Apa jadinya, ketika hubungan rumah tangga jauh dari rasa saling memperhatikan?
Apakah Laras akan mampu terus menahan jeritan-jeritan batin-nya yang selama ini ia pendam?
Simak keseruan konflik etika yang terjadi dirumah tangga Laras! Jangan lupa dukung karya baru ini, ya. See you~
Update: setiap hari
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imen Firewood, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyesalan Pagi
"Ya, ada apa ya?" -Laras
Ketika sudah berhadapan dengan anak muda itu. Ternyata dia adalah seorang kurir pengantar makanan. Dan yang anak muda bawa itu adalah bubur yang telah di pesan oleh Andi. Laras sebelumnya tidak mengetahui hal ini.
"Apakah benar, ini adalah alamat rumah Pak Andi?" -Kurir Pengantar
"Iya, benar .. Saya istrinya. Ada yang bisa saya bantu?" -Laras
"Ini ada pesanan beliau. Bubur ayam ini, katanya disuruh antar ke alamat ini." -Kurir Pengantar
Kurir itu langsung menyerahkan bubur ayam yang sedari tadi ia pengang. Dan Laras menerimanya dengan ekspresi yang masih sedikit membingungkan. Laras bertanya tentang pembayarannya.
"Apakah pesanan ini sudah di bayar?" -Laras
"Sudah, Bu .. Kalau begitu, saya permisi, dulu. Mari~" -Kurir Pengantar
"Iyaa .. Terimakasih~"
Setelah kepergian anak muda itu, Laras menatap bubur yang ia pegang di hadapannya. Sebuah senyum di wajahnya yang sedikit pucat mulai terukir. Ia kini merasa lebih sedikit di perhatikan oleh Mas Andi. Dan Laras merasa senang.
Dengan cepat, Laras bergegas masuk kedalam rumahnya. Menyiapkan mangkuk dan alat makan untuk segera menikmati bubur pemberian Mas Andi di meja makan. Walau Laras sedang dalam kondisi badan yang kurang sehat, ia terlihat merasa puas ketika sedang menikmati bubur ayam itu.
Laras benar-benar merasa senang saat ini. Hingga tidak terasa, bubur yang ia makan telah habis sudah tidak bersisa. Selama menikmati bubur itu, Laras membayangkan kebaikan Mas Andi yang telah memberikannya perhatian siang ini.
"Ah .. Leganya. Rasanya, seperti sudah lama sekali aku tidak merasakan makan senikmat ini." -Laras
Pandangan Laras teralihkan dengan ponsel yang berada di sampingnya. Ia ingin mengirim pesan kepada Mas Andi. Ucapan terimakasihnya, karena telah memberikan perhatian kecilnya. Walau hanya berupa memberikan bubur, bagi Laras sudah cukup. Terlihat Laras sedang memainkan ponselnya sambil tersenyum.
"Terimakasih Mas~"
Pesan itu, Laras kirim kepada Mas Andi. Sebagai rasa terimakasihnya karena telah memberikannya bubur. Untuk Laras, yang sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja. Beberapa saat kemudian, setelah mengirim pesan itu, ekspresi Laras tiba-tiba berubah. Saat, ia menerima sebuah pesan dari Riko.
"Laras. Maafkan aku. Aku, benar-benar tidak ingin melakukan perbuatan itu kepada kamu."
Pesan itu sempat membuat Laras terdiam beberapa saat. Membuat perasaan rasa bersalah kepada keluarganya kembali hadir di benaknya. Laras menarik nafasnya dalam-dalam. Hari ini, ia memutuskan untuk memblokir nomor Riko. Melupakan semua kejadian yang pernah terjadi bersamanya. Dan hanya menganggap, sekarang Riko sebagai rekan bisnis.
Ya. Hanya rekan bisnis biasa.
Klik!
Nomor Riko kini berhasil Laras blokir. Pesan-pesan, riwayat panggilan dan semua yang berhubungan dengan Riko, sudah tidak ada lagi di ponsel milik Laras. Dan sekarang, ia hanya ingin kembali menikmati moment perhatian kecil ini, yang sudah Mas Andi berikan kepadanya. Laras benar-benar merasa bersyukur sekarang. Ia tersenyum beberapa kali ketika melihat foto keluarga kecilnya yang menjadi wallpaper layar depan ponselnya.
Di sisi lain ..
Di ruangan kerja. Kantor tempat sehari-hari Riko bekerja diruangan itu. Ia terlihat gelisah dan cemas ketika tidak lagi bisa menghubungi wanita yang ia suka. Itu terjadi begitu saja secara tiba-tiba tanpa Riko sempat meminta maaf. Riko terlihat melamun beberapa saat ketika meletakan kembali ponselnya di meja kerjanya.
"Laras .." -Riko
Ketika hari sudah mulai sore. Kini Andi sudah berdiri menunggu Dina anaknya di depan gerbang sekolahnya. Terlihat pula beberapa anak sudah mulai berjalan keluar kelasnya termasuk Dina. Anak itu berlari manja kearah Andi ketika melihat ayah menjemputnya.
"Ayaah .." -Dina
Andi langsung menggendong Dina kepelukannya. Ketika, anak itu sudah berlari mendekat. Meciu*-nya, serta memberikan perhatiannya.
"Bagaimana, sekolah-nya hari ini? Apa Dina senang?" -Andi
"Senaangg .. Ayaah~!" -Dina
"Kalau begitu .. Ayok kita pulang. Ayah ingin membelikan-mu ayam goreng. Mau?" -Andi
"Mau Ayaah .. Terimakasih~"
Kehangatan itu tercipta ketika Andi juga merasa senang hari ini. Entah apa yang membuat-nya. Tapi Dina, merasakan perhatian dan kasih sayang itu.
Beberapa waktu telah berlalu. Laras yang sudah merasa lebih baikan hari ini tengah duduk sambil meminum teh hangat. Sore ini, ia sedang menunggu kepulangan anaknya dan suami yang baru saja memberikan Laras bubur dan membuatnya senang.
Tek ..
Tek ..
Tek ..
Sebuah jam yang besar tidak lepas dari penglihatan Laras yang sedang menunggu. Ia tidak sabar ingin mengucapkan langsung rasa terimakasihnya kepada Mas Andi. Karena pesan yang Laras kirim sebelumnya. Tidak sempat Andi balas, ia hanya membacanya.
Sedangkan di dalam mobil Andi. Ia dan Dina sedang bercanda seraya tertawa bersama. Mengisi waktu ketika mereka hendak pergi menuju pulang kerumahnya. Juga, sebuah ayam goreng di tangan Dina sedang ia nikmati sendiri.
Bersambung ..
