NovelToon NovelToon
Mengandung Benih Mantan Suamiku

Mengandung Benih Mantan Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Lari Saat Hamil / One Night Stand / Cerai / Obsesi / Penyesalan Suami
Popularitas:10.4k
Nilai: 5
Nama Author: Nadia_Ava02

Delia Aurelie Gionardo hanya ingin mengakhiri pernikahan kontraknya dengan Devano Alessandro Henderson. Setelah satu tahun penuh sandiwara, ia datang membawa surat cerai untuk memutus semua ikatan.

Namun malam yang seharusnya menjadi perpisahan berubah jadi titik balik. Devano yang biasanya dingin mendadak kehilangan kendali, membuat Delia terjebak dalam situasi yang tak pernah ia bayangkan.

Sejak malam itu, hidup Delia tak lagi sama—benih kebencian, dendam, dan rasa bersalah mulai tumbuh, mengikatnya kembali pada pria yang seharusnya menjadi "mantan" suaminya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadia_Ava02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MBMS - Bab 29 Jangan Keras Kepala

Deg!

"Lalu di mana Devano sekarang?" sergah Papa Bryan dari balik telepon.

Mama Raisa yang ikut mendengarkan seketika panik. Wanita itu spontan berdiri di samping suaminya.

"Saat ini Tuan Devano sedang bersama Nona Delia, Tuan," jawab Liam hati-hati.

Papa Bryan langsung terkejut mendengarnya. Sorot matanya berubah, rahangnya menegang. Ia segera menoleh pada sang istri.

"Jadi, Dev sudah menemukan Delia?" tanyanya tak percaya.

Mama Raisa langsung berkaca-kaca. Hatinya lega, ia bersyukur kabar yang ia tunggu akhirnya datang juga.

"Benar, Tuan. Kami sudah bertemu dengan Nona Delia," sahut Liam.

"Kalau begitu, kapan kalian akan kembali? Suruh Dev membawa Delia pulang secepatnya," titah Papa Bryan tegas.

"Baik, nanti akan saya sampaikan," jawab Liam.

Tanpa menunggu lama, Mama Raisa meraih ponsel dari tangan suaminya.

"Liam... bagaimana keadaan Delia sekarang?" tanyanya penuh cemas.

"Nona Delia sehat, dia baik-baik saja, Nyonya."

"Syukurlah..." Mama Raisa mengusap dadanya lega. "Kalau begitu, nanti tolong minta mereka menghubungiku. Aku ingin bicara dengan mereka."

"Baik, Nyonya. Akan saya sampaikan," balas Liam.

Setelah telepon berakhir, Liam segera menyalakan mobil dan melajukannya kembali menuju rumah Delia.

 

"Semua orang membutuhkanmu, Del. Aku mohon... dengarkan aku sekali ini saja, pulanglah bersamaku," ucap Dev lirih.

Kini pria itu bersimpuh di depan Delia, tepat di hadapan perutnya yang besar.

Delia menggeleng, air matanya jatuh tanpa bisa ia tahan. "Tidak, Dev... aku pasti sudah membuat mereka kecewa."

"Tidak!" Dev menggeleng cepat. "Mama dan Papa tidak pernah menyalahkanmu atas semua itu. Justru sebaliknya, mereka memintaku untuk membawamu pulang. Lagipula, tempat ini terlalu sempit untuk kita... untuk anak kita nantinya. Anak kita berhak mendapatkan tempat yang lebih baik," ucapnya panjang lebar, berusaha membujuk dengan suara bergetar.

Delia mmincingkan tatapannya. "Kenapa jadi kita?! Kamu tidak perlu tinggal di sini. Hidupmu sudah biasa di tempat mewah. Jadi pergilah. Aku dan anakku akan baik-baik saja di sini. Lagipula aku tahu apa yang baik dan yang tidak untuk kami," tekan Delia, seolah menegaskan bahwa ia hanya ingin hidup berdua dengan bayinya.

"Bukan begitu maksudku! Akh!" Dev mendesah frustrasi, kedua tangannya mengepal. Ia benar-benar hampir kehilangan kendali karena keras kepalanya Delia.

Devano menunduk, jemarinya yang kokoh justru bergetar saat menyentuh tangan Delia yang dingin. "Jangan bilang 'aku dan anakku', Del. Itu anak kita, bukan hanya milikmu seorang, kita membuatnya berdua jadi kita juga harus sama-sama menjaganya." suaranya lirih tapi penuh penekanan.

Delia tersentak, bibirnya bergetar namun ia buru-buru mengalihkan pandangan. "Kamu tidak berhak lagi bicara begitu, Dev. Kita sudah berakhir. Aku sudah mencoba hidup tanpa kamu… dan aku baik-baik saja."

Devano langsung mendongak, matanya yang basah menatap tajam. "Kamu berbohong, Delia. Kalau kamu benar-benar baik-baik saja tanpa aku, kenapa air matamu selalu jatuh setiap kali kita bicara soal ini? Kenapa tanganmu gemetar saat aku menyebut anak kita? Jangan berpura-pura kuat hanya untuk menyakitiku."

"Aku tidak menyakitimu," suara Delia pecah, hatinya berkecamuk hebat.

"Diam dulu. Dengarkan aku bicara," potongnya. Devano mendekat, kepalanya mendongak menatap wajah Delia dengan lebih jelas. "Aku mungkin bodoh, aku mungkin terlambat menyadari semuanya… tapi izinkan aku menebusnya. Aku mohon, jangan hukum aku dengan cara menjauhiku dari kamu dan anak kita."

Delia menggigit bibirnya, wajahnya memerah menahan isak. Pertahanannya sedikit demi sedikit runtuh. Namun ia masih takut, takut jika semua ini hanya janji manis yang akan berakhir pahit seperti dulu.

"Lalu bagaimana dengan Giselle? Bukankah kamu sangat mencintainya? Kamu sendiri yang bilang akan menikah dengannya setelah kita bercerai," ucap Delia dengan suara bergetar, mencoba mengingatkan kembali kata-kata yang pernah Dev lontarkan.

Devano menghela napas panjang, sorot matanya dalam menatap Delia. "Aku tidak mungkin menikahi wanita yang sudah membuat istri dan anakku nyaris celaka. Aku tidak mencintainya, Delia... saat ini hidupku hanya untukmu dan anak kita."

"Cukup!" Delia langsung memotong ucapannya, air mata makin deras membasahi pipinya. "Berhentilah menyebutku istrimu, Devano. Kita sudah resmi bercerai! Apa semudah itu kamu memainkan hati seorang wanita? Dulu kamu bilang suka, sekarang tidak. Apa kamu pikir perasaan seorang wanita hanya untuk dipermainkan?!"

Suara Delia meninggi, tapi matanya bergetar penuh luka. Ia tahu, jika kata-kata Dev itu sampai terdengar oleh Giselle, wanita itu pasti akan hancur. Mereka sama-sama perempuan, Delia sangat paham bagaimana sakitnya jika harus saling menyakiti hanya karena satu pria.

"Aku tidak mempermainkanmu, Del..." Dev menunduk, suaranya berat, lalu kembali menatapnya dengan mata berkaca. "Aku hanya jujur pada diriku sendiri. Selama ini aku selalu cemburu setiap kali melihatmu bersama Alvan. Aku cemburu setiap kali mendengar kalian bertukar kabar lewat telepon! Tapi aku tidak bisa apa-apa. Aku tidak bisa jujur padamu... aku juga merasakan sakit yang sama denganmu selama ini."

Nada suaranya lirih, penuh penyesalan. Tidak ada lagi ego, tidak ada lagi harga diri yang ia pertahankan. Yang tersisa hanya Devano sebagai pria yang ingin merebut kembali hati wanita yang ia biarkan terluka.

"Setiap malam aku nyaris ingin menyerah... aku ingin memelukmu, ingin melepas semua jarak di antara kita. Dinding kokoh yang begitu dingin yang aku ciptakan sendiri itu justru membuatku tersiksa," suara Dev bergetar, setiap kata keluar dari hatinya yang paling dalam.

Delia hanya terdiam, dadanya sesak. Ia tidak mampu berkata-kata, hanya bisa menatap Dev yang menumpahkan segalanya dengan penuh penyesalan.

"Aku yang egois, Del..." lanjut Dev, matanya berkaca-kaca. "Andai saja aku tidak menyakiti hatimu sejak awal. Andai saja surat kontrak pernikahan itu tidak pernah aku buat... aku pasti tidak akan kehilanganmu seperti ini." Ia menarik napas berat, lalu menunduk, seperti menyesali setiap keputusan masa lalunya.

"Aku mencintaimu... tapi selama ini terlalu sulit bagiku untuk mengungkapkan. Dan tentang Giselle..." suaranya merendah, namun tegas. "Aku sudah memutuskan hubungan kami."

Delia spontan membelalakkan mata. Tubuhnya menegang. Kata-kata itu bagai petir yang menyambar di siang bolong. Ia tidak pernah membayangkan Dev benar-benar akan meninggalkan Giselle hanya demi mendapatkannya kembali.

Dev menatapnya lagi, kali ini dengan kesungguhan yang tak terbantahkan. "Aku tidak mau menutupi perasaanku lagi. Aku hanya mencintaimu, Del... sejak awal hanya kamu. Aku baru benar-benar sadar setelah kamu pergi... bahwa hanya kamu yang aku mau, bukan Giselle."

Tak lama, deru suara mesin mobil Liam terdengar memasuki halaman rumah.

Refleks, Delia segera menarik kedua tangannya dari genggaman Dev.

"Aku butuh istirahat," ucapnya lirih, berusaha menahan gejolak perasaan.

Namun, sebelum sempat melangkah, suara langkah kaki Liam semakin mendekat.

"Tuan Devano, Nona Delia... ini sudah malam. Sebaiknya kita makan malam dulu," ucap Liam sopan sambil mengangkat kantung makanan yang dibawanya.

Dev langsung berdiri, kemudian meraih tangan Delia dengan tegas.

"Liam benar. Kau harus makan dulu sebelum beristirahat," katanya, suaranya tak memberi ruang untuk penolakan.

"Aku tidak lapar," tolak Delia singkat. Nada suaranya terdengar lelah, bukan hanya karena tubuhnya, tetapi juga karena Dev terus saja memaksanya untuk mau pulang bersamanya sejak tadi.

Dev menatapnya dalam-dalam, nada suaranya merendah tapi tetap penuh tekanan.

"Jangan keras kepala," tekan Dev, suaranya meninggi namun sarat kekhawatiran. "Ingat, kamu sedang mengandung anakku. Jika kamu tidak mau makan, maka yang akan tersiksa bukan hanya dirimu... tapi juga anak kita!"

Nada suara Dev membuat Delia terdiam seketika. Matanya berkedip-kedip menahan emosi. Ia tahu Dev benar, tapi hatinya tetap penuh luka.

"Aku lelah, Dev..." suara Delia melemah, hampir berbisik. "Jangan gunakan anak ini untuk menahanku. Aku bisa menjaganya sendiri."

Dev menarik napas panjang, menahan gejolak di dadanya. Ia kemudian menunduk sedikit, menatap perut Delia dengan sorot mata sendu. "Kamu boleh membenciku seumur hidupmu, Del... tapi jangan sakiti dirimu sendiri, jangan sakiti anak kita. Aku tidak sanggup kehilangan kalian."

Liam yang sejak tadi berdiri hanya bisa menghela napas kecil. Ia tahu, pertarungan ini bukan lagi tentang makanan atau istirahat, tetapi tentang hati yang masih penuh luka dan penyesalan.

"Ekhm! Apa ini masih lama?" sela Liam.

1
ArchaBeryl
Semakin seru ne🤭
Dev jangan jadi di paksa Delia nya
di bujuk secara halus dunk🤭
Nadia_Ava02: 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
tia
jngn di gantung thor
Nadia_Ava02: /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
tia
ditunggu updatenya lg thor
Nadia_Ava02: terimakasih Kaka.. masih setia membaca..🤗🤗🤗
total 1 replies
ArchaBeryl
Semangat ya Dev
kasih maaf aja Del tapi jangan cepat² balikan lagi ma Dev
hukumnya masih kurang 🤣
Nadia_Ava02: astaga../Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
ArchaBeryl
Kenapa mesti bohong Del
Akui aja toh kalian kan sudah bercerai
biar Dev berjuang samapi titik darah penghabisan 🤭
semangat ya Dev awal perjuangan baru di mulai
Nadia_Ava02: biar Dev makin penasaran kak../Joyful//Joyful//Joyful/
total 1 replies
Pixie Quill
Luar Biasa
ArchaBeryl
Lanjut kak
kak sekali² cazy up dunk kak🤭🤭
ArchaBeryl: Makasih kak🤗🤗🤗
total 2 replies
ArchaBeryl
Sehat² ya kakek Arthur
Biar bisa lihat cicit nya
ArchaBeryl: pasti kak 🤗
total 2 replies
tia
nikmatii saja penyesalan u Dev
Nadia_Ava02: nikmati sambil minum kopi lebih enak itu...🤣🤣🤣
total 1 replies
ArchaBeryl
sabar ya Dev
semua butuh waktu dan perjuangan 🤭🤭
Nadia_Ava02: tetap semangat...💪🏻🤣🤣🤣
total 1 replies
tia
lanjut thor
Nadia_Ava02: Siap Kaka...🥰🥰
total 1 replies
ArchaBeryl
Bagus Del...
Siksa terus Dev dengan penyesalan 🤗🤗🤗
Nadia_Ava02: /Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/
total 1 replies
tia
sukurin ,,kalo udah gk ada baru nyesel
Nadia_Ava02: siap Kaka...🥰🥰
total 3 replies
ArchaBeryl
Dasar wanita 🐍😏😏
Makan to rencana mu yg berantakan 😏😏
Ayo Dev Nikmati penyesalan mu yg tak seberapa 😄😄
Nadia_Ava02: /Joyful//Joyful//Joyful/
total 1 replies
ArchaBeryl
Sebentar lagi dev pembalasan baru di mulai🤭🤭🤭
jangan pakai acara nangis Bombay ya Dev 🤣🤣🤣
Nadia_Ava02: /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 3 replies
tia
thanks you udah dobel up thor
Nadia_Ava02: sama-sama Kaka.../Kiss/
total 1 replies
tia
dobel up thor
Nadia_Ava02: sudah bisa dibaca Kaka... silahkan...🥰🥰
total 3 replies
tia
kafok dev laki laki pecundang
Nadia_Ava02: /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
ArchaBeryl
Kak Delia nanti di buat pergi aja dari Dev sementara waktu
biar nyesel to Dev
bila perlu ortu Dev tau kalau mereka sudah cerai dan bantu Delia buat sembunyi
soalnya mereka pasti senang kalau tau bakalan punya cicit sama cucu🤭🤭
ArchaBeryl: sama² kaka🤗🤗
total 2 replies
ArchaBeryl
Sedihnya lihat Delia 🥹🥹
tunggu karma buatmu ya Dev 😏😏
Nadia_Ava02: biar tenggelam se'anu-anunya.. /Joyful//Joyful/ehh/Hammer//Hammer//Hammer//Hammer/
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!