Menikahi Pria terpopuler dan Pewaris DW Entertainment adalah hal paling tidak masuk akal yang pernah terjadi di hidupnya. Hanya karena sebuah pertolongan yang memang hampir merenggut nyawanya yang tak berharga ini.
Namun kesalahpahaman terus terjadi di antara mereka, sehingga seminggu setelah pernikahannya, Annalia Selvana di ceraikan oleh Suaminya yang ia sangat cintai, Lucian Elscant Dewata. Bukan hanya di benci Lucian, ia bahkan di tuduh melakukan percobaan pembunuhan terhadap kekasih masa lalunya oleh keluarga Dewata yang membenci dirinya.
Ia pikir penderitaannya sudah cukup sampai disitu, namun takdir berkata lain. Saat dirinya berada diambang keputusasaan, sebuah janin hadir di dalam perutnya.
Cedric Luciano, Putranya dari lelaki yang ia cintai sekaligus lelaki yang menorehkan luka yang mendalam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quenni Lisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 04 - Pernikahan
Di ruang rumah sakit bangsal VVIP, keluarga besar Dewata tengah berkumpul atas permintaan Edward. Namun, perhatian mereka tertuju hanya pada Anna yang berdiri tepat di samping bangsal Edward.
Suasana tampak hening mencengkram. Tak ada satupun dari mereka yang membuka suara sebelum Edward membuka suara terlebih dahulu. Sebenarnya mereka bingung dengan alasan apa Edward mengumpulkan mereka. Namun, mereka sudah menebak kasar, melihat kondisi Edward yang tak lagi kuat untuk bertahan hidup.
'Kurasa ini sudah saatnya...' batin seorang wanita tak lain adalah Rianti.
Tok! Tok! Tok!
Sontak keheningan itu terbuyar. Seseorang membuka pintu ruangan. Mereka semua sontak terkejut saat melihat siapa yang datang.
"Penghulu?"
"Apa maksud semua ini, Pa!" tanya Adam, ia tak mengerti. Mengapa ada penghulu yang datang ke ruangannya.
"Iya, betul. Apakah dia salah kamar?" sahut Rianti, dengan perasaan tak enak.
"Dimana Lucian?" tanya Edward, tanpa menghiraukan pertanyaan Anaknya. 'Apa kau pikir, Aku tak mengetahui isi hatimu, Rianti...' batin Edward menatap tajam Rianti.
'Aku tak akan membiarkan kau berbuat sesukamu dan memanfaatkan Lucian.'
"Lucian? Pa... Jangan bilang---!"
Sebelum sempat mengucapkan kalimat yang benar-benar tak ia inginkan, Lucian muncul dengan setelan jas yang rapi. Namun, wajahnya tak nampak bahagia, hanya ada kekecewaan mendalam dan juga rasa benci.
"Ayo, Pak penghulu. Semua orang sudah berkumpul," terang Edward, dengan senyum di wajahnya.
Anna yang sudah mengetahui niat Kakek pun hanya bisa terdiam, tanpa bisa menolak. Karena ini adalah permintaan terakhir Kakek, orang yang selalu menyayangi dirinya.
"Papa!" teriak Rianti.
"Kakek! Apa maksudnya ini? Siapa yang akan menikah? Enggak, enggak mungkin itu Kak Lucian?" tanya Liana seolah tak percaya.
Semua yang ada diruangan itu jelas tahu, kepada siapa Lucian akan menikah. Hanya Anna satu-satunya wanita yang bisa Lucian nikahi di dalam Ruangan ini.
"Pa, apakah ini benar-benar yang terbaik untuk mereka berdua?" tanya seseorang, yang sejak tadi mereka hanya diam mengamati tanpa berniat mencampuri. Namun, mereka tak bisa terus diam jika itu menyangkut sebuah pernikahan yang sakral.
Albert Dewata, anak kedua dari Edward Stuart Dewata yang selama ini tak pernah mencampuri urusan perebutan waris. Karena itu, ia telah membangun Perusahaannya sendiri. Ia yang merupakan anak kedua, berusaha keras bekerja tanpa lelah, karena ia tahu ia tak akan mendapatkan hak waris meneruskan Perusahaan DW Entertainment. Ia, Istri dan Anak-anaknya sengaja menjauh dari kehidupan keluarga besar Dewata.
"Albert, Aku tahu apa yang terbaik untuk mereka. Aku tak bisa meninggalkan Anna sendiri tanpa status yang jelas. Seseorang pasti akan mencoba mengusirnya," jelas Edward dengan tatapan sinis menatap Rianti.
Rianti hanya bisa menggigit bibirnya kesal. 'Sial! Ini benar-benar tak ada dalam rencanaku.'
Namun, tanpa mereka sadari sepasang mata terus menatap pada Anna yang tengah tertunduk.
"Cukup dengan semua omong kosong ini! Cepat lakukan!" hardik Lucian, ia telah kehabisan kesabarannya. Ia tak ingin berada di ruangan ini lagi, ia muak dengan segala perdebatan ini.
"Baiklah kita akan mulai acara pernikahan ini. Dan, saudari Annalia Selvana akan saya walikan karena tidak ada saudara. Lucian Elscant Dewata, silakan jabat tangan saya," ucap Penghulu, mengulurkan tangannya.
Saat Lucian hendak mengulurkan tangannya, suara bariton menghentikan uluran tangannya.
"Berhenti!"
Sontak pergantian tertuju pada seorang lelaki di pojok kanan ruangan, yang sedari tadi diam tanpa suara. Gadis di sampingnya menyenggol lengan Kakaknya dengan heran, dan berbisik sesuatu.
"Kak, kumohon jangan melakukan sesuatu yang konyol," bisiknya memohon.
Lelaki itu hanya tersenyum tipis. Berjalan mendekati bangsal Edward.
"Ada apa, Raven?" tanya Edward, dengan kening berkerut.
Ravendra Algivano Dewata, anak pertama Albert Dewata, pria tampan dengan segala kelembutan dan kebaikan hatinya. Segala perhatian Edward kepada Lucian tak pernah membuatnya iri maupun dengki.
"Aku saja yang menikahi Anna! Aku menyukai Anna, Kek," ungkap Raven, menatap Anna dengan lembut.
"Apa!"
Semua orang di ruangan itu berseru kaget, kecuali Lucian yang telah menebak hal itu.
"Tapi, Rav---."
"Daripada Anna menikah dengan pria yang jelas-jelas mencintai wanita lain, lebih baik Aku yang menikah dengannya," jelas Raven bersungguh-sungguh.
Ia tak ingin lagi kehilangan sesuatu oleh Lucian. Hak waris jelas akan menjadi milik Lucian, ia dan Ayahnya tak akan pernah bisa bermimpi menginginkan hak waris. Tapi, kali ini ia tak ingin wanita yang ia cintai juga di renggut oleh Lucian, karena jelas-jelas Lucian tak pernah mencintai Anna.
'Apa? Tuan Raven, men-menyukaiku?' batin Anna seolah tak percaya. Ia tahu, selama ini Raven selalu bersikap baik padanya, memberikan dirinya semangat dan motivasi untuk tetap semangat menjalani hari. Namun, Anna tak tahu jika dibalik semua sikap manis Raven padanya, ternyata lelaki itu menyimpan perasaan padanya. Anna semakin merasa bersalah, rasanya ia telah mempermainkan perasaan Raven selama ini.
Edward terdiam membisu. Pikirannya berkecamuk, antara memilih gadis yang benar-benar mencintai Lucian dengan tulus atau Raven yang mencintai Anna dengan tulus.
Jujur saja, ia terus mengharapkan Anna menikah dengan Lucian. Tapi, ia sadar bahwa selama ini ia juga tak pernah benar-benar melihat kehadiran Raven. Kali ini ia tak bisa terus memihak pada Lucian.
"Bagaimanapun keputusan ada di tangan Anna," putus Kakek akhirnya. Ia hanya bisa memberikan keputusan di tangan Anna, karena ini merupakan kebahagiaan dan masa depan gadis itu.
Anak sontak menjadi sorotan. Semua orang menatapnya dengan berbagai macam arti.
'Apa yang harus Aku lakukan? Bagaimana bisa Aku memilih. Jelas Aku akan memilih Lucian, karena Aku telah mencintainya selama bertahun-tahun. Namun, apakah Aku egois? Jelas Lucian mencintai Nona Mona yang sedang terbaring sakit. Apakah Aku boleh egois untuk saat ini saja...'. Pikiran berkecamuk, dirinya sangat bimbang jelas hatinya telah menentukan siapa nama itu.
"Apakah Aku boleh berbicara berdua dengan Kakek terlebih dahulu," lirih Anna menunduk, jarinya bertaut menahan rasa gelisah didadanya.
"Baiklah, kalian keluarlah dulu," pinta Kakek, dengan tatapan tajam, membuat semua orang di sana keluar tanpa protes.
Sebelum benar-benar pergi, Rianti menatap Anna dengan tajam menyiratkan bahwa Anna akan menerima akibatnya jika memilih Lucian.
"Ada apa, Anna? Kau hanya perlu memilihi siapa yang benar-benar kau sukai," jelas Edward dengan lembut. Ia memegang tangan Anna dan menatap gadis itu.
"Ak-Aku tidak tahu, Kek. Aku takut melakukan kesalahan. Tapi aku mencintai---."
"Lucian, kan!" potong Kakek, sambil tersenyum manis.
Anak terbelalak kaget, lalu menundukkan kepalanya dalam. Ia merasa tak tahu diri menginginkan Lucian, padahal ia tak mungkin bisa dengan lelaki itu.
"Anna dengarkan, Kakek. Kakek percaya kamu adalah yang terbaik untuk Lucian. Mona adalah gadis yang tak memiliki kesetiaan yang nyata untuk Lucian. Dia hanya menginginkan status sebagai Nyonya Dewata, tanpa memikirkan perasaan Lucian. Dia berselingkuh dengan Asisten Pribadinya tanpa Lucian ketahui," jelas Kakek, sontak membuat Anna menutup mulutnya seolah tak percaya.
"Kenapa Kakek tak pernah memberitahukan itu kepada Lucian?" tanya Anna heran. Jelas jika Lucian mengetahui semua itu, ia tidak akan sesakit itu saat tahu Mona mengalami kecelakaan.
"Saat itu, Kakek pikir lebih baik Lucian yang mengetahui semua ini sendiri. Dengan begitu dia akan tahu bagaimana wanita yang ia cintai dan bela-bela ternyata adalah wanita ular," jelas Kakek, ia memang kejam namun ini semua demi kebaikan dan masa depan Lucian.
Anna hanya diam mencerna semua informasi yang tiba-tiba datang kepadanya.
"Bagaimana? Kau sudah mendapatkan jawabannya?" tanya Edward. Anna mengangguk paham. Ia melakukan ini semata-mata karena Kakek dan Lucian, namun ia juga sadar ini juga merupakan bagian dari keegoisannya yang menginginkan Lucian.
Mereka kembali masuk setelah di panggil. Tak ada satupun yang memulai percakapan karena menunggu jawaban dari Anna.
Lucian menatap Anna dengan tajam. Jelas diwajahnya tergambar rasa benci, amarah dan penolakan.
Namun, dengan tekadnya sudah bulat. Bahwa ia akan mencoba untuk meluluhkan hati Lucian. Dan, memberikan yang terbaik untuk lelaki itu, dengan begitu Lucian tak akan tersakiti oleh Mona.
"Aku akan menikah dengan Lucian," putus Anna, sembari menunduk takut.
Raven hanya dapat menatap Anna dengan raut wajah kekecewaan.
"Apa! Dasar gadis tak tahu diri!" bentak Rianti spontan. Terlihat wajahnya sangat murka.
"Diam, Rianti! Penghulu silakan mulai pernikahannya!"
Lucian tampak sangat marah. Ia tak bisa menolak. 'Ini adalah pilihanmu! Maka terimalah neraka yang kubuat untukmu,' batin Lucian dengan segara kebenciannya terhadap Anna.
Lucian mulai menjabat tangan penghulu.
"Saudara Lucian Elscant Dewata bin Adam Dewata, saya nikahkan dan kawinkan anak perempuan saya Annalia Selvana dengan maskawin berupa uang tunai 1 milliar, tunai!"
"Saya terima nikah dan kawinnya Annalia Selvana binti Allah dengan maskawin tersebut dibayar tunai," jawab Lucian. Tatapannya dingin, tak bergeming.
"Bagiamana saksi? Sah?"
"Sah!"
NOTE: TOLONG BANTUANNYA JIKA ADA KESALAHAN KATA ATAU KESALAHAN DALAM PENGUCAPAN IJAB QOBUL DAN SYARATNYA. MOHON BANTU KOREKSI TEMAN-TEMANNYA RIDERS SEMUA:)