Pengkhianatan yang di lakukan oleh adiknya sendiri, dan calon suaminya, membuat Jelita patah hati. Wanita itu menangis di bawah derasnya air hujan hingga dia pingsan.
Siapa sangka di saat dia pingsan, Jelita di selamatkan oleh seorang CEO muda yang tampan ,dan kaya raya. Laki-laki itu membawa Jelita ke rumahnya , dan mengizinkan Jelita tinggal di rumahnya untuk beberapa minggu. Namun laki-laki itu berhati dingin ,dan seorang gila kebersihan. Kuatkah Jelita tinggal di rumah laki-laki itu ?
Yuk kita ikuti kisah cinta Jelita ☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MartiniKeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Demam
Semakin malam tubuh Jelita justru semakin memanas. Sesekali dia mengingau tidak jelas hingga Angga yang tidur di kursinya terbangun.
Angga menegakkan tubuhnya sambil menguap. Matanya yang biasanya sulit terpejam tiba-tiba terasa lengket. Ini tidak seperti biasanya, mungkin dia terlalu lelah karena sepulang dari bekerja dia harus mengurus gadis yang tidak dia kenal. Setelah itu dia juga tadi malam membersihkan kamarnya hingga berkali-kali , karena dia tidak ingin kamarnya kotor. Bahkan dia juga mandi hingga 2 jam . Sebelum mengambil sesuatu , pria itu tidak pernah lupa menyemprotkan antis antiseptic spray.
" Dion, kamu memang pria brengs*k. Kamu begitu tega melupakan semuanya." Mata Jelita terpejam tapi bibirnya terus meracau tidak jelas. Kepalanya terus bergerak ke kanan dan ke kiri dengan giginya yang terdengar bergemelatuk.
Angga menyemprotkan antis antiseptic spray ke tubuh Jelita sebelum menyentuh gadis itu.
" Hey, kau kenapa ?" ujar Angga panik. Dia mengulurkan tangan untuk memeriksa suhu tubuh Jelita menggunakan punggung tangannya. Dia pikir gadis itu tidak akan terlalu parah seperti ini. Namun tidak di sangka tubuhnya sangat menyengat.
" Mama, aku ingin ikut Mama,"racau gadis itu kembali sembari terisak-isak tanpa mengeluarkan air mata. Hanya bibirnya saja yang mengeluarkan tangisan.
Angga menghela nafas panjang. Beberapa saat dia terus memandang wajah gadis itu yang masih meracau tidak jelas.
" Sebenarnya masalah apa yang di alami gadis ini ? Hingga dia terus meracau seperti ini ," gumam Angga sambil menatap gadis itu.
Rasa bersalah seketika menyelimuti hati dan perasaan Angga karena dia kemarin bicara kasar pada gadis itu.
Angga hendak beranjak dari duduknya untuk mengambil kain guna mengopres dahi gadis itu. Belum sempat beranjak dari duduknya, gadis itu mencekal pergelangan tangannya.
" Mama, jangan tinggalkan aku," ucap Jelita dengan nada penuh kesedihan.
" Aku hanya ingin bersama Mama," imbuh Jelita masih dalam posisi tidak sadar.
Angga menghembuskan nafasnya kasar.
" Aku tidak akan kemana-mana, tunggulah di sini sebentar . Aku akan mengambil air dingin untuk mengompres," ungkap Angga. Tidak peduli meski gadis itu mungkin tidak akan mendengarkannya, tapi dia tetap berbicara seolah-olah gadis itu dalam keadaan tersadar. Berpura-pura menjadi Mama gadis itu hingga beberapa saat.
Anehnya gadis itu mengangguk lalu mengendurkan cekalan tangannya. Dia bisa mendengar apa yang di katakan oleh Angga.
Tidak berselang lama, Angga sudah kembali membawa baskom berisi air dingin beserta handuk kecil. Pria itu mulai mencelupkan handuk ke dalam air lalu meremasnya dan di letakkan di kening Jelita.
Saat ini jam menunjuk di angka empat. Jika dalam dua jam panas gadis itu tidak turun , maka dia akan membawanya ke rumah sakit. Setidaknya dia harus berusaha terlebih dahulu.
Jelita sudah kembali tenang. Tidak ada racauan lagi yang keluar dari bibirnya. Namun sesekali wanita itu terlihat menggigit bibir bawahnya dengan begitu kuat hingga bibirnya membiru.
Diam-diam , Angga mengambil foto Jelita dan mengirimkannya ke Alex . Dia menyuruh sekretarisnya itu mencari tahu siapa gadis yang bersamanya saat ini.
Angga yang saat ini duduk di kursi tepat di sebelah ranjang menguap karena dia baru tidur beberapa jam saja sebelum akhirnya mendengar racauan gadis itu.
" Aku jadi penasaran dengan gadis ini . Sebenarnya siap dia ? Dan apa yang menyebabkan dia menjadi seperti ini ? Aku bahkan sampai tidak tidur, padahal aku sendiri tidak mengenalnya sama sekali. " Angga memejamkan matanya sebentar sambil memijat ruang di antara alisnya.
Angga menempelkan kembali punggung tangannya ke dahi Jelita. Keadaannya saat ini sudah jauh lebih baik. Suhu tubuhnya juga sudah tidak terlalu menyengat. Angga membalikkan sisi handuk yang menempel di dahi Jelita.
Setelah memastikan keadaan gadis itu membaik, Angga masuk ke dalam kamar mandi . Dia butuh air menyiram tubuhnya untuk mengurangi rasa lelah yang di rasakannya.
Selepas kepergian Angga ke kamar mandi , Jelita mulai tersadar. Dia perlahan membuka matanya lalu menggunakan telapak tangan untuk menutupi matanya dari cahaya lampu yang menyilaukan dan membuat matanya terasa sakit.
Butuh waktu beberapa menit hingga akhirnya matanya bisa berdamai dengan sekitarnya.
" Kenapa kepalaku sakit sekali ? Apa yang sudah terjadi ? " Jelita hendak menegakkan tubuhnya dengan bersandar di ujung ranjang. Namun baru saja mengangkat kepalanya sedikit , kepalanya sudah berputar - putar. Pandangannya juga semakin kabur sehingga Jelita memejamkan matanya kembali.
Jelita menarik selimut agar menutupi tubuh bagian atasnya , karena dia merasa tangannya masih terasa dingin. Dia membaringkan tubuhnya hingga dia samar-samar mendengar suara air mengalir dari kamar mandi.
" Bukankah aku tidur sendiri di kamarku ? Pintu kamarku juga selalu aku kunci jika akan tidur . Lalu kenapa kamar mandinya seperti ada yang menempati ? Apakah itu suara dari kamar Mila ? " pikir Jelita dengan penuh tanda tanya.