diam menikah dengan wanita lain, tanpa izin, serta tanpa diketahui Bu Marina … “ 

“Itu Fitnah!!” Johan berteriak keras. 

Tok! 

Tok! 

Tok! 

“Saudara tergugat, mohon tenang dan tunggu giliran Anda berbicara,” tegur Hakim Ketua. 

Diana pun bersusah payah, menenangkan Johan yang mulai emosi, karena tuan Adzkara mulai menyinggung perbuatannya di belakang Marina. 

“Saya juga, mengajukan keberatan, Yang Mulia.” setali tiga uang dengan Johan, Diana pun kembali protes. 

“Keberatan ditolak. Silahkan lanjutkan,” jawab Hakim Ketua. Membuat Diana hanya bisa mengepalkan tangannya dengan wajah cemberut tak suka. 

“Hakim Ketua, izinkan saya menanyakan sesuatu pada Pak Johan.” 

“Diizinkan.” 

“Baik, terima kasih,” ucap tuan Adzkara. 

Tuan Adzkara berjalan ke meja tempat Johan dan Diana berada. 

“Apakah, sistem reproduksi Anda masih normal, dan berfungsi dengan baik?” tanya tuan Adzkara. 

“Masih,” jawab Johan yakin. 

“Yakin?” 

“100% yakin.”

“Jadi, Anda yakin bahwa Anda sangat sehat. Berapa kali dalam seminggu Anda berhubungan intim?” 

“Pertanyaan macam apa ini? Sama sekali tak ada kaitannya dengan sidang perceraian. Ini seperti mengumbar aib yang seharusnya di tutup rapat-rapat.” Johan bereaksi keras, ia benar-benar tak terima ketika tuan Adzkara bertanya sesuatu yang dirasa sangat vulgar.

1
andayani meme
WoW .. Kereeen banget alur ceritanya, yg pasti unsur agamisnya tetap disentuh dg elegan. Tak ada kata atau istilah yg fulgar.
Selamat Sukses selalu dg karya-karya berikutnya, Kak Penulis.
moon: alhamdulillah, terima kasih sudah bersedia menikmati karya Othor. semangat dan sehat2 selalu, ya, Kak. 🥰
total 1 replies
Hanachi
kok gitu sih tokonya ?
SRi Nova DeWi
lagi donk thor
moon: nanti kak, InsyaAllah dalam waktu dekat, Rayyan lounching dengan ceritanya sendiri.

jika bersedia silahkan menunggu, jika tidak, tidak apa-apa. 🥰

terima kasih karena sudah memberikan apresiasinya🙏
total 1 replies
Nong Nong
alamat anak cewek nanti
Nong Nong
ketus amat 🤣
Hanachi
dianggap tidak berjasa bukan berarti tidak berjasa. anggapan orang lain memanglah begitu keji 😄
Hanachi
kalau usia Selina terpaut 25 tahun sama papanya tuan Gusman, harusnya usia Selina sekarang kurang lebih seumuran sama tuan Gusman kan ?
Hanachi
bukannya Johan udah jadi direktur ya ? masih ada atasannya lagi ?
Hanachi
ya di peerusahaan itu kan pemilik sahamnya bukan tuan Gusman aja. pilihlah kandidat dari pemilik saham lain. pemilik saham mayoritas misalnya.
Hanachi
sewa ruko tapi kok ditagih pembayaran bunga pinjaman ? 🤔
Hanachi
ikannya dijadiin satu dalam satu kolam ?
Hanachi
kalau buat warung makan sebaiknya emang ga pake warna biru. karena warna biru bisa menstimulasi otak buat nafsu makan turun.
Hanachi
lha kok bisa harusnya secara hukum ga bisa.
Hanachi
kalau selama ini pelanggan warung Marrina dan Farida parkirnya di jalanan kampung, wajar saja sih kalau protes, terlepas dari rasa julid atau ga nya.
Hanachi
baiknya memang begitu. sebelum buntut makin panjang seperti masalah limbah.
Hanachi
sebenernya sama sama salah sih.
Hanachi
kenapa ga dijelaskan pas ada rapat RT atau bu Farida apa ga ikut acara perkumpulan ibu ibu kampung gt ?
Hanachi
ini ada benarnya sih. harusnya kalo mau usaha yang kiranya bakal bikin bising, mending sewa tempat di pinggir jalan. dalam hal ini Marina sama Farida emang salah.
Hanachi
apa ga laporan ke pak RT nya ya ?
Amariksa
Pak Bondan winarno "MakNyus" 🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!