NovelToon NovelToon
Melahirkan Bayi Kembar Ceo

Melahirkan Bayi Kembar Ceo

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Lari Saat Hamil / One Night Stand / Anak Kembar / Crazy Rich/Konglomerat / Kehidupan di Kantor
Popularitas:16.8k
Nilai: 5
Nama Author: Melon Milk

Sienna Blair, seorang wanita mandiri dan kuat, dikhianati oleh kekasihnya Landon Pierce dan adik tirinya, Sabrina Horison. Setelah insiden tragis di Hotel Savoy yang mengguncang hidupnya, ia melarikan diri ke luar negeri dalam keadaan hamil. Lima tahun kemudian, ia kembali ke London bersama kedua anak kembarnya, Hunter dan Hazel, dengan tekad untuk membalas dendam dan membangun kembali kehidupannya.

Tanpa disadari, jalan hidup membawanya bertemu dengan Sebastian Cole, CEO dingin Cole Group, yang ternyata ayah kandung anak-anaknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melon Milk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21

Begitu mendengar kata-kata Sienna, Sebastian langsung meledak marah. Ini pertama kalinya dalam hidupnya ada yang memakinya sebagai orang yang "tidak tahu malu".

Perempuan ini benar-benar kelewatan! “Kau--”

Namun, sebelum dia sempat berkata apa pun, Hazel dan Hunter tiba-tiba berlari mendekat. “Mima, Papa, kami lapar!”

Tadinya mereka ingin pergi ke ruang bermain di lantai atas, tapi Hazel tiba-tiba ingin minum air, jadi mereka kembali ke bawah. Mereka tidak menyangka akan melihat pemandangan seperti itu.

Sebastian dan Sienna saling berpandangan, lalu buru-buru menenangkan diri masing-masing dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.

“Hazel, Hunter, tunggu sebentar. Papa akan panggil Bibi untuk masak sekarang,” kata Sebastian dengan lembut.

Sienna mendengus pelan, berdiri, dan menjawab santai, “Tidak usah. Kapan Bibi datangnya? Aku saja yang bawa Hazel dan Hunter pulang untuk makan.”

Kebetulan, dia bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk membawa anak-anak pergi dari rumah pria itu.

Hazel menggaruk kepala. Tidak, Mima harus tinggal bersama mereka di rumah Papa. Kalau tidak, mereka bisa jadi tidak akan pernah bertemu Papa lagi.

Memikirkan itu, Hazel langsung cemberut, lalu berjalan mendekat dan memeluk kaki Sienna sambil berkata sedih, “Mima, Hazel lapar banget, Kalau makan di rumah perut Hazel bisa kempes.”

Sienna mulai ragu.

Hunter juga ikut maju dan menambahkan, “Mima, tadi aku dan Hazel sudah lihat. Di kulkas rumah Papa banyak bahan makanan. Mima bisa masak di sini!”

Sebastian mendengar itu dan mengernyit. Perempuan ini bisa masak? Jangan-jangan nanti dapurnya malah meledak.

Namun, melihat tatapan penuh harapan dari kedua anak itu, Sienna akhirnya mengangguk tak berdaya. Kalau bukan karena dua bocah ini, dia tidak akan sudi memasak di rumah Sebastian.

Dia menatap Sebastian. “Kalau begitu, aku pinjam dapurmu sebentar.”

“Hm.” Sebastian mengangguk singkat. Dia tidak mungkin membiarkan anak-anak kelaparan.

Sienna pun berjalan menuju dapur.

Melihat rencana mereka berhasil, Hazel dan Hunter langsung bertatapan dan tersenyum, lalu mulai merayu Sebastian untuk menonton kartun bersama mereka.

*

Setengah jam kemudian, Sienna selesai memasak dan menata makanan di meja empat lauk dan satu sup, lengkap dengan paduan daging dan sayuran. Aromanya menggugah selera.

Hazel dan Hunter langsung berlari ke ruang makan saat mencium baunya.

Melihat hidangan di atas meja, Hazel berseru girang, “Senangnya! Ada telur dan banyak daging!”

Sebastian ikut tersenyum, “Kalau begitu, Hazel dan Kakak harus makan yang banyak, ya.”

“Iya!”

Keluarga kecil itu pun duduk bersama di meja makan.

“Mima, aku mau sup ini. Tolong ambilkan semangkuk ya?” Hazel menunjuk sup soun kerang.

“Tentu.” Sienna tersenyum dan mengambilkan juga untuk Hunter.

“Terima kasih, Mima.” Hunter melirik mangkuk supnya, lalu menoleh ke arah Sebastian. Matanya berkilat nakal. “Mima, ambilkan juga untuk Papa."

Tanpa menunggu reaksi Sienna, dia menoleh ke Sebastian. “Papa, sup buatan Mima enak banget. Mau coba?”

Sebastian sebenarnya tidak terlalu tertarik, tapi melihat mata penuh harap dari Hunter, dia akhirnya mengangguk.

Melihat itu, Hunter langsung mendorong Sienna. “Mima, ambilkan juga ya.”

Sienna tidak bisa melawan dua bocah kecil ini. Dia tersenyum lemah dan mengangguk. “Baiklah.”

Sebastian menerima semangkuk sup dan berkata pelan, “Terima kasih.”

Hunter lalu mengernyitkan dahi dan bertanya polos, “Papa, Mima, di taman kanak-kanak, orangtua teman-temanku saling memanggil sayang atau suami-istri. Kenapa kalian ga begitu?”

Sebastian dan Sienna langsung terdiam, wajah mereka kaku, dan tanpa sadar saling melirik dengan ekspresi jijik.

Sienna bahkan merasa geli hanya membayangkannya, apalagi mengatakannya secara langsung.

Hunter menangkap perubahan suasana dan mulai berpura-pura sedih. “Papa, Mima. kalian ga saling suka, ya? Makanya ga pernah bareng. Pasti karena aku dan Hazel. Mima pergi ke luar negeri, kalian jadi jauh huhuhu.”

Dia mengusap matanya, pura-pura menangis.

Hazel yang melihat kakaknya menangis, ikut-ikutan menangis tanpa tahu alasan pastinya. Ia ikut menangis keras.

Sienna jadi panik dan tidak tahu harus berbuat apa. “Hazel, Hunter, jangan menangis. Papa dan Mima baik-baik saja, kok.”

Hunter masih terisak dan menuding, “Kalian bohong, bahkan ga mau saling panggil sayang!”

Hazel pun ikut terisak seperti anak kucing. “Kakak nangis, Hazel juga nangis.”

Sienna benar-benar kewalahan.

Akhirnya dia menatap Sebastian, menggertakkan gigi, dan berkata, “Sayang.”

Sebastian membeku.

“Papa, sekarang giliranmu,” kata Hunter sambil mengusap ingus.

Sebastian sempat ragu, lalu akhirnya berkata pelan, “Kasih.”

Sienna langsung merah padam, jantungnya berdetak kencang. Dia sangat malu, seakan ingin menghilang dari dunia.

“Hazel, lihat, Mima memerah” seru Hunter bersemangat.

Hazel berhenti menangis, menatap wajah Sienna, dan berseru, “Mima malu! Malu!”

Sienna buru-buru membuang muka dan mengganti topik, “Kalian sudah besar, masih suka nangis. Malu ga?”

Hazel mencibir, “Mima yang lebih malu, muka malu-malu.”

Sienna makin tersipu, wajahnya seperti ingin menguap asap. Anak-anak ini benar-benar tidak tahu batasan. Mereka asal bicara, tanpa sadar sudah membuatnya kewalahan setengah mati.

Sebastian yang sedang mengelap air mata Hunter, melirik ke arah Sienna. Perempuan ini malu?

Dia mulai curiga. Aktingnya terlalu bagus. Jangan-jangan ini semua cuma cara untuk merebut hati anak-anak. Dia harus cepat-cepat merebut kembali hak asuh mereka. Kalau terus begini, mereka bisa terbawa kebiasaan buruk.

Sienna akhirnya merasa sedikit lega setelah kedua anak itu tenang dan berhenti menangis.

Setelah makan, dia membereskan meja makan dan mencuci piring di dapur.

Saat kembali ke ruang tamu, dia melihat Sebastian dan anak-anak duduk di sofa menonton TV. Ketika melirik ke luar jendela, hari sudah gelap.

Dia pun berkata, “Hazel, Hunter, ayo kita pulang.”

Tadi mereka hanya datang untuk main dan makan. Sekarang sudah malam, dan dia tidak ingin tinggal lebih lama di rumah ini. Semakin lama di sini, makin besar kemungkinan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Begitu Hazel mendengar kata “pulang”, dia langsung melirik Sebastian dan tampak sedih. Dia baru saja bertemu Papanya, dan sekarang sudah harus berpisah?

“Mima aku ga mau pulang.”

Sienna menghela napas dan menunjuk ke jendela. “Hazel, di luar sudah malam. Kalau kita tidak cepat pulang, nanti susah dapat taksi.”

“Kalau gitu jangan pulang” Hazel menjawab polos. “Papa bilang ini rumah kita, jadi kita semua harus tinggal di sini!”

Sienna makin pusing. Ia pun mencoba membujuk Hunter, karena biasanya Hazel paling patuh padanya.

“Hunter, tolong bujuk Hazel, ayo kita pulang, ya?”

Tapi Hunter malah menggeleng. “Mima, aku juga gamau pulang. Anak-anak di TK tinggal bareng Papa dan Mama. Aku juga mau tinggal sama Papa.”

Sienna nyaris kehabisan akal. Sebelum dia bicara lagi, Hazel tiba-tiba berkata, “Mima, ayo tidur sama Papa malam ini”

“Tidak” Sienna spontan menolak.

Tinggal di sini saja sudah cukup terpaksa, apalagi harus tidur bersama Sebastian? Tidak mungkin.

Sebastian hanya melirik dan mendengus.

“Papa, Mima, anak-anak lain di TK tidur sama Papa dan Mama mereka. Aku juga mau tidur sama kalian,” kata Hunter sedih.

Sienna terpaku, menatap kedua anaknya. Tapi pada akhirnya, dia tidak tega menolak.

Mereka memang pernah bertanya tentang Papa, tapi dulu Sienna selalu mengalihkan. Namun setiap kali mereka melihat teman-teman lain punya Papa, mata mereka akan terlihat iri.

Kali ini, dia ingin memenuhi keinginan mereka.

Lagipula, anak-anak tidur bersama, jadi Sebastian tidak akan berani macam-macam.

“Baiklah, Mima janji, malam ini kita tidur bareng Papa,” ucapnya.

Hunter dan Hazel langsung bersorak gembira.

Sebastian hanya menatapnya, lalu mendengus pelan. Apa dia benar-benar mengira aku tidak bisa menebak permainannya?

1
partini
Si Bas sok suci banget apa iya memang tidak pernah bersentuhan sama lawan jenis
makasih Thor dah up buanykkk semoga besok up lagi
partini
aihhh
partini
paling Si Bas ma wanita nya
pls Sienna jangan ada rasa deh untuk sekarang ,,be strong woman ok jangan lembek
Maizuki Bintang
bgs
partini
good
partini
bocil bocil smart,,mode cool bingit Si Bas ini nanti yg meleh duluan siapa si bas kah atau Siena
Guaybb
Gabisa berktaa kata lagi kerennnnn😍😍😍😍😍😍👹👨🏿‍✈️🙂👹🥲🎃🤣😅😭😂😁
Dita lestari
ceritanya seru meskipun alur dan penulisannya agak berat🥰🥰🫶🏻
yumi chan
knpa seina gk trus trs kejadian 5 thn yg llu..ko ribt kerja seina..dn ank2 sena gk kshn sm seina..entlh thor aku ikut pusing
Ma Em
Kapan damai nya tuh Siena sama Bastian , dua2 nya salah sangka .
Guaybb: Iya pengen siena dan sebastian damaiii aaaa
total 1 replies
Rara Ayuni
lanjutt thorr smgtt teruss
yumi chan
thor knapa bastian gk ingt sm saena thor..
Anonymous
si kembar ada aja tingkah nya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!