Wajib membaca novel sebelumnya "Suami pengganti (menikah dengan calon kakak ipar).
Karena Kejadian yang tak terduga membuat Rahma harus menerima kenyataan pahit di benci oleh calon suaminya sendiri.
Demi kesehatan sang ayah pria bernama Riko harus tetap menikahi seorang gadis yang di jodohkan oleh ayahnya, meski kenyataannya sehari sebelum pernikahan dirinya memergoki gadis itu di sebuah hotel bersama seorang pria yang tak lain adalah adik sepupunya sendiri.
Akankah Rahma mampu membuktikan kepada Riko jika dirinya tak seburuk pemikiran Riko?? akankah Rahma bisa membuktikan jika dirinya hanyalah korban fitnah keji seseorang???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tatapan penuh cinta.
"Aku merasa tidak enak jika menolak permintaan mbak Cristi." sekali lagi Rahma terpaksa berdusta karena ia belum siap mengakui pernikahannya kepada Ratu saat ini.
"Baiklah, jika itu sudah keputusan kamu, aku hanya ingin kamu bisa menjaga diri karena dari yang aku lihat Sepertinya tuan Riko sengaja mencari cari alasan agar bisa tinggal di rumah kamu."
Rahma hanya diam saja ketika Ratu mulai menaruh curiga.
"Lalu, tuan Riko akan menempati kamar yang mana selama tinggal di rumah kamu ??." tanya Ratu mengingat kamar yang satunya lagi di jadikan Rahma sebagai ruang kerja serta tempat untuk menyimpan rak bukunya.
"Aku akan memintanya untuk memindahkan rak buku dan meja kerjaku ke ruang belakang." jawaban Rahma membuat Ratu hanya bisa mengeluarkan napas dalam.
Rahma dan Ratu segera turun ke bawah karena Rahma ingin memasak makan malam.
"Boleh saya minta segelas air putih?? Ujar Riko ketika melihat Rahma dan Ratu melintasi ruang tengah hendak menuju dapur.
"Tunggu sebentar !!! Akan aku ambilkan untuk anda." jawab Rahma dengan terpaksa, mengingat saat ini ada Ratu di tengah tengah mereka. Jika tidak ia pastikan Riko akan mengambil air minum sendiri jika tidak ingin tenggorokannya sampai kering kerontang. Rahma masih merasa kesal ketika teringat sikap dingin Riko padanya selama ini.
"Terima kasih Sa_ maksud saya nona Rahma." Riko Buru buru meralat ucapannya ketika melihat Rahma melebarkan mata ke arahnya.
"Hemt."
Rahma menuju dapur untuk mengambil segelas air untuk Riko dan di ikuti Ratu di belakang langkahnya.
Dret.
Dret.
Dret.
Ratu meraih ponselnya di saku celananya kemudian melihat nama pemanggil di layar ponselnya.
"Halo, ada apa kak??." Ratu menerima panggilan dari Kumala.
"Kamu di mana?? Sekarang kakak ada di depan rumah kamu." tanya Mala di seberang telepon karena sudah beberapa kali menekan bel rumah namun Ratu tak kunjung keluar dari dalam rumahnya.
"Oh astaga...aku sampai lupa kalau sore ini kak Mala mau main ke rumah." Ratu Nampak bergumam seraya menepuk jidat.
"Ra, aku balik dulu, aku lupa kalau sore ini Kak Mala mau main ke rumah." Ratu pamit dan Rahma pun mengiyakannya.
Ratu yang melintas di ruang tengah menampilkan seulas senyum sambil mengangguk sopan saat tak sengaja pandangannya bertemu dengan Riko.
"Silahkan di minum!!."
Riko mengembangkan senyum di wajahnya saat Rahma menyajikan segelas air putih dan juga segelas jus lengkap dengan sepiring camilan di atas meja.
"Terima kasih." ucapnya dan Rahma hanya mengangguk saja.
Merasa tenggorokannya sejak tadi sudah kering Riko pun segera meneguk segelas air putih hingga setengah lalu kembali meletakkan gelas di atas meja.
"Mau kemana??." tanya Riko saat melihat Rahma beranjak.
"Tentu saja mau melihat kamar yang akan mas Riko tempati, tidak mungkin juga kan selama menginap di sini mas Riko akan tidur di sofa." jawab Rahma dan Riko pun turut beranjak dari duduknya mengikuti langkah Rahma.
Ceklek
Rahma membuka pintu kamar yang letaknya tepat di sebelah kamarnya.
Riko mengikuti langkah Rahma masuk ke dalam kamar. ia mengedarkan pandangan ke setiap sudut ruangan.
"Rumah ini hanya memiliki dua kamar dan tinggal ini kamar yang kosong, apa mas tidak keberatan menempati kamar ini??" Tanya Rahma kurang yakin suaminya itu akan nyaman menempatinya mengingat kamar utama di apartemen mereka jauh lebih besar dan lengkap fasilitasnya di bandingkan kamar itu.
Tanpa berpikir Riko spontan menjawab. "Tentu saja mas tidak keberatan, sayang."
"Baiklah, kalau begitu mas boleh mulai membersihkannya dan jika mas tidak memerlukannya mas boleh memindahkan barang barang yang ada di kamar ini ke bawah.!!." ujar Rahma sebelum beranjak meninggalkan kamar itu. Namun baru selangkah Rahma kembali menghentikan pergerakannya kala Riko mencekal lengannya.
"Mau kemana??."
"Ke dapur, aku mau memasak untuk makan malam." jawab Rahma seadanya dan Riko pun akhirnya mengangguk.
"Oh astaga ada apa denganku??." Riko terlihat geleng-geleng saat menyadari kebodohannya yang berpikir jika Rahma akan kembali pergi meninggalkannya entah ke mana.
Setelah Rahma beranjak ke dapur Riko pun mulai membuka jaketnya sehingga menyisakan kaos dan celana panjang jens saja sebelum kemudian mulai membersihkan kamar itu.
"Sepertinya Rak buku dan meja ini tidak perlu di keluarkan, aku bisa menggunakan ruangan ini sebagai kamar sekaligus ruang kerja." Gumam Riko berpikir sejenak.
Karena menurutnya rak buku serta meja kerja di ruangan tersebut tidak perlu di keluarkan maka Riko hanya perlu membersihkannya sedikit saja karena kenyataannya kamar tersebut tidaklah terlalu kotor.
Cukup lama Riko berkutat dengan sapu dan juga kain pel serta kemoceng hingga kini kamar itu telah terlihat bersih dan juga rapi.
Akan tetapi penampilan Riko yang tadinya rapi dan juga wangi kini terlihat sedikit berantakan serta tubuhnya yang terlihat berkeringat dan penampilannya yang sedikit berantakan. namun begitu tidak sedikitpun mengurangi ketampanan pria itu.
Rahma yang baru saja tiba dari dapur di buat tercengang untuk sejenak. bagaimana tidak, ini kali pertamanya suaminya tersebut berkutat dengan peralatan bersih bersih namun hasilnya nyaris sempurna.
"Tidak masalah kan jika mas tidak mengeluarkan rak buku serta meja ini???" tanya Riko saat melihat Rahma hanya diam.
"Jika mas membutuhkannya maka tidak perlu di keluarkan." jawab Rahma. Namun pandangannya kini tertuju pada peluh yang kini membasahi dahi Riko. Tanpa aba aba Rahma meraih selembar tisu di atas meja lalu mengulurkan tangannya untuk mengusap peluh di dahi Riko sehingga membuat sebuah senyum terbit di wajah tampan Riko.
"Thank you, sayang." Riko mencubit gemas dagu Rahma sehingga membuat wanita itu tersadar akan tindakannya. Rahma sontak menarik tangannya namun sayangnya dengan cepat Riko menghalangi pergerakannya. Kini keduanya pun bersitatap, jika Rahma menatap Riko dengan tatapan di buat tajam berbeda dengan tatapan Riko yang terlihat penuh cinta dan kerinduan.
Sampai kemudian tatapan keduanya terputus kala pandangan Riko turun ke area perut Rahma.
"Bagaimana kabar anak Daddy di dalam perut mommy???." kini tangan Riko beralih mengelus lembut perut Rahma yang mulai terlihat membesar jika mengenakan pakaian yang tidak terlalu longgar.
Kini posisi Riko sedikit merunduk saat mengajak calon bayinya berbicara, berharap bisa merasakan pergerakan calon bayinya di dalam sana. Sementara Rahma hanya diam, membiarkan Riko mengajak calon bayi mereka berkomunikasi.
"Sehat selalu di dalam sana, mommy dan Daddy di sini menunggu kehadiranmu, sayang." Riko mengecup perut Rahma dengan lembut dan cukup lama sebelum kemudian kembali menegakan badannya.
"Terima kasih sayang, karena sudah bersedia mengandung anak kita." setelah calon bayinya Kini giliran Rahma yang mendapat tatapan penuh cinta dari Riko.
"Hemt." hanya itu saja yang terlontar dari bibir Rahma, meski sebenarnya kini ia merasa salah tingkah dengan tatapan penuh cinta dari sang suami. Namun begitu Rahma berusaha terlihat biasa saja di hadapan Riko.
Tiba tiba Rahma teringat akan niatnya yang datang untuk mengantarkan air dingin untuk Riko. "Airnya di minum dulu, mas pasti haus." ucapnya seraya meraih sebotol air mineral lalu meyerahkannya kepada Riko.
"Terima kasih, istriku sayang." ucapnya dengan seulas senyum manis di wajah tampannya.