Setelah menangkap basah suaminya bersama wanita lain, Samantha Asia gelap mata, ia ugal-ugalan meniduri seorang pria yang tidak dikenalnya.
One Night Stand itu akhirnya berbuntut panjang. Di belakang hari, Samantha Asia dibuat pusing karenanya.
Tak disangka, pria asing yang menghabiskan malam panas bersamanya adalah CEO baru di perusahaan tempat dirinya berkerja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Payang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Alina-Kiano-Antonio
"Sa-Samantha ha-mil?! Ha-mil anak kamu?" Alina tersentak kaget mendengar pengakuan Kiano. Sekretaris Andreas yang merupakan sepupu dari Kiano itu sampai bangkit dari kursi taman rumah sakit yang diduduki keduanya.
"Iya, seperti yang kamu dengar," sahut Kiano sembari mengangguk, dirinya sudah menduga Alina akan merespon demikian.
"Ck..." Alina berdecak, entah harus menanggapi bagaimana nasi yang sudah menjadi bubur itu.
"Aku jadi merasa bersalah sudah membantumu, malah kamu melewati batasanmu, Kiano." Alina menatap jengkel pada sepupunya itu.
"Tidak perlu merasa bersalah," Kiano ikut berdiri dari duduknya.
"Sebelum kamu menyuruh dia ke ruanganku di hari pertama aku bergabung di Big Properties, aku sudah pernah melakukannya di hotel Mariana."
"A-apa?!" Alina bertambah kaget.
"Ya, itu pertama kalinya," datarnya tanpa ekspresi.
"Breng sek kamu, Kiano," Alina memukul dada bidang sepupunya itu dengan tenaganya, tapi tubuh besar itu tak bergerak sama sekali sekalipun Alina adalah salah satu mantan atlet pesilat tingkat Provinsi masa sekolahnya dulu.
"Terserah kamu mau bilang aku apa, kalau wanita itu tidak dihamili, sulit menundukannya."
Alina mendesah frustasi.
"Kamu bakal menghadapi masalah besar, Kiano. Samantha, dia belum sepenuhnya bercerai. Kamu tahu itu 'kan? Budaya timur kita juga sangat kental, Kiano. Kehamilan Samantha di luar nikah sangat rentan jadi bahan pergunjingan," peringat Alina.
"Paman dan Bibi juga pasti kecewa kalau tahu tentang ini. Kamu satu-satunya yang mereka harapkan meneruskan perusahaan Paman, setelah skandal Nania yang membuat Mario lumpuh."
Kiano menelan salivanya, menengadahkan wajahnya memandangi langit malam bertaburan bintang.
"Seperti katamu, aku tahu jalan di depanku tidak akan mudah, Alina. Aku sudah memikirkan semua konsekuensinya. Begitu putusan perceraian Samantha di pengadilan diumumkan, aku akan segera menikahinya," gumam Kiano pelan.
"Lalu bagaimana dengan Nadine? Perempuan itu sampai jadi perawan tua gara-gara menunggumu, Kiano."
Mendengar nama keramat itu disebutkan, atensi Kiano sepenuhnya teralihkan pada sepupunya itu.
"Sampai sekarang aku tidak pernah memberinya harapan. Bahkan, setiap kali Ayah dan Ibu membahas tentang Nadine, aku selalu tegaskan pada mereka bila aku sama sekali tidak pernah menyukai perempuan itu," tandas Kiano dengan raut dingin.
Alina mendekat, menepuk pelan pundak Kiano.
"Aku berharap Samantha cukup tangguh menghadapi perempuan seperti Nadine, tidak cengeng."
Kiano tahu maksud Alina berkata demikian.
"Lihat, siapa yang datang?" Alina menunjuk lorong rumah sakit yang sepi, diujung sana keduanya melihat sosok Antonio berjalan cepat, hampir berlari menuju arah mereka.
"Ingat, Kiano. Banyak sekali yang harus kamu hadapi.... Nadine, Elias, Masnya Samantha itu, juga Paman dan Bibi. Semoga kamu mampu menghadapi mereka satu persatu." Senyum Alina terkesan mengejek, lalu pergi.
"Mau kemana?" Kiano menatap Alina yang beranjak meninggalkannya menuju lorong berbeda dari lorong kedatangan Antonio.
"Berjaga-jaga, kalau-kalau Paman dan Bibi juga berkunjung kemari malam ini! Lagi pula aku tidak mau menyaksikan kamu dihajar oleh calon kakak iparmu!" sahut Alina tanpa menghentikan langkahnya.
Dalam hidup Kiano, tidak ada kata pengecut tertulis di kamusnya, tetap ia terobos. Tapi entah kenapa, melihat Antonio malam ini, ia cukup merasakan kegentaran dalam jiwanya, terlebih setelah fakta hari ini, Samantha hamil karena ulahnya.
"Kenapa kamu yang ada disini?" Wajah Antonio mengeras, jengkel melihat tampang Kiano, terlebih setelah ia tahu laki-laki itu telah dengan sengaja menggauli Samantha, lewat cerita adik perempuannya beberapa minggu lalu.
"Maksudnya?" Kiano bertanya dengan aura dinginnya.
Dirinya memang bersalah, tapi pantang bila harga dirinya direndahkan apalagi sampai diinjak-injak, sekalipun itu oleh calon kakak iparnya sendiri. Baginya, bila salah wajib minta maaf dan menebus kesalahan.
Antonio cepat tanggap.
Kiano yang ia hadapi saat ini tidak lagi menunjukan sisi seorang sopirnya yang selalu membungkukan tubuh di depannya saat berinteraksi, tapi terang-terangan menunjukan aura otoriternya sebagai seorang CEO.
"Maaf, maksud saya... Kenapa pak Kiano yang ada disini? Terlalu terhormat bila adik saya ditemani oleh seorang CEO seperti pak Kiano." Antonio mengubah gaya bicaranya. Menunjukan bahwa dirinya sudah tahu siapa sebenarnya Kiano.
"Adik perempuan pak Antonio, mulai sekarang adalah tanggung jawab saya. Boleh menengok, tapi tolong, jangan sekali-kali memarahi dia, bila itu terjadi saya tidak akan segan-segan bertindak tegas, sekalipun pak Antonio ini adalah kakak kandung dari Samantha."
"Apa ada yang tidak beres? Saya dapat menangkap nada keganjilan dari ucapan pak Kiano." Perasaan Antonio seketika tidak enak.
"Masuklah, kita berbicara didalam saja." Kiano mendorong daun pintu ruang VVIP Samantha, dan Antonio ikut menyusul masuk dibelakangnya.
Sebagai salah satu karyawan biasa SPBU, yang terbiasa dengan fasilitas kelas satu, Antonio cukup tertegun melihat fasilitas istimewa yang diperuntukan bagi adik perempuannya itu.
"Samantha.... " Antonio gegas mendekat, melihat adik satu-satunya itu duduk di ranjang pasien dengan wajah pucat dan sembab.
"Maafkan aku, Mas..." Samantha kembali menangis begitu melihat kakaknya itu datang.
Kiano bediri tidak jauh dari keduanya, mengheningkan diri, memberi ruang pada kakak beradik itu untuk berbicara.
"Apa kata dokter, kamu sakit apa, Sa?" Antonio cemas, menggenggam erat tangan Samantha yang dingin, adiknya itu memang jarang sakit, apalagi sampai dirawat di rumah sakit seperti ini.
"Aku--" Samantha melirik pada Kiano, laki-laki itu balas menatap tanpa ekspresi, seolah memberi keleluasaan pada dirinya untuk berkata jujur ataupun tidak.
"Aku--, aku hamil, Mas...." aku Samantha, lalu menangis sejadi-jadinya saking takutnya.
"Ha-ha-mil? Anak Elias?" Antonio bertanya, menatap adiknya yang menangis. Perasaannya sudah campur adik, memikirkan adiknya sudah diambang perceraian dengan adik iparnya itu.
"Pak Ki-a-no, Mas..." jawab Samantha terbata disela-sela tangisnya yang semakin keras.
Antonio syok, tubuhnya membeku. Perasaannya kian campur aduk, menahan sesak dalam dada yang penuh gejolak, antara marah, sedih, kecewa, iba, jengkel, kesal, campur aduk jadi satu. Hal yang paling ia takuti akhirnya terjadi juga.
Antonio menarik pelan tubuh ringkih adiknya masuk dalam dekapannya. Hati seorang kakak yang ia miliki ikut menangis melihat kondisi adiknya yang nampak putus asa.
Ia begitu mengenal dan memahami adik perempuannya ini. Selama dalam asuhannya, Samantha tidak pernah membuatnya kecewa. Sikap manis dan patuh adiknya itu membuat ia begitu menyayanginya.
Walau sangat sulit menerimanya, ia berusaha memahami apa yang terjadi. Hal ikhwal sampai terjadi semuanya ini, ia pun sudah mendengarnya lengkap dari sang adik.
Antonio melepaskan pelukannya dari Samantha, berbalik mengarah pada Kiano, menatap lekat pria yang telah menanam benih di rahim adik perempuannya.
"Saya, akan bertanggung jawab, mas Anton. Sesegera mungkin akan menikahi Samantha," ucap Kiano, seakan memahami apa yang hendak dikatakan oleh calon kakak iparnya itu.
Bersambung✍️
syang.. aku ijin pergi ke sana yaa... semangat kerjanya.. papay.. muaahh/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer/