Alexis seorang ilmuwan wanita dan juga ahli beladiri yang berhasil menciptakan sebuah ruang penyimpanan ajaib ke dalam sebuah kalung.
Namun, dia di khianati dan meninggal secara tragis oleh orang kepercayaan nya sendiri.
Dan siapa sangka, jiwa nya justru masuk ke dalam tubuh wanita lemah yang teraniaya. Yang juga memiliki nama yang sama dengannya.
Rencana balas dendam pun di mulai melalui tubuh wanita yang bernama Alexis itu.
Berhasilkah Alexis membalas dendam? Kalau penasaran, baca yuk!
Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Tidak ada hubungannya dengan dunia nyata dan tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 19
Alexis mengamati sekitar sebelum dia benar-benar masuk. Setelah merasa aman, Alexis dengan perlahan membuka pintu darurat.
Tiit ... tiit ... tiit ... tiit. Suara alarm dari kacamata yang Alexis pakai memberitahu bahwa tempat ini di pasangi jebakan.
Dan benar saja, saat Alexis menekan tombol kecil di bingkai kacamata nya, terlihat cahaya laser berwarna merah.
Jika di lihat dengan mata kasar, cahaya laser merah itu tidak terlihat. Beruntung sebelum kecelakaan itu terjadi, Alexis sudah menciptakan kacamata yang bisa melihatnya dan di simpannya di brankas.
"Huh, profesor Ar, kamu memang pintar," puji Alexis dengan tersenyum tipis.
Ya, profesor Ar orangnya pintar, tapi masih kalah dengan Alexis. Walau pun Alexis lebih muda dan masih bawahan dari profesor Ar.
Alexis harus berhati-hati dalam melewati cahaya laser merah itu. Salah sedikit, maka bisa saja bagian tubuhnya akan terpotong.
Alexis menguji dengan menjatuhkan sobekan kain. Sobekan kain itu langsung terbelah saat terkena cahaya laser merah itu.
"Aku harus bisa melewatinya. Tombol untuk mematikan nya ada di sana," kata Alexis berbicara sendiri.
Dengan gerakan penuh hati-hati, Alexis melewati cahaya laser merah itu. Hingga akhirnya dia pun berhasil melewatinya.
Kemudian Alexis menekan tombol off. Dan seketika cahaya laser merah itu pun hilang. Alexis pun menghela nafas.
"Aku cepat," gumamnya.
Waktunya tidak banyak, karena ini sudah larut malam. Alexis segera masuk ke dalam laboratorium.
Tidak perlu menghidupkan lampu, karena dia menggunakan kacamata yang bisa melihat jelas dalam kegelapan.
Pertama-tama, Alexis membuka loker tempat dia menyimpan barang-barangnya. Namun ternyata loker itu sudah kosong.
"Sialan, ternyata Merlin juga mengambil barang ku yang ada di sini. Beruntung uang ku sudah ku pindahkan ke rekening baru ku," batin Alexis.
Alexis juga merasa beruntung karena saat memindahkan uang ke rekening baru tidak mengalami hambatan.
Jadi semua uang nya masih bisa di nikmati nya dengan baik. Walau pun wajahnya berbeda, pegawai Bank juga tidak curiga.
Alexis tersenyum karena sekarang dia sudah berada di dalam laboratorium milik profesor Ar.
Alexis mencampurkan beberapa bahan kimia yang bisa membuat ledakan. Alexis yang seorang ilmuwan, tentu tahu caranya membuat membuat tempat ini terbakar tanpa di curigai.
Yaitu dengan mencampurkan beberapa bahan kimia berbahaya menjadi satu. Setelah selesai, Alexis segera keluar dari tempat itu.
Karena dalam hitungan menit laboratorium milik profesor Ar akan meledak dan terbakar. Walau pun ledakan nya tidak terlalu kuat, namun bisa menimbulkan api.
Alexis akhirnya berhasil keluar tanpa meninggalkan jejak. Karena dia menggunakan sarung tangan karet agar sidik jarinya tidak menempel pada benda yang di pegang nya.
"Satu, dua, tiga." Alexis menghitung setelah dia berada di luar gedung.
Duar... Terdengar suara ledakan dari laboratorium. Api langsung menyebar menyambar apa saja bahan yang bisa terbakar.
Alexis tersenyum miring kemudian dengan cepat berlari ke mobil dan segera pergi dari tempat itu.
Sementara para petugas keamanan seketika panik. Mereka hanya berjaga di luar, namun saat mendengar suara ledakan barulah mereka masuk.
Mereka berusaha memadamkan api yang menjalar membakar laboratorium tersebut. Ada yang menelepon petugas pemadam kebakaran dan ada juga yang menelepon profesor Ar.
Profesor Ar yang sedang tidur berpelukan dengan Merlin pun terbangun saat ponselnya terus berdering.
"Ya halo," kata profesor Ar saat mengangkat telepon. "Apa?! Bagaimana mungkin?" tanyanya terkejut setelah petugas keamanan memberitahunya kalau laboratorium nya meledak dan terbakar.
"Benar Tuan, kami juga tidak tahu apa penyebabnya?"
"Oke-oke, aku akan segera ke sana. Hubungi damkar secepatnya."
"Sudah Tuan, tapi damkar belum datang. Kami sedang berusaha memadamkan api yang terus menjalar."
Profesor Ar menghela nafas, kemudian menutup telepon secara sepihak. Merlin yang tidak mendengar jelas percakapan mereka pun penasaran.
"Ada apa? Apa yang terjadi?"
"Laboratorium tiba-tiba meledak dan terjadi kebakaran. Aku harus segera ke sana," jawab profesor Ar.
"Aku ikut," kata Merlin. Profesor Ar pun mengangguk.
Lalu keduanya pun berpakaian dan pergi secepatnya ke sana. Saat mereka datang ke gedung itu. Petugas damkar sudah bersiap-siap memadamkan api.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya profesor Ar kepada petugas keamanan.
"Kami juga tidak tahu Tuan," jawab salah satu dari mereka.
"Kalian ini bagaimana sih? Kalian di bayar untuk menjaga tempat ini supaya aman. Tapi apa? Kerja kalian tidak becus!"
"Maaf Tuan, kami teledor kali ini. Tapi kami rasa ada seseorang yang sengaja membakar tempat ini."
"Cctv. Periksa rekaman cctv. Cepat!"
Mereka tertunduk, dalam suasana seperti ini, bagaimana mungkin untuk memeriksa rekaman cctv?
Sementara api yang terus berkobar menjalar dengan cepat melalui aliran listrik. Bahkan sekarang api sudah menjalar ke ruang pemantauan.
Petugas damkar hanya bisa memadamkan api dari luar, mereka juga tidak bisa masuk ke dalam untuk memadamkan api.
Selama dua jam, barulah api bisa di padamkan. Namun mereka tidak bisa apa-apa sekarang. Karena ruangan pemantauan juga ikut terbakar.
Dan akhirnya profesor Ar mengalami kerugian yang sangat besar. Bagaimana tidak? Laboratorium nya saja yang dia bangun dengan susah payah yang paling besar kerugiannya.
Karena semua penelitian nya ada di dalam laboratorium itu. Penelitian nya tentang obat-obatan semuanya musnah.
Padahal profesor Ar sudah menandatangani kontrak kerjasama dengan beberapa rumah sakit swasta di negara ini.
"Ar, bagaimana?" tanya Merlin.
"Bagaimana apanya? Semua usaha ku sia-sia. Kerugian dari kebakaran ini tidak sedikit. Belum lagi aku harus membayar denda untuk kerjasama dengan beberapa rumah sakit!" Tanpa sadar profesor Ar membentak Merlin.
Profesor Ar terduduk lemas. Mereka belum berani masuk ke dalam karena api baru saja di padamkan.
Walau pun api tidak membakar seluruh gedung, namun api seperti memihak karena membakar bagian-bagian terpenting dalam gedung itu.
Sementara Alexis yang berada di apartemen nya bersikap biasa-biasa saja. Seolah tidak terjadi apa-apa.
Dengan santainya Alexis berbaring setelah selesai mandi dan bersiap-siap untuk tidur. Tidak ada yang curiga atas tindakannya ini. Karena semuanya sudah dia rencanakan sendiri.
Pagi pun menjelang. Berita tentang kebakaran di laboratorium milik profesor Ar pun menjadi trending topik hari ini.
Raymond yang melihat berita kebakaran itu seketika berpikir, jika ini ada hubungannya dengan Alexis.
Raymond segera ke apartemen Alexis. Ia menekan bel pintu dan tidak berapa lama pintu pun terbuka.
"Ale ada Bik?" tanya Raymond.
"Nyonya kayaknya belum bangun, Tuan," jawab Bibik.
"Ya sudah, jangan di ganggu," ucap Raymond lalu pergi.
Mendengar Alexis belum bangun, dugaan Raymond semakin kuat. Namun ia hanya tersenyum karena teringat perkataan Alexis beberapa waktu lalu.
"Ternyata begitu cara mu untuk balas dendam," gumam Raymond.
"Tuan bicara apa?" tanya Jason.
"Kamu, bikin kaget saja," jawab Raymond yang tidak menyadari kehadiran asistennya itu.
"Tuan mikirin apa?" tanya Jason. Karena Jason melihat pintu lift terbuka hingga tertutup lagi dan terbuka lagi.
Namun Raymond tidak juga masuk ke dalam. Itu sebabnya Jason merasa heran karena semakin hari tingkah tuan nya semakin aneh menurutnya.