"Mulai sekarang kamu harus jadi Istriku dan juga Ibu sambung dari Ratu!"
"Siapa kamu? apa hak kamu memaksa aku menikah?"
"Aku Ayahnya Ratu! anakku menyukaimu dan aku harus memenuhi keinginan putriku yang ingin kamu menjadi ibunya!"
"Tapi ingat jangan berharap lebih pada ku! karena statusmu hanya Istri Rahasia dan juga Ibu Sambung Ratu!"
Deg!
"Aku belum bilang setuju!"
"Kamu tidak punya pilihan selain setuju!"
****
Nayyara dipaksa menjadi istri rahasia dari CEO Kejam bernama Ravindra dan juga Ibu sambung anak kecil lucu bernama Ratu.
Nayyara tidak bisa menolak karena Ravindra mengancamnya.
Apakah Cinta akan hadir diantara Ravindra dan Nayyara? Atau justru Nayyara pergi setelah memberikan kasih sayang yang tulus pada Ratu?
Simak cerita nya hanya disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon znfadhila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
NAYYARA-22.
Ravin baru saja menemani Ratu tertidur, tadi gadis kecil itu merengek ingin tidur dipeluk dan ditemani Ravin.
Tentu saja Ravin bersedia dengan senang hati, dia memanfaatkan kesempatan tersebut untuk merebut hati Ratu kembali.
"Ravindra." panggil Dea pelan, tapi tatapannya begitu tajam.
Ravin sudah tau pasti dia akan diomeli karena masalah tadi, pria itu menarik nafas pelan sebelum akhirnya menghampiri Dea.
Ravin terus mengekori Dea seperti anak kecil, Dea berjalan ke arah ruang kerja milik suaminya Raka.
Ravin juga punya ruang kerja miliknya sendiri, Ibu dan anak itu segera masuk kemudian duduk di sofa.
Raka sendiri di minta untuk menjaga Ratu, takutnya nanti Ratu terbangun karena rencananya Ravin akan tidur bersama Ratu.
"Sekarang jelasin, sopan kamu ngajak nikah anak orang kaya gitu." Dea langsung ngomel.
"Mi, tenang dulu aku mau ceritain semuanya." ucap Ravin menenangkan Dea, telinganya sudah panas mendengar suara cempreng Dea yang menggelegar.
"Kamu rahasiain apa lagi hah? Beraninya." Dea bersedekap dada.
"Aku gak nutupin sesuatu Mi, kejadiannya juga baru beberapa hari yang lalu."
"Coba ceritain, jangan bohong ya." Dea sedikit melunak, Ravin mengangguk.
Dengan tenang Ravin menceritakan semua percakapannya dengan Nanda, Ayah dari Nayya.
Ravin tidak menambahkan atau mengurangi cerita, Dea menutup mulutnya tak percaya.
Ternyata putranya yang arogan ini bisa dipercaya oleh Nanda, bahkan mereka hanya beberapa kali bertemu.
"Serius Ayahnya Nayya bilang gitu? Kamu gak lagi membanggakan diri kan?"
Ravin cemberut, mendadak sisi bocilnya muncul Dea makin tercengang, es kutub yang selama ini muncul kenapa mulai mencair.
"Wah gak bener ini." Dea mengecek suhu tubuh Ravin di keningnya.
"Mi, aku serius loh."
"Ya Mami juga serius, kamu aneh banget habisnya." Dea geleng-geleng kepala.
"Aneh gimana Mi, aku ini kan bertanggung jawab wajar aja Ayahnya Nayya percaya sama aku." ucap Ravin narsis, Dea memutar bola matanya malas.
"Halah, sekarang kamu kasih tau Mami, tadi kamu ngajak Nayya nikah serius atau cuma manfaatin keadaan?" tanya Dea memicingkan matanya.
"Kenapa Mami bisa berpikir kaya gitu?" Ravin bertanya balik, Dea menghela nafas pelan.
"Ravindra, kamu anak Mami jadi Mami tau kamu itu kaya gimana." Ravin terdiam, sejujurnya dia memang tidak memiliki perasaan apapun untuk Nayya.
Tapi Ravin tidak banyak curiga seperti awal, bahkan sekarang Ravin percaya Nayya itu tulus apalagi pada Ratu, hati Ravin terbuka dan sempat terpikirkan untuk menikahi Nayya serta menjadikan Nayya untuk jadi Ibu sambung Ratu.
"Mi, aku cuma mau bikin Ratu bahagia." ucap Ravin akhirnya jujur, Dea memukul pelan pundak Ravin.
"Mami ngerti kamu pengen bahagiain Ratu, tapi bukan berarti kamu harus korbanin kebahagiaan Nayya."
"Ravin, jangan jadiin ini kesempatan buat Nayya terikat dalam pernikahan penuh paksaan, Nayya bukan berasal dari keluarga yang sama kaya kita, tapi Nayya juga berhak bahagia."
"Ratu emang butuh Ibu sambung, tapi kamu gak berhak mengorbankan masa depan orang lain."
Ravin terdiam, dia merasa tertampar dengan ucapan Dea semua benar adanya, Ravin memang hanya memikirkan kebahagiaan Ratu, makanya dia bersedia menikahi Nayya meskipun tanpa cinta.
Tapi Ravin tidak memikirkan bagaimana perasaan Nayya seperti yang dibilang Dea barusan, Nayya juga berhak bahagia dan pastinya Nayya berharap memiliki keluarga kecil yang harmonis, dicintai suami dan dibahagiakan pastinya.
"Kalo kamu diam berarti dugaan Mami bener..."
"Mi.." Dea mengangkat tangannya, dia hanya ingin memberi nasihat pada Ravin.
"Kamu cukup dengerin nasihat Mami aja." Ravin akhirnya diam kembali.
"Mami gak akan larang kamu nikah sama siapapun termasuk Nayya, apalagi ini demi Ratu tapi satu hal yang harus kamu tau."
"Mami setuju kamu menikahi Nayya kalo kamu juga mau buka hati buat Nayya, kamu harus memenuhi kewajiban kamu sebagai suami termasuk mencintai dan menyayanginya, kamu juga harus penuhi kebutuhan lahir dan batinnya Ravin."
"Nayya itu punya perasaan, jangan karena kamu punya jabatan kamu bisa mempermainkan Nayya, apalagi sampai kamu gak peduli sama perasaan Nayya."
"Kamu pikirin baik-baik, pernikahan bukan mainan tapi ibadah yang panjang, bukan cuma Ratu yang harus kamu pikirin tapi calon pasangan kamu juga."
"Ingat gak semua bisa terima kamu dan Ratu bersamaan, kalo udah ada yang tulus harusnya kamu bersyukur, bahagiain dia dan jaga dia apalagi Nayya udah kehilangan Ibunya jangan tambah penderitaannya Ravin." Dea menjeda ucapannya, Ravin masih diam mendengarkan dengan seksama.
"Kalo kamu cuma manfaatin kesempatan ini buat nikahin Nayya tanpa persiapan apapun, Mami gak akan setuju nanti Mami sendiri yang bakal kirim Nayya ke tempat yang jauh supaya dia bisa bahagia tanpa gangguan dari kamu!"
DEG!
Ravin terkejut mendengar ucapan Dea terakhir, raut wajah Dea terlihat sangat serius dan Dea tidak hanya menggertak tapi serius dengan ucapannya.
"Mi aku-"
"Pikirin semuanya baik-baik, kalo kamu masih belum punya keputusan jangan kasih harapan palsu sama Nayya dan Ayahnya." tegas Dea berdiri, tanpa menunggu jawaban Ravin, Dea langsung pergi menyusul Raka.
"Kenapa semuanya jadi rumit gini sih." Ravin memijat pelipisnya yang terasa pening, semua perkataan Dea tadi membuka pikiran Ravin, dan anehnya muncul perasaan bersalah pada Nayya jika Ravin memaksakan kehendak seperti tadi.
"Dia tulus, aku gak mungkin nyakitin dia egois dan jahat banget kalo gitu." gumam Ravin mengacak rambutnya, dia bisa melihat bagaimana Nayya yang lembut dan baik.
Bahkan Nayya seorang gadis yang tidak pernah melupakan kewajibannya pada Allah, Ravin jadi malu pada diri sendiri meskipun dia sudah menjalankan kewajibannya tapi Ravin merasa dirinya semakin jauh dari Yang Maha Kuasa.
"Aku harus pikirin baik-baik." Ravin memutuskan untuk memikirkan semua ini sesuai nasihat Dea, Nayya memang berhak bahagia dalam hidupnya.
Pikiran Ravin kini mulai terbuka, dan hatinya mulai melembut sedikit demi sedikit.
****
Di sebuah rumah, nampak Tari sedang berbicara dengan Ayah tirinya yang bernama Iskandar atau Ayah mertuanya Ravin.
"Ayah gimana ini, besok kita jadi kerumah Ravin kan? aku gamau sampai dipenjara, kan Ayah tau sendiri aku gak salah." rengek Tari manja, Iskandar menarik nafas berat.
Pria paruh baya itu baru saja pulang dari luar kota, baru saja pulang dia sudah disuguhi oleh masalah yang begitu rumit, cucunya hampir celaka oleh anak tirinya tapi Tari dan istrinya mengklaim jika mereka hanya dituduh.
Iskandar bimbang, ya begitulah Ayah mertua Ravin mudah percaya karena belum melihat secara langsung, Iskandar selalu sibuk itulah yang membuat Tari dan Ibunya leluasa untuk menghasut Iskandar.
"Kita datang besok, Ayah harus pastikan sesuatu kalo memang kamu gak bersalah Ayah pasti akan menuntut balik Ravin!"
'Sial, dia masih gak percaya sama gue!'
Bersambung........
.
.
rasain noh kenak senggak sama papi raka kn,, makanya jngn ego mulu yg diutamakan ravindra....