Menggoda Ayah Dari Wanita Yang Merebut Tunanganku

Drake mengusap wajahnya kasar. Setiap tindakan yang dilakukan Dhea membuat dirinya merasa tidak karuan.

Dan saat hendak kembali ke ruangannya setelah memberikan pesanan kue milik temannya, pria matang itu seolah hati-hati masuk ke ruangannya.

"Apa yang bakalan dilakuin itu bocah,"gumamnya lirih.

Ceklek

Drake membuka pintu ruangannya secara perlahan. Hidungnya langsung bisa mencium aroma parfum yang bercampur dengan kue yang saat ini sudah ada di atas meja. Aroma manis kedua hal itu bercampur membuat Drake sedikit hanyut di dalamnya.

Terlebih Dhea yang duduk di sofa itu entah mengapa tampak begitu menggoda. Saat Dhea menyibakkan rambutnya, dan membuat leher jenjangnya itu terlihat jelas, saat itu lah Drake merasa terpancing.

"Aku udah gila,"desisnya lagi.

"Om, sini. Kenapa cuma berdiri aja di depan pintu. Ini kuenya udah aku siapin. Aku pengen tahu gimana rasanya, walaupun aku yakin pasti enak dan Om akan ketagihan. Tapi sebenernya aku pengen Om yang ketagihan ke aku sih, bukan ke kue ku."

Dhea membuat gerakan, dari duduk dengan menyilangkan kaki, menjadi duduk yang biasa sambil menyandarkan dagunya pada punggung tangan. Matanya terlihat sangat bening, dan lagi-lagi Drake seperti kesulitan menatap gadis itu.

Tap tap tap

Drake berjalan mendekat. Dia duduk di sofa yang ada di depan Dhea. Kini keduanya berhadapan. Drake meraih piring kecil itu lalu memasukkan satu potong kue dengan toping stroberi segar ke mulutnya.

Rasa asam segar dari stroberi bercampur denga rasa kue yang tidak terlalu manis dalam mulutnya seolah menyatu menghasilkan rasa yang pas.

Drake mengunyah pelan kemudian menelannya.

"Gimana Om, apa sesuai sama selera Om?"

"Enak, rasanya pas di lidahku. Dhea...."

Suara Drake terdengar berat ketika menyebut nama gadis itu. Seolah menyiratkan sebuah peringatan.

"Jangan mendekat dengan tiba-tiba,"ucapnya lagi.

Ya saat ini Dhea sudah duduk di sisinya, duduk dengan sangat dekat sampai lengan mereka bersentuhan.

Dhea yang juga tiba-tiba mencondongkan tubuhnya untuk mengambil potongan kue di atas meja yang berada tepat di depan Drake, membuat Drake bisa mencium aroma parfum dan bahkan juga shampo gadis itu.

"Makan lagi Om, aku senang kalau Om menyukai kue buatanku. Aaaa. Tapi apa beneran cuma kue buatanku yang sesuai selera Om? Kalau yang buat, gimana? Apa juga sesuai sama selera , Om?"

Tap

Hap

Drake menangkap tangan Dhea lalu memakan kue yang Dhea ulurkan ke depan mulutnya. Matanya menatap intens ke arah gadis itu sekarang. Dan hebatnya lagi, Dhea tidak takut sama sekali. Gadis itu malah tersenyum sambil mengedipkan satu matanya.

"Apa sekarang ini kamu lagi menunjukkan godaan mu yang sebenarnya, Dhea?"

"Ehm, masa sih? Tapi aku ngerasa ini bukan godaan lho, Om. Kalau godaan tuh kayak gini."

Dhea mendekatkan tubuhnya. Sangat dekat sehingga tidak lagi ada jarak diantara mereka. Ia lalu meletakkan tangan kirinya pada dada Drake karena tangan kanannya saat ini masih dipegang oleh pria itu.

Dengan gerakan yang sangat lembut, Dhea mengusap dada Drake. Sebenarnya dia sedikit speechless, dada pria dewasa itu begitu keras. Mungkin kalau tidak mengenakan pakaian, akan terlihat sangat bagus dan sempurna. Aku jadi pengen lihat, batin Dhea. Dia bisa merasakan itu melalui tangannya.

Gluph!

"Cukup," Drake menahan tangan Dhea. Kini kedua tangan gadis itu ditahan oleh Drake semua.

"Dhea, kamu tahu apa yang kamu lakuin ini bahaya banget?" Drake melepaskan tangan gadis itu. Lalu, dia memundurkan tubuhnya hingga mereka kembali berjarak.

Drake akui bahwa tindakan Dhea tadi bukan hanya cukup berbahaya melainkan sangat berbahaya. Bagaimanapun dia adalah pria yang normal, hasrat kelelakiannya pun muncul saat Dhea menyentuh dan mengusap dadanya tadi.

"Apa bener bahaya? Tapi aku belum merasakan tanda bahaya tuh, Om? sahut Dhea. Dia mengerlingkan matanya lagi membuat Drake kehabisan udara.

Bocah ini bener-bener ya. Dia beneran nggak tahu atau cuma pura-pura sih. Kalau sampai ku terkam, bisa berabe nantinya,desi Drake.

"Haaah, jangan main-main Dhea. Aku ini pria normal. Aku nggak mau nanti ada apa-apa sama kamu. Aku juga nggak tahu apa tujuanmu buat ngedeketin aku. Tapi Dhea, aku beneran bisa aja khilaf nantinya."

Eh?

Drake terhenyak, dia sungguh sedang bicara dengan serius tapi Dhea tiba-tiba sudah bergeser di sampingnya. Jarak yang tadi dia buat kini tak ada lagi.

"Aku malah nungguin Om khilaf. Dan aku tahu kok apa yang aku lakuin, serta resikonya. Kalau berhubungan dengan pria sebaya malah membuat aku sakit, mungkin memang aku harus mencari pria yang lebih dewasa karena biasanya bisa mengayomi,"ujar Dhea dengan senyumnya. Senyum yang sedikit mengganggu Drake, karena dalam senyum itu terasa getir dan entah mengapa hal tersebut membuat Drake terpancing.

Pria yang mungkin bisa dikatakan tak muda lagi itu secara impulsif mengulurkan tangannya. Dia membelai lembut wajah gadis muda yang duduk di sampingnya.

Wajah itu terasa lembut di tangan. Dan bibir gadis itu yang dipoles lipstik warna nude terlihat segar seperti buah stroberi yang tadi dimakannya.

Drake mengusap lembut sudut bibir Dhea yang sedikit ada coklat di sana. Entah kapan gadis itu makan kue, tapi yang jelas jejak coklat itu tertinggal di sana.

"Sial aku ingin melahap bibir itu. Kamu udah gila, Drake," batin Drake. Saat ini otak dan hatinya seolah sedang saling berseteru.

Drake ingin menarik tangannya namun ditahan oleh Dhea. Dhea memejamkan matanya sejenak seolah menikmati sentuhan Drake.

"Hangat, aku belum pernah merasakan sehangat ini, Om,"ucapnya lirih.

Degh!

Tok tok tok

Kali ini Drake sungguh menarik tangannya. Dia bahkan langsung berdiri dan berjalan menuju ke pintu.

Rekan kerjanya memberikan sebuah dokumen dan langsung pergi lagi. Ketika Drake berbalik, Dhea sudah berdiri di sisinya.

"Aku pulang ya Om. Habiskan kuenya, aku akan datang lagi nanti. Dan aku masih nunggu lho gimana khilaf nya Om Drake."

Tap tap tap

Fyuuuh

Drake membuang nafasnya kasar. Setiap tindakan yang dilakukan Dhea sungguh membuatnya harus menahan nafas. Dia tidak tahu, diusianya yang 40 tahun ini, dia kembali merasakan getaran di dalam dadanya.

"Haah, lama-lama aku beneran bisa jantungan dibuat sama bocah itu," ucapnya sambil mengusap wajahnya.

TBC