 
                            Namanya adalah Ye Lin. Selain Ketua Pembunuh Bayaran dia juga dikenal sebagai Kaisar Pedang Tak Terkalahkan. Dalam ratusan pertarungan yang telah dilalui dia lebih banyak menang dan tak pernah sekalipun menderita kekalahan. 
Namanya begitu disegani, pedangnya sangat dihormati. Namun pria yang terkenal kejam dan tak berperasaan itu pada akhirnya tewas saat berusaha menolong seorang anak muda. 
Dia merasa hidup sangat tidak adil sampai jiwanya malah terjebak ditubuh anak muda yang diselamatkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sayap perak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch - 23 : Pelajaran Untuk Pelayan Tidak Tahu Diri
Ye Lin baru dari kediamannya berniat pergi melihat Ye Minghua saat langkah kakinya terhenti oleh suara-suara keributan yang terdengar dari kediaman utama.
Meskipun jarak dari tempatnya tidak dapat dikatakan dekat, tetapi suara-suara yang berasal dari kediaman utama seperti memiliki kemampuan menembus dinding dan pilar.
"Apa yang sebenarnya terjadi?"
Tepat saat itu Ye Lin melihat pintu ruangan terbuka, sementara Ye Xinghan berjalan keluar dengan tangannya yang dipenuhi noda darah.
Tak lama, Wu Yuan yang juga ada di ruangan itu ikut keluar lalu memanggil dua penjaga yang berpatroli.
Ketiganya tampak berbicara dengan isyarat sebelum dua penjaga itu memasuki ruangan dan menarik sebuah tubuh tak bernyawa dari dalam ruangan tersebut.
"Cepat singkirkan!"
Setelah memberi perintah Wu Yuan segara menyusul Ye Xinghan yang telah pergi terlebih dahulu.
Ye Lin masih tidak tahu kemana kedua pria itu pergi sampai melihat mereka melewati kolam ikan mas.
"Arah itu, mungkinkah ...."
Karena penasaran Ye Lin pun mengikuti Ye Xinghan yang benar saja pergi ke kediaman Wei Zhiyue.
"Apa ini... Bukankah Ye Xinghan adalah ayah yang mengabaikan anaknya? Dia mencari Wei Zhiyue, mungkinkah karena ucapanku?"
Ye Lin benar-benar tak mengerti. Karena sampai saat ini dalam pandangannya masih tidak memiliki kebaikan tentang Ye Xinghan sebagai ayah. Namun melihat bagaimana pria itu bereaksi, serta tindakannya, membuat Ye Lin merasa jika sebenarnya Ye Xinghan tidak seburuk yang ia pikirkan.
"Ah! Hampir saja aku lupa. Minghua pasti sudah menunggu, aku harus ke sana."
Tanpa berniat mengintip lebih jauh Ye Lin berbalik meninggalkan kediaman Wei Zhiyue. Dia membiarkan Ye Xinghan mengambil keputusan sendiri, sementara dirinya hanya berharap pria itu tidak akan mengecewakan kepercayaannya.
...
"Kakak! Kakak dari mana saja? Aku dari tadi di sini menunggu."
Selayaknya gadis kecil yang sedang merajuk, Ye Minghua menggembungkan pipi yang membuat wajahnya bulat seperti balon.
Ye Lin tak kuasa menahan tawa dan perlahan mendekat sambil menggaruk tengkuknya. Dia berjongkok, lalu mencubit wajah tembem yang imut itu.
"Tidakkah Huang Mei memberitahumu Kakak kembali untuk menata barang? Kenapa gadis kecil ini begitu tidak sabaran, hem?"
Ye Lin menoleh kepada Huang Mei di samping, sementara Ye Minghua memalingkan wajahnya sambil melipat tangan di depan dada.
"Aku tahu, tapi kenapa sangat lama," keluh Ye Minghua, lagi.
Ye Lin kembali berdiri lalu mendorong punggung gadis itu mengajaknya masuk. Mendudukkannya di kursi, merapikan meja bundar yang mereka tempati.
"Lihat, sarapannya sudah datang. Kita makan dulu, nanti Kakak ajak jalan-jalan."
Mendengar ini mata Ye Minghua segera menyala terang. Seperti lupa jika dirinya sedang merajuk, tampak antusias ketika menarik kedua tangan Ye Lin sembari mengayun-ayunkannya.
"Benarkah? Kakak tidak boleh bohong. Kita pergi jalan-jalan."
Ye Lin mengangguk yang membuat Ye Minghua segera berseru. Mereka bertiga kemudian duduk dengan tenang, sementara dua orang pelayan datang menghidangkan makanan.
Tidak ada yang aneh dengan cara pelayan menyajikan, hanya saja, jenis makanan yang mereka bawa membuat Ye Lin seketika mencekal tangan dua pelayan itu.
"Tunggu! Apa ini?" Ye Lin mengambil kue ketan dan menunjukkannya di depan kedua pelayan. Tatapannya jelas tidak senang. "Tidakkah kalian tahu Minghua tidak bisa memakan makanan berbahan ketan? Selain itu, kecuali nasi dan sayur, sepertinya makanan yang kalian bawa mengandung jahe dan kunyit. Kalian ingin meracuni Minghua?!"
Bersama dengan suara Ye Lin yang kian meninggi kedua pelayan itu langsung berlutut meminta ampun.
"Maafkan kami, Tuan Muda. Maafkan kami." Mereka gemetar ketakutan.
"Kami hanya bertugas mengantar, semua makanan untuk Nona disiapkan oleh pelayan kepala."
Mendengar ini ekspresi Ye Lin hampir tidak dapat dikendalikan. Namun dia berusaha tenang sambil meminta kedua pelayan itu berdiri.
"Sekarang, minta pelayan kepala datang ke sini. Aku ingin bicara."
Kedua pelayan sempat ragu, tetapi mereka juga tidak punya pilihan selain pergi memanggil pelayan kepala untuk datang.
Sambil menunggu, Ye Lin bangkit menyingkirkan makanan di meja hingga tersisa nasi dan sayur. Dia mengisi gelas dengan air, meminta Ye Minghua terlebih dahulu membasahi tenggorokannya.
Tak begitu lama kedua pelayan pun kembali dengan pelayan kepala yang berjalan di antara mereka. Dia tak lain adalah wanita paruh baya yang hari sebelumnya berpapasan dengan Ye Minghua. Berusia lima puluh tahun, bernama lengkap Dong Yue.
Namun tak seperti pelayan pada umumnya, ekspresi yang ditunjukkan wanita itu tampak ketus, memasang wajah datar yang jelas sangat tidak etis karena di hadapannya adalah anak majikannya.
Brak!
Ye Lin sangat marah melihat bagaimana kepala pelayan itu bersikap begitu sombong. Sambil berusaha mengatur nafasnya, Ye Lin kembali bangkit lalu berdiri tepat di depan kepala pelayan.
"Mereka bilang kau yang menyiapkan semua makanan ini."
"Benar."
Dong Yue menjawab begitu santai seolah merasa tak bersalah. Sikapnya benar-benar tak mencerminkan seorang kepala pelayan yang harusnya memiliki rasa hormat.
"Tidakkah kau tahu Minghua tidak bisa memakan makanan berbahan ketan? Selain itu, hampir semua makanan yang kau siapkan ada campuran jahe dan kunyitnya. Apa kau sengaja melakukannya?!" bentak Ye Lin.
Dalam situasi tersebut sebagai seorang pelayan Dong Yue seharusnya langsung meminta maaf seperti yang dilakukan dua pelayan sebelumnya. Namun, Dong Yue benar-benar arogan dan dia tanpa memiliki keraguan membalas perkataan Ye Lin.
"Tuan Muda, sebelum-sebelumnya makanannya juga seperti ini. Jika Tuan Muda merasa kurang, Tuan Muda bisa meminta orang lain membuatkannya."
Pada dasarnya, ini jelas sebuah tantangan terbuka yang ditunjuk kepada Ye Lin. Pelayan kurang ajar itu mungkin merasa percaya diri karena pemilik tubuh asli biasanya tidak akan berani menantangnya. Namun dia salah jika berpikir Ye Lin memiliki sikap yang sama.
Telapak tangannya terbuka, mengayun sekuat tenaga menampar Dong Yue yang sedetik sebelumnya masih sangat sombong.
Plak!!
Satu tamparan membuat pipi Dong Yue terasa panas. Amarah langsung menyelimutinya, dan berkata dengan penuh emosi.
"Keterlaluan! Apa kau tahu siapa yang mendukungku? Itu adalah Nyonya! Kau menamparku seperti ini, lihat bagaimana aku akan mengadukanmu padanya."
Sesaat Ye Lin diam tak bicara. Namun tatapannya sangat tajam, sementara ekspresinya sedingin malam.
"Pantas saja sikapmu seperti ini, ternyata ada pendukung."
Dong Yue berpikir Ye Lin ketakutan hingga sempat terdiam beberapa detik. Dia semakin percaya diri, berkata dengan sombong.
"Kenapa? Takut? Cepat minta maaf dan aku bisa saja melupakan kejadian ini. Selama kau ...."
PLAK!!
Sebelum kalimat itu selesai sebuah tamparan sekali lagi menghantam wajah Dong Yue. Bahkan kali ini lebih keras, saking kerasnya tamparan itu hingga membuat satu giginya terlepas dan jatuh ke lantai.
"Ka-kau ...."
Dong Yue sempat ingin marah, tetapi hal itu diurungkannya setelah melihat tatapan mengerikan di mata Ye Lin. Tubuhnya gemetar, kepercayaan dirinya menghilang. Perlahan kakinya berjalan menjauh, tetapi Ye Lin segera mencengkram dagunya dengan kuat hingga membuatnya merintih.
"Kau pikir aku peduli kau orang siapa di sini? Kau adalah kepala pelayan, dan tugasmu melayani anggota keluarga yang tinggal di kediaman ini. Jika kau masih tidak tahu tempatmu, aku tak keberatan untuk membantu."
Begitu selesai dengan kalimatnya Ye Lin langsung menghempas Dong Yue membuatnya bersimpuh di lantai.
Benar-benar tidak ada lagi kesombongan di wajahnya. Hanya tersisa ketakutan yang terlihat jelas di matanya.
"Pergi! Jangan pernah muncul di hadapanku!"
menantu dewa roh gmn ga berlanjut ksh