Arion Smith & Arsen Zionathan dua keturan dari Erlan Smith dan Maureen. Meskipun keduanya kakak beradik tetapi kehidupan mereka tidaklah sama.
Arion yang mewarisi sifat lembut dari ibunya menjadikannya disukai oleh banyak orang, dan otak cerdasnya membuat semua orang kagum. Bahkan di usia muda namanya sudah dikenal oleh kalangan pembisnis. membanggakan keluarga besar Smith.
Sampai mereka lupa jika masih ada Arsen yang juga perlu mereka perhatian, karena kurang mendapatkan perhatian dan merasa tersisihkan, Arsen memilih jalannya sendiri, diam-diam dia menjadi ketua dari salah satu organisasi yang melawan ayahnya sendiri.
Arion selalu lebih unggul dari Arsen, dalam hal percintaan pun Arsen selalu kalah, bahkan gadis yang dia cintai harus menjadi milik sang kakak.
Sakit hati dan kekecewaannya membuat Arsen terus menentang keluarganya, hanya untuk mendapatkan perhatian.
**
Kelanjutan dari Istri Buta Tuan Mafia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Incy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Ketukan suara langkah memasuki ruangan yang begitu tenang. setelah banyak pertimbangan dan arahan dari Nico, akhirnya Arsen mau menemui Ayahnya.
Tetapi Arsen tetaplah Arsen, gengsinya memang setinggi gunung, dia meminta bantuan Lexi untuk menghubungi pria tua itu.
Lexi menuruti permintaan sang ketua dan memberitahu Erlan untuk datang ke Mega mansion nya.
“Kamu sudah menghubunginya?" Tanya Nico sembari menatap adiknya. Lexi menganggukkan kepalanya dan melipat kedua tangannya di atas dada.
Pemuda itu memperhatikan Arsen yang tengah sibuk sendiri.
“Dia mau bertemu Ayahnya, kenapa gugupnya seperti mau bertemu dengan seorang gadis?" Lexi melirik kakaknya.
“Biarkan saja." Jawab Nico. tersenyum tipis.
“Kalian berdua harus bersiap, jangan sampai pria tua itu curiga." Ucap Arsen memperingati kedua sahabatnya.
Nico yang belum mengetahui apa rencana mereka pun menautkan kedua alisnya dengan ekspresi kebingungan.
“Ada apa?" Tanya Lexi.
“Seharusnya aku yang bertanya, apa yang sedang kalian rencanakan?" Nico menatap keduanya secara bergantian.
Lexi berdecak pelan. “Kita alih profesi, kita akan memainkan drama, kamu harus lebih dramatis lagi, jangan memasang wajah kaku." Menepuk pundak kakaknya.
Ucapannya membuat Nico semakin bingung. “Kita jadi artis?"
“Anggap saja begitu, kita syuting tanpa naskah." Ujar Lexi.
Nico benar-benar tidak paham tetapi dia menganggukkan kepalanya.
Mungkinkah mereka akan pensiun di usia muda setelah Arsen berdamai dengan Ayahnya danan beralih menjadi artis?. Para anak buah mereka yang mendengar percakapan tuannya hanya tertawa pelan.
Hingga beberapa jam kemudian, mereka tetap menunggu kedatangan pria tua itu, Arsen beberapa kali melirik jam mewah di pergelangan tangannya. Sudah lewat dari waktu yang Lexi katakan.
Dia menundukkan kepalanya, Ayahnya mungkin tidak akan datang.
“Aku akan menghubunginya lagi dan.. " Kalimat Lexi terhenti dia hendak menghubungi Erlan kembali, tetapi bersamaan dengan itu Erlan datang dengan tergesa-gesa.
“Arsen!" Nafas Erlan terengah-engah, dia kembali berlari ke arah putranya dan memeluknya erat.
Bagaikan mendapatkan obat penenang, Erlan memejamkan matanya, meskipun nafasnya masih memburu.
Arsen yang masih terkejut hanya diam, detik berikutnya dia tersadar dan membalas pelukan Ayahnya.
Apakah ini mimpi? Arsen mendapatkan pelukkan hangat yang sudah beberapa tahun ini dia rindukan? ayahnya dekat dengannya bahkan tinggal satu rumah, tetapi dia tidak mendapatkan hal seperti ini sebelumnya. Jika ini mimpi, Arsen tidak ingin bangun dan ingin terus tertidur.
Cukup lama keduanya berpelukan, sampai membuat Lexi dan Nico mereka ingin merasakan hal yang sama, tetapi mereka berdua dan Arsen beda cerita. Keduanya memang benar-benar tidak di inginkan oleh ayahnya, sementara Arsen hanya kesalahpahaman saja.
“Arsen! kamu harus minum obat, tadi dokter bilang kamu sekarat." Celetuk Lexi, membuat Erlan melepaskan pelukannya dan dia mendapatkan tatapan tajam dari Arsen.
Erlan memegang kedua bahu putranya. “Kamu baik-baik saja?" Tanyanya penuh dengan rasa khawatir.
Lexi menghubunginya dan mengatakan jika Arsen sekarat, ingin bertemu untuk yang terakhir kalinya, hal itu yang membuat Erlan langsung kembali dari perjalanan bisnisnya, dia berlari dari gerbang utama sampai ke dalam mansion megah itu.
“Hmm, aku baik-baik saja." Jawab Arsen yang masih canggung
“Tidak bisa, kamu harus minum obat, atau penyakit kejang-kejangmu kambuh lagi." Lexi menjalankan rencananya.
Sementara Arsen dia tidak ingin melanjutkan lagi, karena sang Ayah sudah memeluknya, sudah menunjukkan kekhawatirannya.
Nico menaikan sudut bibirnya, jadi ini rencana yang mereka mainkan, baiklah dia akan memainkan perannya sebaik mungkin.
“Paman, bisakah anda membujuknya untuk meminum obat ini?" Nico meraih satu botol kecil yang berisi cairan. Arsen melebarkan matanya, cairan halusinasi. Dia menggelengkan kepalanya.
Dengan rayuan dan bujukan tidak berhasil, mereka pun memaksanya, sampai Arsen benar-benar meminumnya.
Arsen tertidur pulas, nyatanya Nico salah mengambil obat, yang di minum Arsen adalah obat tidur.
Tetapi ada baiknya Arsen tidur, hal ini Nico gunakan untuk mengatakan semuanya yang dia tau, Erlan menundukkan pandangannya, bukan takut melainkan merasa bangga dan malu.
Malu karena dirinya tidak pernah ada disaat Arsen membutuhkan arahannya dan sekarang tiba-tiba datang hanya dengan kata maaf saja.
**
Arsen tertidur dan bangun jam makan malam, pria muda itu memijat pangkal hidungnya, kepalanya terasa pusing.
“Bodoh, apa mereka ingin membunuhku?" Gumamnya merasa kesal, kesal pada dirinya sendiri yang membuat rencana konyol.
Arsen bangun dan berjalan kearah kamar mandi, setelah membersihkan tubuhnya, dia berjalan keluar menuju ruang makan yang terdengar sangat ramai.
“Sialan, cuma numpang makan doang ribet banget." Ucap Lexi berkacak pinggang.
“Tamu adalah raja dan kamu.. "
“Dimana ada raja numpang makan dan banyak nawar?" Sela Lexi tidak mau kalah.
“Kalian yang ngundang kami, seharusnya.. "
“Siapa yang ngundang? kalian berdua datang sendiri" Timpal Nico menaikan sebelah alisnya dan menatap datar Arion.
Arion datang bersama Lucas, tidak ada yang mengundang, tetapi keduanya datang sendiri dengan alasan menyusul Erlan. Di sana juga ada Gabriel, pria tua itu juga memberikan alasan yang sama.
“Aku bebas datang, ini mansion.. "
“Ini mansion ku, Arsen membelinya atas namaku, jadi kalian tidak bisa datang dengan bebas, sekalipun kalian keluarga Arsen." Lagi-lagi Lexi menyela dengan rasa bangga, dia pemilik sah mansion megah ini.
“Arion, Lucas duduk" Titah Gabriel, keduanya langsung duduk ditempat masing-masing.
Lexi menunjukkan wajah songong dan menyebalkan. “Cepat makan dan pulang." Ujarnya.
“Tunggu Arsen." Jawab Arion.
“Arsen tidak ada jatah makan, dia tadi siang sudah terlalu banyak makan."
“Apa?" Bukan Arion ataupun Lucas, melainkan Erlan dan Gabriel. Apa mereka tidak salah dengar? Arsen tidak dapat jatah makan?
Keduanya menggeleng, tidak mungkin di tempat megah ini Arsen masih kekurangan?, lalu matanya melihat kearah meja makan.
Meja makan yang muat untuk dua puluh orang, tetapi hidangannya hanya, ada beberapa olahan saja. Tidak ada daging sama sekali.
Tidak mungkin kekurangan uang, Erlan tau benar pemasukan putranya melebihi miliknya setiap harinya.
“Jangan heran, aku yang mengatur keuangan, kita harus berhemat, sengaja gak masak daging, pemborosan, biasanya yang numpang makan suka nge habisin paling banyak, bisa rugi kita." Jelas Lexi, yang kembali membuat mereka terkejut.
Ini bukan menghemat, melainkan pelit. Benar-benar bukan seperti komplotan mafia.
“Mereka masuk dalam kategori mafia miskin." Bisik Lucas dan Arion mengangguk lalu menggelengkan kepala.
“Mafia pelit." Jawabnya, kalau miskin tidak mungkin, perusahaan Arsen sangat besar dan menjadi nomor satu.
“Bukan Arsen yang pelit, tetapi bocah reseh itu." Lanjut Arion.
Sementara Arsen masih berdiri di tempatnya, pemandangan seperti ini yang dia inginkan, selain dirinya, dua sahabatnya juga mendapatkan keluarga. Bisa merasakan kebahagiaan bersama-sama.
bukannya banyak punya anak buah dan bisa dengan mudah cari informasi? yang ada nanti Erlan, Gabriel dan seluruh keluarga akan menyesal, karena sudah negatif thinking sama Arsen.