NovelToon NovelToon
Menjadi Yang Terkuat Dengan Sistem Terkuat

Menjadi Yang Terkuat Dengan Sistem Terkuat

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi Timur / Reinkarnasi / Sistem / Budidaya dan Peningkatan / Romansa
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: FAUZAL LAZI

[BIJAK LAH DALAM MEMBACA] yang menceritakan tentang Jian yu seorang pekerja biasa Dengan gaji yang pas-pasan , dan saat dia pulang dia malah dihadang oleh sekelompok preman yg mabuk dan membentak nya untuk menyerahkan uang nya ,Jian yu yang tidak bisa melawan pun lari bukan Karena takut tapi Karena di sendirian dan mereka bertiga, mau tidak mau tidak ia harus melarikan diri tapi, pelarian nya itu sia sia Karena salah satu preman berhasil memukul nya dan membuat nya jatuh dan setelah itu dia di buang oleh Meraka , dan saat Jian yu membuka matanya kembali dia sudah tidak berada di bumi kagak melainkan berada di dunia yg tidak dia kenal dan mendapatkan sistem terkuat yg akan merubah hidup nya kedepan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FAUZAL LAZI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 2

Matahari pagi menyibak pepohonan, cahaya kuning menembus sela-sela daun, membangunkan Jian Yu yang semalaman berjaga. Tubuhnya masih terasa pegal, tetapi semangatnya tidak padam. Ia menghela napas panjang, lalu bangkit dari tempatnya beristirahat.

“Jika aku terus berdiam di sini, aku tidak akan maju. Aku harus keluar dari hutan ini,” ucapnya lirih.

Pedang Qing Feng ia ikat di pinggang, botol pil ia masukkan ke dalam tas kecil dari kulit binatang yang ditemukan semalam. Buku teknik ia simpan dengan hati-hati. Dengan persiapan seadanya, Jian Yu melangkah menyusuri hutan.

Hutan itu luas, dengan pepohonan menjulang tinggi dan semak belukar yang menutupi sebagian jalan. Sesekali terdengar suara burung dan derap binatang kecil. Jian Yu tetap waspada, pedang siap ditarik kapan saja. Namun semakin jauh ia berjalan, semakin ia menyadari bahwa Qi di udara terasa lebih pekat, seolah setiap tarikan napas memperkuat dantiannya sedikit demi sedikit.

“Tidak heran anak-anak bisa berkultivasi sejak muda. Lingkungan di sini sendiri sudah penuh energi.”

Setelah beberapa jam menempuh perjalanan, akhirnya ia menemukan jalan setapak yang lebih rapi, jelas buatan manusia. Hatinya lega. Itu artinya peradaban tidak jauh lagi.

Di kejauhan, suara roda kayu dan teriakan samar terdengar. Jian Yu mempercepat langkah. Tidak lama kemudian, ia melihat sebuah pedati ditarik dua kuda cokelat. Pedati itu sederhana, berisi karung-karung besar, mungkin hasil panen atau barang dagangan.

Seorang pria paruh baya dengan pakaian lusuh duduk di depan, memegang kendali kuda. Di sampingnya seorang gadis remaja, berusia sekitar empat belas atau lima belas tahun, dengan rambut panjang diikat sederhana.

Jian Yu menahan langkah, tidak ingin membuat mereka curiga. Ia tahu penampilannya tidak biasa, pakaian masih bernoda darah dari pertempuran semalam.

Pria itu segera memperhatikan. “Hei, siapa di sana?”

Jian Yu mengangkat tangan, berusaha menunjukkan tidak ada niat buruk. “Aku tersesat di hutan. Aku tidak punya niat jahat, hanya ingin bertanya arah ke permukiman terdekat.”

Pria itu menatap tajam beberapa saat, lalu sedikit mengendurkan kendali kudanya. “Kau masih hidup keluar dari hutan ini? Beruntung sekali. Banyak orang tidak kembali kalau masuk tanpa persiapan.”

Gadis di sampingnya berbisik, “Ayah, mungkin dia perantau. Lihat pedangnya… tidak seperti milik petani biasa.”

Pria itu mengangguk tipis, lalu memandang Jian Yu. “Nama saya Liu Shan, ini anak saya, Liu Mei. Kami hanya pedagang kecil dari Desa Lian. Kalau kau mau, ikut saja bersama kami. Desa tidak jauh dari sini.”

Jian Yu menunduk sopan. “Terima kasih. Nama saya Jian Yu.”

Ia naik ke belakang pedati, duduk di antara karung-karung padi kering. Perjalanan terasa goyah, namun lebih aman dibanding berjalan sendirian. Sambil menatap jalan, Jian Yu memperhatikan interaksi ayah dan anak itu. Sederhana, tapi hangat. Sesekali Liu Mei menoleh ke belakang, matanya penuh rasa ingin tahu.

“Kau benar-benar keluar sendirian dari hutan itu? Bahkan para murid Akademi pun biasanya tidak berani,” katanya.

Jian Yu tersenyum kecil. “Aku hanya beruntung.”

Liu Shan menimpali, “Kalau kau bisa keluar hidup-hidup, mungkin keberuntunganmu besar. Tapi di dunia ini, keberuntungan tidak cukup. Kau harus segera belajar menempatkan dirimu.”

Kata-kata itu membuat Jian Yu teringat kembali pada panel sistem yang selalu menemaninya. Ia sadar, waktu untuk bersantai tidak banyak.

Beberapa jam kemudian, mereka tiba di Desa Lian. Desa itu tidak besar, namun lebih ramai dibanding dugaan Jian Yu. Anak-anak berlari sambil bermain tongkat kayu, sebagian bahkan sudah mencoba teknik dasar pernapasan untuk menyerap Qi. Di lapangan tanah, beberapa pemuda berlatih jurus tangan kosong, keringat mengucur namun sorot mata mereka penuh semangat.

“Di sini, bahkan anak-anak sudah berkultivasi,” gumam Jian Yu pelan.

Liu Shan tersenyum getir. “Begitulah dunia ini. Siapa yang tidak bisa berkultivasi, akan terinjak. Bahkan desa kecil seperti ini harus menyiapkan generasi yang bisa bertahan.”

Jian Yu memahami maksudnya. Dunia ini keras, dan yang kuatlah yang berkuasa.

Setelah menurunkan barang dagangan, Liu Shan menawarkan Jian Yu tempat tinggal sementara di gudang kecil di belakang rumah mereka. Jian Yu menerima dengan hormat. Malam itu ia akhirnya tidur di atap yang layak, meski sederhana.

Sebelum terlelap, ia menatap pedang Qing Feng yang disandarkan di dinding. “Aku sudah bertemu orang pertama di dunia ini. Jalan ke depan masih panjang, tapi aku sudah selangkah lebih dekat.”

Malam itu, Jian Yu tertidur dengan keyakinan baru. Dunia baru ini keras, tetapi ia kini memiliki arah.

Pagi pertama di Desa Lian terasa berbeda bagi Jian Yu. Udara segar dari sawah dan kebun di sekeliling desa masuk lewat celah jendela gudang kecil tempat ia beristirahat. Suara ayam berkokok, riuh anak-anak yang berlarian, serta dentuman kayu dari halaman latihan terdengar jelas. Kehidupan di sini sederhana, tapi setiap gerak-gerik orang desa tampak dipenuhi semangat.

Ia keluar, menyampirkan pedang Qing Feng di punggung. Di halaman depan, Liu Shan sedang menata beberapa karung hasil dagangan semalam.

“Kau sudah bangun. Bagaimana tidurnya?” tanya Liu Shan sambil tersenyum.

“Cukup baik. Terima kasih atas tempatnya,” jawab Jian Yu.

Liu Shan hanya mengangguk. “Kalau ingin mengenal desa ini, pergilah ke alun-alun. Biasanya ada pengumuman dari kepala desa. Kau juga bisa mendengar kabar tentang Akademi atau keluarga bangsawan di wilayah ini.”

Saran itu menarik. Jian Yu ingin memahami dunia baru yang kini menjadi tempat tinggalnya. Setelah berpamitan, ia berjalan mengikuti jalan tanah yang membawa ke pusat desa.

Alun-alun Desa Lian tidak luas, namun cukup ramai. Ada panggung kayu sederhana di tengah, tempat seorang pria berusia paruh baya berdiri. Pakaian kain abu-abu yang dikenakannya sederhana, namun sikapnya tegap. Itulah Kepala Desa Lian, sosok yang dihormati penduduk.

“Sebulan lagi akan ada seleksi masuk Akademi Qinghe,” ucap kepala desa lantang. “Anak-anak muda yang merasa mampu, persiapkan diri kalian. Akademi adalah jalan untuk mengubah nasib, untuk mengangkat nama keluarga, dan melindungi desa ini dari ancaman luar.”

Kerumunan berbisik penuh semangat. Jian Yu memperhatikan dengan saksama. Kata Akademi Qinghe membuatnya tertarik.

Ia mendekati seorang pemuda yang berdiri di dekatnya, wajahnya penuh semangat. “Maaf, apa yang dimaksud Akademi Qinghe?” tanyanya.

Pemuda itu menoleh. “Kau orang baru ya? Akademi Qinghe adalah tempat pelatihan resmi di bawah pengaruh Klan Zhao, keluarga bangsawan terbesar di wilayah ini. Siapa pun yang diterima di sana akan memiliki jalan lebih mudah untuk memperkuat diri. Mereka yang lulus bisa menjadi perwira, penjaga, atau bahkan masuk lingkaran dalam keluarga bangsawan.”

Jian Yu mengangguk pelan. Informasi itu penting. Akademi bukan hanya tempat belajar, tetapi juga pintu gerbang untuk naik ke dunia yang lebih tinggi.

“Dan Klan Zhao itu?” tanya Jian Yu lagi.

“Klan Zhao menguasai tiga desa di sekitar sini. Mereka memiliki pengaruh besar, bahkan kepala desa pun harus tunduk pada keputusan mereka,” jawab pemuda itu, suaranya sedikit diturunkan. “Kau tidak ingin berurusan langsung dengan mereka, kecuali kau cukup kuat.”

Jian Yu menyimpan penjelasan itu dalam hati. Dunia ini ternyata tersusun rapi oleh hierarki: rakyat desa, akademi, keluarga bangsawan, hingga kekuasaan yang lebih tinggi lagi.

Sepanjang siang, Jian Yu berkeliling desa, menyerap sebanyak mungkin informasi. Ia mengamati anak-anak berlatih pernapasan dasar di bawah bimbingan seorang tetua. Teknik sederhana itu mengingatkannya bahwa dirinya juga baru berada di tahap awal, Pembentukan Dantian tingkat satu. Jalan masih panjang, dan ia tidak bisa menyia-nyiakan waktu.

Malam harinya, Jian Yu duduk bersila di dalam gudang kecil. Ia menutup mata, menenangkan napas, dan mulai mengatur aliran Qi. Energi spiritual di sekitar desa cukup stabil, meski tidak terlalu pekat. Dengan sabar ia menyerap sedikit demi sedikit, menguatkan dantiannya.

Peluh membasahi dahinya, namun ada rasa puas. Sekalipun lambat, setiap tarikan Qi menambah fondasi kekuatannya.

1
Pakde
lanjut thor
FAUZAL aut: siap tingal di review aja nih Giman cerita nya udah menarik belum
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!