NovelToon NovelToon
Lingkaran Cinta Kita

Lingkaran Cinta Kita

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / Murid Genius / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / LOL / Bad Boy
Popularitas:17.5k
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

Rui Haru tidak sengaja jatuh cinta pada 'teman seangkatannya' setelah insiden tabrakan yang penuh kesalahpahaman.

Masalahnya, yang ia tabrak itu bukan cowok biasa. Itu adalah Zara Ai Kalandra yang sedang menyamar sebagai saudara laki-lakinya, Rayyanza Ai Kalandra.

Rui mengira hatinya sedang goyah pada seorang pria... ia terjebak dalam lingkaran perasaan yang tak ia pahami. Antara rasa penasaran, kekaguman, dan kebingungan tentang siapa yang sebenarnya telah menyentuh hatinya.

Dapatkah cinta berkembang saat semuanya berakar pada kebohongan? Atau… justru itulah awal dari lingkaran cinta yang tak bisa diputuskan?

Ikutin kisah serunya ya...
Novel ini gabungan dari Sekuel 'Puzzle Teen Love,' 'Aku akan mencintamu suamiku,' dan 'Ellisa Mentari Salsabila' 🤗

subcribe dulu, supaya tidak ketinggalan kisah baru ini. Terima kasih, semoga Tuhan membalas kebaikan kalian...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dorongan Hati sesaat?

Zara Ai Kalandra

Elmira Adhiyaksa

Yuki Asaki Akasia

Dan di bawah langit pagi yang belum ramai. One... Two... Threeeee!!

Tubuh Zara dilontarkan ke udara dengan penuh akrobatik. Tinggi dan ringan. Melayang, seperti waktu yang berhenti sejenak hanya untuk menyaksikannya. Dalam sepersekian detik, pesonanya pecah di ruang tanpa batas itu. Saat ia mendarat, angin pun bertepuk kagum. Pendaratannya nyaris sempurna.

Amazing.

Setelah latihan cheerleader di halaman kampus yang masih dibungkus udara pagi nan dingin itu, satu per satu anggota tim mulai beristirahat. Zara pun melangkah pelan.

"Guys, gue duluan ya."

Zara berniat ingin mengantar bekal makanannya yang ia buat untuk Kakaknya. Tapi belum sempat ia benar-benar pergi, suara riuh mulai terdengar dari kejauhan.

“ZARANGHEIIII!!!”

Sebuah sorakan kompak dan agak norak menggema dari segerombolan mahasiswa yang tiba-tiba mendekat dengan semangat 45.

Zara langsung membelalak.

“HAH?!"

Cowok berkacamata dengan wajah penuh harap, maju paling depan sambil mengacungkan buku tulis. “Hai Zara! Bisa minta tanda tangannya!”

“Heh? Siapa lo?”

“Kita tuh... ehm... fans kamu!”

“Fans?” Alis Zara langsung naik. Dia bahkan menengok ke kiri-kanan, memastikan apakah kamera tersembunyi sedang menjebaknya.

“Iya dong! Sejak tim cheers kamu lolos ke nasional, kamu jadi viral di forum kampus! Kamu itu kayak center-nya, shining banget gitu!”

“Ealah… Tapi gue nggak butuh fans, maaf ya.”

“Sombong amat sih…” celetuk salah satu dari kerumunan dengan nada bercanda.

“Iya, iya. Maaf deh. Sini, gue kasih tanda tangan.”

Begitu Zara menerima permintaan itu, cowok-cowok lain langsung maju serempak. Ada yang bawa buku, ada yang nekat pakai tisu, bahkan ada yang nyodorin jaket biar ditandatanganin.

“Eh, hei! Satu-satu dong, plis!” sergah Zara mulai kewalahan. Wajahnya mulai merah bukan karena malu, tapi karena risih. Tapi ia tetap bertahan, berusaha menghargai antusiasme mereka.

Dalam hatinya, Zara mengeluh, "Apa-apaan sih ini… perasaan gue baru aja pengen ngadem bentar, kok malah jadi idol kampus dadakan? Boleh nggak sih, gue anggep, seru. Wkwkwk..."

"Kamu tahu, kamu itu luar biasa, Zara."

"Apa maksud lo?" Zara masih sibuk menandatangani buku catatan yang disodorkan bergantian.

Cowok berkacamata itu dengan bangga menyodorkan tablet, membuka sebuah video. "Lihat ini, ketua tim kami selalu berhasil merekam performamu dan kami upload di akun official tim. View-nya meledak, Zay! Kamu bakal jadi center idol kita."

Zara menghentikan gerak tangannya. Ia merebut tablet itu dari tangan cowok tersebut. Matanya menyisir layar, awalnya hanya sekilas, tapi makin lama ekspresinya berubah.

Wajahnya memucat. Matanya memanas.

Video itu telah diedit dengan efek dramatis, memperlihatkan gerakan Zara yang paling menonjol. Terlalu menonjol. Kamera seakan mempermainkan sudut pandang, fokus pada tubuh dan ekspresi Zara dengan cara yang tak ia sukai.

"Ini apa?!" suaranya tajam.

"Eh... ya kami fans kamu, Zara. Adanya kamu tuh bawa hoki buat tim kita. Kamu itu dewi fortuna!" Kedua tangan cowok itu terangkat seakan menyembah sesuatu yang bersinar.

"Astaghfirullah... Gue nggak suka beginian. Nggak ada satu pun dari kalian yang minta izin. Kalian pikir ini lucu?"

Ketegangan menyelimuti udara.

"Tapi Zara, ini trending! Banyak yang like, banyak yang komen! Kamu jadi idol kampus sekarang!"

"Idol bukan berarti objek!" Zara membentak. Meski tangannya sedikit gemetar, ia tetap berdiri tegak. Gugup? Iya. Takut? Apalagi. Tapi ia sadar, tak akan ada orang yang akan membantunya, Zara menguatkan dirinya sendiri.

Ia menekan layar tablet dengan keras hingga screennya freeze. "Gue bilang terakhir kali... jangan lanjutkan ini."

Tablet itu langsung direbut kembali oleh pemiliknya. "Astaga, hampir saja tablet gue retak."

"Gue pergi." Ucapnya dingin. Zara berbalik, langkahnya cepat tapi masih menyisakan getaran marah.

Dari kejauhan, di bawah rindang pohon akasia, Asaki menyilangkan tangan. Ekspresinya mencibir. "Tuh kan, Haru. Baru dikasih spotlight aja udah belagu. Mentang-mentang trending. Sombong banget."

Ia mengeluarkan ponsel, lalu menyodorkannya ke arah Haru yang berdiri tanpa ekspresi. "Lihat video ini. Gaya-gayanya kayak idol kampus beneran. Tebar pesona, centil, cowok-cowok jelas kelepek."

Haru enggan. Memilih memalingkan wajah.

"Berhenti mengatainya, Asaki."

"Kenapa? Gue cuma kasih tahu yang lo nggak lihat. Cewek itu bukan tipe buat lo, Haru. Lo terlalu pintar untuk jatuh sama... dia."

Haru mengepalkan tangannya. "Gue pergi."

"Haru!!"

Di sisi lain halaman kampus, suara heboh kembali pecah. Rombongan tim cheerleader bersama Asyifa berjalan bersama. Salah satu dari mereka bersorak histeris penuh rasa senang.

"ASTAGAAAA ITU KAK HARU!"

"Yang dari ajang MatSci international Battle 2025?!" seru salah satu dari mereka histeris.

"Iyaaa! Yang lomba bareng kak Ray! Yang waktu itu ditayangin di TV kampus! Mereka tuh kayak duo maut genius, nggak sih?"

"OMAAAGAAAH DIA GANTENGNYA REAL!!"

"Inikah pesona cowok 180+ centimeter?!"

Haru, yang tak jauh dari sana, hanya bisa menghela napas. Baru saja satu kerumunan selesai, sekarang datang kerumunan yang lain.

Asaki melangkah mendekat. Tatapannya tajam, seperti biasa. Protektif dan tak mau kalah. "Kalian nggak bakal bisa, ya, mendekati Haru." Suaranya tegas, menembus kerumunan yang masih ribut.

Haru mendesah pelan. "Mulai lagi..."

Ia sudah terlalu hafal dengan sikap Asaki. Selalu jadi garda depan seolah Haru adalah miliknya yang harus dijaga dari siapa pun. Harus!

Salah satu cewek dari kerumunan tertawa kecil, "Sorry banget ya, Kak. Kita nggak cari muka kok. Cuma heboh aja. Ya nggak, guys?"

"Yup yup!"

Kemudian celetukan lain menyusul, tajam dan menggoda. "Lagian, Kak Haru tuh biasa aja. Masih lebih keren Kak Ray. Cekatan, karismatik, auranya kebakar banget pas tampil. Kayak... cowok anime yang siap nyelametin dunia."

Seketika telinga Haru panas. Tapi ia memilih diam. Menahan reaksi. Ia tahu, membalas hanya akan memperpanjang drama yang tak perlu.

Namun, Asaki berbeda.

"Hati-hati ngomong lo!" Nada suaranya naik satu oktaf, tajam dan menggetarkan udara pagi. "Gue nggak terima ya kalau kalian rendahin Haru. Apalagi bandingin dia sama Ray. Itu jelas beda!"

Ia melangkah maju, "Haru itu sempurna. Dia putra seorang profesor! Ibunya ilustrator profesional yang karyanya dipamerin di luar negeri! Rumahnya? Sepuluh kali lebih besar dari rumah kalian! Lo pikir siapa dia, hah? Dia itu levelnya beda!"

Tiap kata terdengar seperti hujan deras yang menghantam genting asbes. Berisik, membasahi, tapi juga membuat jengah.

"Asaki..." Haru jengah dengan sikap Asaki yang melebih-lebihkan dia. Ingin sekali membuat gadis itu sadar: pembelaan membabi buta bukan bentuk cinta, tapi luka yang disamarkan dalam kata-kata besar. Tapi, "Males ah." batinnya tidak jadi.

Asaki lanjut, "Dan satu lagi ya! Gue bener-bener nggak habis pikir kenapa orang-orang selalu ngefans sama Ray! Emangnya kenapa kalo dia lebih jenius? Emangnya kenapa kalo dia bisa bawa pulang piala tiap lomba internasional? Lo semua lupa, Haru itu jauh lebih jenius dari Ray!"

"Kalo elo masih lanjut, gue pergi." pungkas Haru.

1
Elisabeth Ratna Susanti
seru banget part ini 👍🥰
Nailott
oo ternyata dia laki2 yg ditabrak aku pikir bandhi ygm nabrrak.bukan bhandhi
Nailott
emanf zara bandel bin bodoh nantangin bahaya
Nailott
novel apa pulak ini
Miu Nih.: ke karya baru aku aja kak 🙏 ,, judulnya 'Mommy, kami butuh Papa' terima kasih 🙇‍♀️🙇‍♀️
total 1 replies
Lady Ev
apkah ini namanya semkin ku kejar semkin kau jauh? oh tidak!!🤦
Zuri
aku dah puyeng duluan sebelum memahami sesuatu🤧
Zuri
separuh dari jiwa Haru melayang
../Facepalm/
Aksara_Dee
terpengaruh dgn omongan bunda ya
Aksara_Dee
adududuhh... Zara jadi artis
Aksara_Dee
owh begitu
Afi Afifah
Sekali nanya, langsung ke ulu hati. 🔥
Afi Afifah
Satu pertanyaan, semua luka kebuka. 🙃
Afi Afifah
Zaraaa 😫😭🤧
Afi Afifah
Respect buat Zara yang masih bisa berdiri meski hatinya udah 99% dead battery. 🔋❌🤧🤧
Afi Afifah
hatinya lagi kayak kaca retak 🤧🤧
Afi Afifah
Zara paket lengkap: cantik, chaos, jenius, tapi hatinya hancur. Capek-capek jadi gemoy, ternyata dalemnya meleyot. 😭
Afi Afifah
GIRL. Please. Jangan self harm. 😭😭🤧🤧
Afi Afifah
fix ini adik butuh peluk + es krim rasa red velvet! hiks 🤧🤧
Afi Afifah
Plis... ini narasinya bikin dada sesak 🤧🤧
Afi Afifah
😭😭 Haru-nya bangun pas Zara pergi 😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!