 
            Kaisar Pedang Tak Terkalahkan
Malam hari itu, di bawah sinar bulan, api berkobar menghanguskan satu kediaman. Mayat-mayat berserakan, darah mengalir seperti air mengubah tanah menjadi merah.
Di salah satu bangunan yang hampir ambruk, seorang pria tua tampak berlutut di lantai dengan pakaian acak-acakan. Nafas memburu, tak berani mengangkat wajahnya untuk menghadap langsung sosok di hadapannya.
"Tu-Tuan Ye Lin... Bukankah di antara kita tidak ada jejak permusuhan? Kenapa kau melakukan ini?"
Pria yang mengenakan jubah hitam bermotif teratai itu bergeming tanpa menghiraukan sosok yang bersimpuh di hadapannya. Mimik wajahnya begitu tenang, tapi ketenangan itulah yang membuat siapapun akan tunduk ketika bertemu dengannya.
Dia tersenyum. "Memang tidak ada. Kami adalah pembunuh bayaran yang beraksi ketika ada permintaan."
Sun Ke, Kepala Keluarga Sun itu berkedip beberapa kali sambil menyeka keringat di wajahnya. Menakupkan tangan, berlutut sambil memohon.
"Tuan Ye Lin, tolong ampuni kami. Kami akan bayar dua kali lipat dari orang yang membayarmu."
Ye Lin tersenyum dingin. Tatapan matanya dipenuhi niat membunuh.
"Kau pikir Teratai Merah terkenal karena apa? Mau menyuapku?"
Kalimat yang tajam membuat Sun Ke gemetar ketakutan. Dia menelan ludah, terburu-buru meralat ucapannya.
"Bu-bukan seperti itu, Tuan Ye Lin. Kami hanya memohon belas kasihan darimu. Tolong beri kami kesempatan, selama bersedia melepaskan Keluarga Sun, kami akan membayar berapapun," ucapnya.
Ye Lin menaikkan alis. "Berapa pun?"
"Ya, tentu saja. Berapa pun!"
Sun Ke menjawab dengan cepat dan penuh semangat ketika melihat pihak lain memiliki ketertarikan. Tentu saja, dia memiliki kepercayaan diri jika membicarakan tentang kekayaan.
Harta dapat dicari, tetapi nyawa hanya ada satu.
"Baiklah. Karena kau sangat royal aku juga akan memberimu muka."
Senyum di wajah Sun Ke makin mengembang dan pria tua itu segera menarik tubuhnya untuk bangkit sambil berjalan mendekati Ye Lin.
"Tuan Ye Lin, kau dapat menyebutkan angkanya. Besok pagi, sebelum matahari terbit Keluarga Sun pasti akan mengantarnya langsung ke tempatmu."
"Baik!" seru Ye Lin cukup lantang.
Ye Lin berjalan memutar, memutari Sun Ke. Ketika sudah di belakang dia lalu berhenti sambil menepuk pundaknya.
"..."
Di momen ini keringat dingin kembali membasahi wajah Sun Ke. Pria tua itu berusaha tetap tenang, berusaha untuk tertawa.
Dalam hatinya berkata, "Beberapa saat lalu kau begitu keras kepala mengatakan tentang prinsip. Sekarang, di hadapan kekayaan, kau menarik ucapanmu seperti pecundang."
Dia tersenyum.
"Di dunia ini, tidak ada yang lebih penting dari kekayaan. Memangnya kenapa jika kau kuat, aku masih bisa membeli harga dirimu dengan kekayaan yang aku miliki."
Sun Ke tertawa dalam hati. Terlalu sibuk mencela sampai tak sadar sebuah pedang telah menembus tubuhnya dari belakang.
Matanya mendadak terbuka sempurna. Mengikuti rasa sakit, perlahan menoleh ke belakang dan menemukan seseorang yang menghunuskan pedang kepadanya.
Uhuk.. Uhuk...
Beberapa teguk darah dimuntahkan.
"Tu-Tuan Ye Lin. Kenapa kau ...."
Ye Lin bergeming tanpa menunjukkan reaksi apapun. Menarik pedangnya tanpa perasaan, membuat darah langsung keluar deras seperti air mancur.
Bruk!!
Tubuh Sun Ke terjatuh. Namun pria tua itu masih berusaha mempertahankan kesadarannya sambil berusaha berbalik menatap Ye Lin.
"Kenapa ... Bu-bukankah kita sudah setuju?"
Nafasnya tersengal-sengal. Suaranya bahkan hampir tidak bisa keluar.
Ye Lin mengibaskan pedangnya sebelum menyarungkannya kembali. Ekspresinya masih begitu dingin.
"Kenapa? Kau pikir aku akan melepaskan orang sepertimu?"
"Meskipun kami adalah pembunuh bayaran tetapi kami tidak pernah membunuh asal-asalan. Di bandingkan dengan kalian, Keluarga Sun, yang di depan memasang topeng penuh kebaikan, sementara di belakang menculik wanita dan anak-anak untuk dijual di pasar budak, kami masih memiliki sedikit hati nurani."
"..."
Wajah Sun Ke menegang hebat. Darah seperti berlari ke otaknya karena kesal. Dia membuka mulutnya, berteriak, "Omong kosong! Kalian tidak akan jadi pembunuh bayaran jika benar memiliki hati nurani. Jangan bicara seperti orang bijak saat kalian juga melakukan kejahatan."
Dia memuntahkan seteguk darah bersama dengan kalimatnya.
Ye Lin ingin mengatakan sesuatu, tapi pada saat itu tangan kanannya, Liu Cheng, datang dengan terburu-buru.
"Kakak Ye, kita dikepung."
Begitu mendengar ini ekspresi Ye Lin sedikit menunjukkan perubahan.
"Apa maksudmu? Kau yakin mereka datang untuk kita?" tanya Ye Lin.
Liu Cheng diam beberapa saat sebelum mengangguk dengan yakin.
"Tidak mungkin salah. Mereka memang datang untuk kita."
Ye Lin tampak merenung.
"Berapa jumlah mereka?"
"Lima puluhan orang. Separuh di timur, separuh di barat."
Ye Lin menautkan kedua alisnya berusaha berpikir. Pada saat itu, Sun Ke yang sudah sekarat tiba-tiba tertawa dengan suara keras. Mulutnya terbuka sambil darah mengalir keluar.
"Hahahaha... Inilah karma. Kalian tidak akan bisa pergi dari sini. Kalian akan mati bersamaku!"
Dengan sisa-sisa nafas dia tertawa semakin keras. Tak peduli dengan kematian di depan mata, yang terpenting dia senang mengetahui Ye Lin dan kelompoknya telah menjadi target kelompok lain.
Keluarga Sun tidak selamat, Ye Lin juga tidak akan selamat.
Sling!!
Ye Lin menebas tubuh Sun Ke hingga bagian atas dan bawahnya terpisah menjadi dua. Dia tak mempedulikan mayat pria tua itu, dia meninggalkan ruangan bersama Liu Cheng, berkumpul dengan enam anak buahnya yang ada di ruangan lain.
"Kakak Ye, sepertinya ada mata-mata di tempat kita."
Ekspresi Ye Lin menjadi lebih serius. Seharusnya memang tidak ada yang tahu tentang misi yang dilakukan Kelompok Pembunuh Bayaran Teratai Merah. Sekalipun ada orang yang memesan, kapan waktu tepatnya misi akan dilakukan mereka sama sekali tidak mengetahuinya.
Jika ada orang luar yang tahu, pasti awal mulanya berasal dari orang-orang sendiri.
Memikirkan hal ini membuat Ye Lin semakin marah. Namun dalam situasi ini dia tahu tidak ada manfaatnya memikirkan hal tersebut.
"Bagaimana dengan kekuatan mereka?" tanya Ye Lin.
"Kakak Ye, kekuatan mereka kebanyakan di tingkat langit lapisan pertama sampai kelima, tapi ada empat orang yang auranya mungkin di tingkat langit lapisan kesembilan."
"..."
Ye Lin mengambil nafas panjang. Tingkat langit lapisan kesembilan adalah puncak kekuatan yang ada di Provinsi Lingga. Dirinya yang dijuluki Kaisar Pedang Tak Terkalahkan juga berada di tingkat yang sama.
"Selain tiga keluarga utama, hanya Akademi Agung yang mampu mengirim empat pembudidaya tingkat langit lapisan kesembilan. Di antara mereka berempat, siapa sebenarnya yang mengincar kami?"
Saat Ye Lin masih bertanya-tanya tentang asal-usul musuh yang mengepungnya, saat itu sebuah suara ditransmisikan di udara.
"Kaisar Pedang Tak Terkalahkan, Ye Lin. Kau ingin keluar sendiri atau kami yang harus memaksamu?"
"..."
"Sialan! Orang-orang ini ...."
Liu Cheng dan enam orang lainnya sangat kesal hingga mereka bersiap melompat keluar jendela. Namun Ye Lin segera membentangkan tangannya, menenangkan mereka, berharap tidak ada yang terpancing.
"Kalian cari kesempatan pergi dari sini. Aku akan mengalihkan perhatian dan menahan mereka selama mungkin."
"Kakak Ye ...."
Tidak ada yang tidak terkejut ketika Ye Lin memutuskan akan tinggal seorang diri. Enam orang langsung menolak dengan keras, tetapi Liu Cheng yang lebih bijaksana memiliki gambaran yang lebih luas.
Dia segera memberi isyarat dengan gelengan kepala kepada enam orang lainnya.
"Di situasi seperti ini, kita tidak akan banyak membantu. Daripada kita hanya akan menjadi beban, bukankah lebih baik ikuti perkataan Kakak Ye, dan pergi dari sini?"
Matanya menatap satu persatu dari enam saudaranya. Meski awalnya enggan, mereka pun akhirnya mengerti dan bersedia meninggalkan kediaman Keluarga Sun.
"..."
"Aku akan keluar menghadapi mereka. Kalian bersiaplah mengambil kesempatan."
Liu Cheng mengangguk sambil berusaha menekan emosinya. Mulut terbuka ingin mengatakan sesuatu, tapi pada akhirnya suara tidak bisa keluar dan dia hanya bisa menyaksikan punggung Ye Lin perlahan menghilang dalam pandangannya.
"Kakak Ye ...."
Ye Lin yang sudah di luar ruangan perlahan mengangkat tubuhnya melayang di udara sambil menyebarkan aura kekuatannya.
Mata menyorot tajam, ekspresinya sedingin malam.
"Keluar!!"
Bersama dengan suara Ye Lin, suara tawa banyak orang menggema di tempat tersebut.
Dari arah barat dan timur, puluhan orang muncul langsung mengepung dalam sikap siap menyerang.
"..."
Mata Ye Lin menelisik dengan hati-hati. Perhatiannya tertuju pada empat sosok yang memiliki aura paling kuat di antara puluhan orang itu.
"Sepertinya ada orang yang sangat menginginkan nyawaku. Ini membuatku sangat penasaran. Apa kalian tidak ingin memberitahuku? Apakah itu Keluarga Zhu? Keluarga Wang? Atau, Keluarga Ye dari Kota Yan?"
"Hem? Siapa?"
Ye Lin mengangkat kedua bahunya dan bertanya pada empat pemimpin kelompok itu.
Namun bukan jawaban yang ia dapatkan, mereka berempat langsung memimpin puluhan orang untuk menyerangnya.
"..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
y@y@
⭐👍🏻👍🏾👍🏻⭐
2025-10-14
  1