Bismillah,
Kisah ini sekuel dari Pengobat Luka Hati Sang Letnan (Kisah Maslahat).
Ikuti FB Lina Zascia Amandia
WA 089520229628
Patah hati karena cinta dan hampir saja bunuh diri. Nyawa Aika hampir saja melayang, kalau saja tidak ada seorang pria arogan dan kasar menolongnya.
"Gila, kamu mau bunuh diri? Patah hati karena lelaki. Lelaki mana yang telah menghamilimu, biar aku kejar supaya menikahimu?" Serka Lahat menarik tubuh gadis itu ke dalam mobil bututnya.
Mobil itu berlari kencang menuju sebuah klinik. Tidak disangka penemuan itu, benar-benar merubah hidup Maslahat yang monoton dan betah membujang.
Lalu apa yang membuat Maslahat berubah, menemukan jodohnya, atau justru menikahi gadis putus asa yang diduganya hamil oleh pacarnya atau mendapat jodoh lain yang lebih baik? Temukan jawababnya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 Cobaan Pertama Ketika Akan Memulai
"Senang, ya, bertemu mantan kekasih?" sinis Lahat sembari fokus dengan motornya. Dia sedang mengutak-atik motor kesayangannya.
Aika berdiri terpaku, belum sampai ia mengucap salam, Lahat sudah lebih dulu menegurnya. Jantung Aika tersentak, kenapa Lahat bisa tahu kalau dia tadi bertemu Yoda.
"Assalamualaikum," salamnya kemudian. Aika melangkah perlahan di samping Lahat memasuki rumah.
"Waalaikumsalam." Lahat menjawab, diselingi isapan rokok, yang asapnya membumbung ke udara terbawa angin.
Aika menoleh ke arah Lahat dengan ujung mata, pria dewasa itu masih fokus dengan motornya, raut wajahnya tersirat menyimpan berbagai kecamuk rasa. Kesal, marah, kecewa, ada di sana.
Aika menghela nafas dalam, dia menyesal kenapa tadi harus bertemu dengan Yoda. "Hahhhhh," helanya.
Aika kembali melanjutkan langkahnya menuju dapur untuk menyimpan katimus dan ciu makanan khas yang dibuat oleh tangan ibunya sendiri. Katimus dan ciu itu masih terasa hangat, karena dibuatnya dengan cara dikukus di dalam panci kukusan.
"Ya Tuhan, aku mau memulai, tapi di awal sudah ada rintangan. Berat rasanya menghadapi pria yang seperti Bang Lahat. Bantu aku ya robb," batinnya penuh doa.
Kantong katimus itu ia letak di atas meja, lalu Aika melangkah menuju rak piring, meraih satu piring dan gelas bercawan. Makanan hasil olahan yang dikukus itu ia wadahi ke dalam piring kecil secara terpisah.
Kemudian dengan cekatan Aika membuat kopi hitam ke dalam cangkir bercawan tadi. Harum kopi seketika menyeruak memenuhi ruang dapur. Uap panasnya ngebul ke udara.
Aika meletakkan cangkir bercawan dan piring berisi katimus dan ciu itu ke atas baki. Lalu ia angkat dengan kedua tangannya. Sebelum kakinya melangkah, ia menghela nafasnya dalam-dalam.
"Aku harus bisa memulai ini dengan nekad," gumamnya. Meskipun dada dan langkahnya dalam keraguan, tapi Aika tetap melangkah.
Aika berjalan melewati ruang tamu, keluar lalu meletakkan baki itu di atas meja rotan di teras rumah.
Aika melangkah, dan berdiri tepat di tiang rumah. "Abang, aku tadi dari rumah ibu, aku bawa katimus dan ciu buatan ibu. Ini masih panas," ujarnya memberitahu. Lahat yang membelakangi Aika, sontak menoleh dengan rokok di bibirnya. Tatapnya tajam dan lekat. Seketika desiran hebat di dalam dadanya bergelora bagaikan angin puyuh melanda.
Lahat yang dia kenal sangar dan kasar itu terlihat menarik, hanya dengan memperlihatkan tatapan tajam lekat yang dingin dengan rokok di bibirnya, pesona Lahat seakan terpancar. Jantung Aika semakin kumat saja degupannya.
Lahat kembali pada motornya, entah apa yang dia perbaiki. Bertahun-tahun bersahabat dengan motor, tapi Aika tidak paham dengan seluk beluk motor atau kerusakan motor. Kalau mogok, ia akan langsung ke bengkel resmi langganan, tanpa tahu apa selah rusaknya di mana.
Tidak ada jawaban, ulu hati Aika terasa sakit. Sikap dingin Lahat membuatnya semakin serba salah dan dilanda gelisah. Mungkin apa yang dirasakan Lahat sama dengan yang dirasakan Aika sekarang. Kemarin Aika tidak berkata apa-apa saat Lahat memberinya bingkisan yang ternyata isinya asinan buah yang enak, entah Lahat bawa dari mana.
Aika terharu dan merasa bersalah karena sudah mendiamkan Lahat, kini dia berusaha membalasnya. Mungkin apa yang dikatakan sang kakak, kini mulai Aika jalankan.
Aika bermaksud membalikkan badan, setelah dirasa tidak ada tanggapan apa-apa dari Lahat.
"Katimus, makanan terbuat dari apa?" Tiba-tiba Lahat bersuara menanyakan katimus. Aika mengurungkan niatnya, sejenak ia menatap ke arah Lahat yang masih membelakanginya.
"Katimus terbuat dari singkong yang diparut, lalu dibungkus dengan daun pisang, di dalamnya diisi gula merah, lalu dikukus di dalam kukusan sampai matang," terang Aika.
"Lalu, ciu?" lanjut Lahat masih tanpa menoleh.
"Ciu terbuat dari tepung kanji yang diadon terlebih dahulu, lalu dibungkus dengan daun pisang, di dalamnya di isi potongan pisang, setelah dibungkus lalu dikukus di dalam kukusan," terang Aika.
Lahat bangkit, menepuk-nepuk tangannya lalu menggosok-gosok kedua tangan itu ke samping celana yang dipakai kiri kanannya. Lalu dia berbalik, Aika masih di tiang teras itu, melangkah mundur beberapa meter menyamai letak kursi rotan di teras itu.
Lahat meraih satu makanan khas yang dibungkus itu. "Mana ciu mana katimus?" ujarnya belum paham.
"Katimus bentuknya panjang, kalau ciu bentuknya segitiga," jawab Aika. Lahat meraih yang berbentuk segitiga, ia ingin merasakan ciu yang dijelaskan Aika barusan.
"Mau aku bukakan?" Aika menawarkan bantuan, Lahat mendongak dan menatap Aika. Aika langsung menatap ke arah lain, dia merasa gugup. Lahat membuatnya sangat gugup. Gelenyar rindu itu kini seakan terbit begitu saja, tapi masih terhalang oleh rasa canggung dan malu.
Lahat membuka helaian daun pisang yang membungkus makanan khas itu, dia mulai menggigit, satu gigitan pertama, ia mulai merasakan tekstur dari ciu itu.
Rasa manis yang menyatu dengan tepung kanji dalam makanan itu enak tidak terlalu manis, adonannya lembut tapi kenyal. Mungkin karena adonannya lebih banyak menggunakan tepung kanji, itu sebabnya kenyal.
"Enak," ujarnya.
Tidak berhenti di situ, Lahat juga meraih katimus. Ia membuka helaian daun pisang yang membungkus makanan khas itu, lalu mulai menggigit. Lahat mulai merasakan dan membedakan dengan makanan yang pertama tadi.
"Terksturnya sedikit kasar dan lebih kenyal dibanding ciu. Wajar, karena katimus murni terbuat dari olahan parutan singkong dikasih kelapa lalu diisi gula merah. Makanan yang bahannya simpel dan membuatnya cenderung mudah itu, cocok di lidah Lahat, dan Lahat mulai menikmatinya.
"Enak, dua-duanya enak, tapi aku lebih suka ciu, karena teksturnya sedikit lembut dibanding katimus," ujarnya seraya memintal kembali daun pisang sisa bungkus makanan itu.
Aika masih di mematung di sana, tidak menduduki kursi rotan. Dia sangat canggung. Tapi sedikit lega, sebab Lahat tidak lagi membahas tentang penemuan dirinya dan Yoda di tempat makan pinggir jalan tadi.
"Aku tidak tahu apa yang kalian obrolkan tadi di tempat makan pinggir jalan. Apa kalian sengaja janjian atau hanya sekedar kebetulan. Tapi, sejujurnya penglihatanku merasa sakit saat menyaksikan tanganmu digamit dia," ungkap Lahat sedikit bergetar.
Aika tersentak, bibir terkatup rapat, ia tidak menduga kalau Lahat akan membahas lagi penemuannya itu.
"Aku ... hanya tidak sengaja bertemu. Dia sengaja menghalangi jalanku," ujar Aika akhirnya meluruskan, sebab ia tidak mau Lahat salah paham.
"Tapi, kamu senang?" lanjutnya lagi penuh duga dan curiga.
"Ti~tidak." Aika mendesah setelah barusan menyangkalnya, ia ingin Lahat menyudahi pertanyaannya. Aika tidak sanggup harus kembali mengenang rasa sakit yang diakibatkan Yoda.
"Ternyata dia masih mengharapkanmu, setelah mengetahui kamu menikah denganku," ucap Lahat terdengar kecewa. Aika tidak berkata apa-apa lagi. Dia tidak sanggup kalau Lahat masih menudingnya yang tidak-tidak.
coba komunikasi yg bener..kata BPK jgn egois kan??
Luluhkan bang hati istrimu...
raihlah kebahagiaan mu bang, buat aika tergila-gila padamu 😄😄😄