SUAMI YANG AKU SIA-SIAKAN

Karena tidak mendapatkan jawaban dari Nadira, Bu Lita menelepon Adrian yang ada diruangan kerjanya menunggu pengacaranya datang.

"Halo, Bu," Ujar Adrian setelah menggeser tombol jawab dilayar ponselnya.

"Halo nak, Nadira kemana, kok dia tidak menjawab telepon dari Ibu, dimana dia ?" tanya Bu Lita terdengar sedikit kesal.

"Oh, Nadira ada dikamar, mungkin sedang mandi, apa Ibu ada perlu sama dia, biar aku panggil." Ujar Adrian pada Ibu mertuanya.

"Gak usah nak, Ibu cuma mau tau kabar kalian, Nadira tidak macam-macam sama kamu 'kan, kalian tidur gak pisah kamar 'kan ?"

"Kami baik-baik aja, dan Nadira juga baik sama aku, dia sangat peduli." Adrian tidak mau mengadu dan menjelek-jelekkan Nadira pada orang tuanya, dia sudah berjanji akan menjaga dan melindungi serta membuat Nadira bahagia.

Walaupun Nadira masih cuek dan tidak seperti istri pada umumnya, namun Adrian yakin suatu hari Nadira akan berubah.

"Wah, Ibu senang mendengarnya, kalau begitu, Ibu gak khawatir lagi, tolong jaga Nadira baik-baik, kalau dia melakukan kesalahan bimbing dia, tegur dia, Nadira masih butuh bimbingan." Tidak ada orang tua yang tidak peduli pada anaknya, Bu Lita sangat menyayangi ketiga anaknya, dia tidak pernah memilih kasih.

"Iya Bu, Ibuk tenang aja, aku akan menjaga Nadira dan membuat Nadira bahagia bersama ku." Jawab Adrian tanpa ragu.

"Kalau begitu, Ibu tutup teleponnya, assalamualaikum." Bu Lita mengakhiri teleponnya.

"Waalaikumsalam." Jawab Adrian, tidak lama kemudian Pak Firman pengacaranya Adrian datang.

Adrian mempersilahkan Pak Firman duduk. "Silahkan duduk."

"Aku memanggil dan menyuruh Bapak datang karena ada yang perlu Pak Firman kerjakan.

Pak Firman mengangguk, dia paham kalau Adrian sudah memintanya datang, itu artinya ada sesuatu yang akan disampaikan oleh Adrian.

"Aku ingin Pak Firman mengalihkan semua harta termasuk perusahaan atas nama istriku." Ujar Adrian tanpa ragu sedikitpun.

Pak Firman terkejut mendengar permintaan Adrian, dia bertanya kembali karena takut salah dengar.

"Maaf, apa maksud anda anda ingin memberikan semua yang anda miliki untuk Nyonya Nadia ?".

Adrian mengangguk, memang dia ingin mengalihkan semua hartanya karena dia pikir dirinya Tidka akan hidup lama lagi.

Jadi dia ingin memberikan semaunya pada istrinya, agar nanti istrinya tidak jadi janda yang harus bekerja keras lagi.

"Benar, aku ingin anda mengubah semua berkas atas nama istriku, tapi bukan bukan Nadia."

"Maksud anda, apa anda punya istri selain Nyonya Nadia ?" Pak Firman jadi bingung, dia tidak tau kalau Nadia sudah tiada, dia juga tidak tau kalau Adrian sudah menikah lagi karena waktu itu dia sedang berada diluar Negeri bersama keluarganya.

Adrian menggeleng, dia tentu paham keterkejutan Pak Firman. "Nadia sudah tiada, aku menikah lagi dengan Nadira, dia adik Nadia istriku, aku menikahi Nadira karena wasiat terakhir istrimu Nadia." Adrian menjelaskan semaunya agar tidak terjadi salah paham.

"Oh," Pak Firman mengangguk-anggukkan kepalanya, dia paham sekarang.

"Maaf tuan, saya tidak tau karena beberapa bulan ini saya diluar Negeri, maaf sekali lagi, saya turut berduka cita atas meninggalnya Nyonya Nadia."

"Tidak apa-apa Pak, aku mengerti, jadi aku ingin Pak Firman mengubah semua harta atas mamaku dan diganti oleh istriku Nadira." Ujar Adrian lagi.

"Baik tuan, tapi ini akan memakan waktu sedikit lama." Ujar Pak Firman .

Pembicaraan keduanya berakhir, Pak Firman akhirnya pamit diri.

Setelah Pak Firman pergi, Adrian juga keluar dari ruang kerjanya, dia berpapasan dengan Nadira yang sudah rapi dan wangi.

Adrian tertegun melihat Nadira yang begitu cantik, wajah Nadira hampir sama persis dengan Nadia saat berdandan.

"Mau kemana ?" tanya Adrian karena melihat Nadira hendak menuju pintu utama.

Nadira tidak menjawab langkahnya lurus kearah pintu utama.

"Tapi Ibu menelepon dia-" Belum habis Adrian berkata Nadira sudah menimpali.

"Bukan urusan ku." Nadira langsung keluar setelah berkata seperti itu. Adrian tidak berkata lagi, dia hanya diam menatap punggung Nadira sebelum hilang terhalang dengan daun pintu.

Sikap dan sifat Nadira sangat berubah, sangat berbeda seperti masih jadi adik iparnya dulu, apa lagi setelah dia tau Raihan mengkhianatinya.

Nadira sekarang tidak akan percaya lagi pada lelaki, dia menjadi keras, gampang emosi dan cuek disekitar.

Nadira sekarang juga ketagihan minum dan dugem, dia akan sering datang dan menghabiskan waktu untuk hiburan.

Nadira percaya dengan minum dan datang ketempat hiburan malam, bebannya akan hilang dan inilah cara dia agar bisa melupakan Raihan.

Setelah Nadira pergi, Adrian segera menelepon Ken dan Fadil untuk mengawasi Nadira.

"Kalian awasi istriku, ingat apapun yang terjadi, segera beri tahu aku." Ujar Adrian setelah Ken menerima teleponnya.

"Siap tuan." Jawab Ken, dan panggilan pun terputus.

***

Rian yang baru tiba dilokasi proyek yang ingin mencari tau kenapa semua pekerja mogok, dia langsung mengumpulkan para pekerja.

Ifan dan Andra juga ada disana menemani Rian, Ifan disana, ia ingin menyelidiki kenapa dan siapa yang membuat proyek tertunda.

sedangkan Andra, dia tetap bersama Rian, karena ia memang diperintahkan oleh Adrian untuk membantu Rian mengurusi perusahaan.

"Aku kumpulkan kalian disini, karena aku ingin bertanya pada kalian." Ujar Rian setelah para pekerja kontraksi berkumpul.

"Aku mau Ngin tau, kanapa kalian mogok kerja dan membuat proyek terhenti ?" tanya Rian pada semua pekerja.

Hening, tidak ada seorangpun yang menjawab pertanyaan Rian, seolah mereka kerja sama semuanya.

Beberapa dering semua terdiam, Rian, Andra dan Ifan memerhatikan satu persatu para pekerja yang kumpul.

"Kenapa kalian diam, aku tanya kenapa kalian mogok kerja ?" sekali lagi Rian bertanya, kali ini nadanya sedikit keras, dan juga tegas.

Masih diam, semua pekerja tidak ada yang menjawab, Rian menghela nafas, para pekerja seperti takut bersuara.

"Kalian tidak perlu takut, katakan saja, bukankah gaji kalian dua kali lebih besar dari tempat lain ?" sekarang Andra yang bertanya.

Beberapa detik masih terdiam, hingga akhirnya ada seorang pekerja yang maju kedepan.

"Tidak tuan, gaji kami malah lebih sedikit dibanding bekerja ditempat lain, mandor menyuruh kami menunda agar tuan menambahkan gaji." Ujar seorang pekerja yang umurnya hampir berkepala lima.

Andra, Rian saling pandang, keduanya bingung kenapa para pekerja mengatakan gajinya lebih rendah dari tempat lain, padahal perusahan Adrian memberi gaji untuk mereka dua kalai lipat lebih besar dari perusahan lain.

Para pekerja juga saling pandang, dan terdengar kasak-kusuk para pekerja mengutuk temannya yang berbicara jujur pada Rian.

Rian sekarang paham kenapa para pekerja berkata seperti itu, Rian sudah paham apa yang terjadi pada para pekerja sehingga proyek terhenti karena para pekerja sudah berkumpul.

"Kenapa anda berkata gaji lebih sedikit, memangnya berapa gaji yang kalian terima setiap bulan ?"

Bersambung.