Sabrina rela meninggalkan status dan kekayaannya demi menikah dengan Zidan. Dia ikut suaminya tinggal di desa setelah keduanya berhenti bekerja di kantor perusahaan milik keluarga Sabrina.
Sabrina mengira hidup di desa akan menyenangkan, ternyata mertuanya sangat benci wanita yang berasal dari kota karena dahulu suaminya selingkuh dengan wanita kota. Belum lagi punya tetangga yang julid dan suka pamer, membuat Sabrina sering berseteru dengan mereka.
Tanpa Sabrina dan Zidan sadari ada rahasia dibalik pernikahan mereka. Rahasia apakah itu? Cus, kepoin ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Malam hari warga di kampung mendatangi rumah Pak Radit. Mereka diundang untuk acara syukuran sekaligus silaturahmi dengan penduduk setempat.
Bu Maryam tampil cantik dengan menggunakan gamis berwarna merah marun polos dan jilbab yang senada bercorak abstrak. Orang-orang pangling karena kelihatannya jauh lebih muda. Walau hanya makeup natural.
Tentu saja Sabrina juga tidak mau kalah dengan sang mertua. Dia menggunakan gamis berwarna pink bermotif bunga-bunga dan jilbab pasmina polos yang berwarna senada. Dia hanya menggunakan lipblam saja. Karena Zidan tidak mengizinkan berdandan berlebihan. Apalagi yang datang banyak laki-laki.
Menantu dan mertua itu jadi bahan pembicaraan orang-orang yang datang. Banyak yang memuji perubahan Bu Maryam sekarang.
"Setelah ada Sabrina, Bu Maryam jadi mulai memperhatikan penampilannya," ucap Ceu Euis merasa kagum.
"Ho-oh. Rupanya punya menantu dari kota ada bagusnya juga. Jadi tahu fesyen dan make up," lanjut Ceu Siti menyindir Bu Maryam yang dahulu suka menjelekkan wanita dari kota.
"Kalau sejak dulu Ceu Maryam mau dandan dan mengurus badannya sendiri, mungkin Pak Yadi tidak akan selingkuh," kata Ceu Romlah ikut berkomentar.
"Alah, Ceu Romlah! Banyak laki-laki matanya suka jelalatan sama wanita lain, walau sudah punya istri cantik. Tuh, buktinya artis-artis yang cantik banyak yang diselingkuhi sama suaminya," bantah Ceu Edoh sewot. Karena menurutnya banyak bukti laki-laki yang seperti itu.
"Benar juga," ucap mereka bersamaan kompak mengangguk seperti diberi komando.
Tamu undangan sudah banyak yang datang dan acara akan dimulai. Para lelaki menempati ruang depan sampai teras rumah. Sementara wanita menempati ruang tengah.
Ustadz Soleh memulai acara. Dia menyebut mana tiga orang, salah satunya Zidan. Mereka diminta untuk mengaji surah Al Baqarah, masing-masing satu juz. Setelah selesai dia memberi tausiyah.
Acara dilanjutkan dengan prasmanan. Pak Radit menyewa jasa kaetring yang memasak sekaligus melayani tamu undangan. Karena dia hidup seorang diri, jadi tidak ada yang membantu.
"Bu Maryam, ambil makanan yang banyak," ucap Pak Radit ketika Bu Maryam antri mengambil makanan sedikit. "Jangan sungkan, masih banyak, kok!"
"Makasih, Pak. Aku ambil secukupnya saja," balas Bu Maryam.
"Pak Radit, makanannya terlihat enak dan wangi bumbunya terasa," ucap seseorang dan Bu Maryam menoleh.
Di belakang Bu Maryam ada Ceu Siti yang tampilannya cetar membahana. Gamis berwarna merah menyala satu warna dengan jilbabnya. Lalu, wajah dipoles full makeup yang tebal. Tidak lupa gelang emas menghiasi kedua lengannya. Begitu juga dengan jari-jarinya penuh dengan cincin berbagai ukuran, mulai yang dari cincin yang tipis sampai cincin yang segede gaban hampir menutupi setengah jarinya.
Bibir Ceu Siti yang diberi gincu berwarna merah menyala senyum-senyum genit ke Pak Radit. Dia seorang janda seperti Bu Maryam. Bedanya dia janda ditinggal mati.
Gelagat Ceu Siti terlihat oleh Bu Maryam. Dia menduga kalau wanita itu suka sama Pak Radit.
"Yah, ada saingan!" batin Bu Maryam.
"Aku cari kaetring yang terkenal rasa masakannya enak. Dapat rekomendasi dari guru-guru di sekolah. Jadi, pesan ke tempat itu saja," balas Pak Radit.
Warga makan di sana sepuasnya. Pak Radit menjamu para tamu undangan dengan baik.
Sebelum pulang warga pamitan ke Pak Radit. Mereka menyambut baik kehadirannya di sini.
"Neng makan terlalu banyak, jadi ngantuk," ucap Sabrina manja kepada Zidan.
"Mau digendong?" tanya Zidan.
"Enggak. Biar badan ini gerak. Lagian jarak ke rumah juga dekat," jawab Sabrina yang jalan dengan mata terpejam sambil merangkul lengan sang suami biar tidak jatuh.
Takut istrinya jatuh karena jalan sambil merem, Zidan langsung membopong tubuh Sabrina. Benar saja, wanita itu tidur. Dia pun tersenyum geli sambil menggelengkan kepala.
Bu Maryam hanya menggelengkan kepala. Dia yakin pas bangun Sabrina akan heboh karena tidak ingat kapan tidur.
Pernah kejadian Sabrina menunggu Zidan pulang dari acara pengajian di kampung sebelah. Dia pun nonton televisi, ternyata tertidur. Lalu, Zidan membawanya ke kamar. Subuh-subuh dia buat heboh karena bisa pindah sendiri. Katanya dipindahkan sama jin jahil.
***
Sesuai prediksi Bu Maryam, Sabrina heboh ketika bangun tidur. Dia tidak sadar kapan tidur ke kamar dan ganti baju. Untung Zidan tipe orang yang sabar dan mau menjelaskan.
"Mah, semalam Neng dengar bisik-bisik tetangga. Katanya Ceu Siti suka sama Pak Radit. Dia suka caper," kata Sabrina sambil menyapu dapur dan Bu Maryam sedang menyiangi sayuran buat dimasak.
"Ternyata benar dugaannya," batin Bu Maryam.
"Ya, tidak apa-apa. Itu haknya Ceu Siti," balas Bu Maryam sambil memotong-motong batang bayam.
"Padahal aku mau comblangin Mamah sama Pak Radit. Kalian terlihat serasi dan saling suka," ucap Sabrina yang kini menoleh ke arah sang mertua.
"Jangan ngaco kamu!" kata Bu Maryam malu-malu.
"Ngaco apanya, Mah? Aku bisa melihat dari pancaran sinar mata kalian. Kelihatan sekali kalau Mamah suka sama Pak Radit," balas Sabrina tepat sasaran.
Muka Bu Maryam kini berubah merah merona. Dia malu karena ketahuan menantunya suka sama tetangga baru.
"Mamah itu hanya wanita kampung," ujar Bu Maryam lirih.
"Apa salahnya dengan wanita kampung?" tanya Sabrina tidak mengerti karena baginya semua sama, yang membedakan adalah orang bersifat baik dan buruk.
"Ya, pastinya Pak Radit enggak mau sama mamah. Tidak selevel dengannya," jawab Bu Maryam sendu.
"Jangan begitu, Mah. Siapa tahu kalian berjodoh," balas Sabrina menghentikan pekerjaannya. Kini dia menghadap sang mertua. "Aku malah melihat Pak Radit suka sama Mamah, loh!"
"Yang bener?" Bu Maryam seakan tidak percaya.
"Iya, Mah."
"Kok, mamah malah merasa Pak Radit tidak seperti itu, ya?" Bu Maryam merenung memikirkan Pak Radit.
lanjut kak jangan bikin penasaran aja
bukan musuh keluarga Sabrina
jangan suudhon dl mamiiii