Mencinta kembali, apakah mungkin bagi Dewi Bhuana Joyodiningrat. Diusianya yang sudah lebih dari kepala 4 sekarang, dirinya kembali dihadapkan oleh 2 pria dari masa lalunya.
Ditinggalkan begitu saja, membersarkan anaknya sendirian. Dan kini orang itu kembali hadir berbarengan dengan orang lain dari masa lalunya.
Hendra Kusuma dan Aji Kurniawan. Satu adalah mantan suaminya, dan yang satu adalah temannya.
Siapakah dari kedua pria itu yang bisa membuat Dewi kembali mencinta?
Akankah putri Dewi yang bernama Aisya menerima kembali sang ayah yang meninggalkan mereka bahkan saat dia tidak diketahui sudah ada?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Loving Again 32
Hendra benar-benar kembali ke Jakarta tanpa menemui Dewi lebih dulu. Dia masih takut jika melihatnya, Dewi akan menjadi sakit.
Agaknya Hendra sadar diri bahwa dirinya yang menyebabkan kondisi tubuh Dewi menjadi tidak baik kemarin.
Selama berada di pesawat, Hendra terus memikirkan tentang apa yang ia ingin katakan kepada Aisya. Rasanya sungguh bingung juga bagaimana bicara kepada anak yang selama ini tidak diketahuinya.
"Apa yang harus ku katakan nanti? langsung meminta maaf? mengatakan bahwa aku sudah tahu kalau dia adalah anak ku, atau apa? Duuh aku sungguh bingung."
Hendra mengusap wajahnya kasar. Dia tidak tahu apa yang akan dia katakan nanti kepada Aisya. Saat ini kepalanya sungguh sangat kosong.
"Haah entahlah, yang penting ketemu saja dulu."
Hendra menepis semua kebingungannya. Dia kemudian memilih untuk sejenak memejamkan mata.
Namun ketika matanya terpejam, Hendra melah mengingat kenangan masa lalu, dimana dia meninggalkan Dewi.
"Aku ingin kita bercerai.Aku tidak bisa melanjutkan pernikahan ini. Aku tidak tahan dengan gunjingan orang-orang di kantor tentang aku. Mereka selalu merendahkan aku dan menganggap bahwa aku ini cuma numpang karena menikahi anak pemilik perusahaan."
"Tapi Mas, sekarang aku~"
"Dewi, aku sungguh tidak bisa."
Seeet
Hendra langsung membuka matanya. Dia mengusap wajahnya kasar.
"Saat itu, mungkin Dewi ingin mengatakan tentang kehamilannya. Tapi aku sama sekali tidak mau mendengarkannya. Aaaah."
Tanpa terasa air mata Hendra luruh. Dia tergugu di kursi pesawatnya. Dia juga tidak peduli saat penumpang lain yang duduk di kursi sebelahnya menatapnya dengan penuh rasa heran.
"Para penumpang yang terhormat, sebentar lagi pesawat akan mendarat di Jakarta. Harap .... ."
Hendra mendengar pengumuman dari awak pesawat tentang perjalanan yang hendak sampai. Rasanya dia sudah tidak sabar untuk segera keluar dari pesawat dan menuju ke Rumah Sakit Mitra Harapan untuk menemui Aisya.
Ya bukan Alifa yang ingin Hendra temui sekarang, padahal dia berjanji akan menjelaskan tentang perceraiannya dengan Delia. Hendra lebih ingin bertemu dengan Aisya untuk mengatakan permintaan maaf.
"Aisya, entah bagaimana aku akan menghadapi mu, Nak."
Hendra sangat gelisah saat ini. Di jalan menuju ke RSMH pun dia merasa begitu gugup. Apalagi saat kakinya menginjak lantai gedung RSMH, jantungnya semakin cepat saja berdetak. Seolah baru saja melakukan aktifitas fisik yang berat.
Fyuuuh
Laki-laki paruh baya itu mengambil nafasnya dalam-dalam dan membuangnya perlahan. Dengan tas yang masih dia bawa, Hendra masuk ke dalam gedung rumah sakit.
Kakinya terus melangkah menuju ke departemen bedah syaraf. Ia pikir Aisya masih ada di sana. Dia tidak tahu kalau Aisya sudah berpindah departemen.
"Om, ada apa kemari?"Zein yang baru saja keluar dari toilet menghampiri Hendra. Hendra terlihat tengah melihat kesana-kemari seperti mencari sesuatu.
"Aisya, Om mencari Aisya. Apa hari ini dia off?"
"Oh Aisya, dia sudah pindah di departemen bedah jantung Om. Bedah Torak dan kardiovaskular tepatnya. Dia sekarang sedang ada di sana. Aisya dan rekan-rekannya masing dipindah-pindahkan."
Meskipun sedikit heran karena Hendra ternyata datang untuk mencari Aisya, tapi Zein tentu tak ingin mencari tahu lebih dalam lagi. Itu bukan urusannya.
Setelah mendapat informasi dimana Aisya berada, Hendra mengucapkan terimakasih kepada Zein dan segera menuju ke tempat Aisya. Dia harus segera bertemu dan bicara.
"Permisi, apa Aisya yang tengah menjalani koas ada di sini?"
"Oh iya ada, tapi saat ini sedang visit pasien bersama Dokter Damar. Ditunggu saja Pak, sebentar lagi asti selesai."
Hendra mengangguk. Dia dipersilakan duduk, tapi rasanya tidak nyaman sekali untuk duduk. Hendra tetap dalam posisi berdiri sambil menghentak-hentakkan kakinya untuk mengurangi rasa gugup.
Tap tap tap
Hahaha
Tawa renyah meluncur dari seseorang yang baru saja keluar dari ruang rawat pasien. Hendra langsung melihat ke sumber suara. Tawa tersebut adalah tawa yang tak asing di dengar oleh telinganya.
"Tawanya sangat mirip dengan Dewi. Ya Allah, dia sungguh putriku dan Dewi,"gumam Hendra sambil berkaca-kaca matanya.
Baru kali ini Hendra melihat Aisya tertawa seriang itu. Selama ini setiap melihatnya, Aisya hanya menampilkan wajah datar dan dinginnya.
"Anakku,"gumamnya lagi lirih.
"Aisya,"panggil Hendra saat Aisya melintas.
Aisya pun berhenti dan mantap dingin ke arah Hendra. Tawa yang tadi dia munculkan mendadak lenyap ketika berada di depan Hendra. Aisya kembali menunjukkan wajahnya yang tanpa ekspresi.
Jika Hendra tidak terkejut sama sekali, maka berbeda dengan Damar. Damar selama seminggu ini mengenal Aisya adalah pribadi yang ceria dan menyenangkan.
Damar seolah tidak mengenali Aisya saat ini. Tapi apapun itu Damar tidak ingin ikut campur. Menurutnya Aisya pasti punya pemikirannya sendiri mengapa bersikap seperti itu terhadap pria paruh baya yang ada di didepannya.
"Aisya kalau begitu, aku pergi dulu ya. Kamu bisa istirahat sejenak kok."
"Terimakasih Dokter Damar atas waktu yang diberikan."
"Take your time, Sya."
Damar melenggang pergi bersama satu rekan Aisya yang lain dan juga seorang perawat.
Senyum ketika bicara dengan Damar tadi pun ikut melebur seiring kepergian Damar dari tempat itu.
"Ada apa Tuan? Apa keperluan Anda sekarang terhadap saya?"
"Nak, bisa kita bicara sejenak."
Aisya menarik satu sudut bibirnya membentuk sebuah seringai. Ia pun berjalan ke arah taman dan Hendra tanpa diminta langsung mengikuti Aisya.
"Silakan katakan keperluan Anda, tapi saya harap Anda langsung kepada point nya saja karena saya sangat sibuk."
Hendra terdiam sejenak. Dia mengumpulkan niat sebanyak mungkin untuk bicara kepada putrinya yang tidak pernah ia ketahui itu.
Sebenarnya saat ini hati Hendra sangat sakit. Aisya tahu kalau Hendra adalah ayahnya, tapi sikap Aisya bak orang asing terhadapnya. Akan tetapi Hendra sadar bahwa dia memang layak mendapatkan itu.
"Nak, maafkan ayah mu ini. Maafkan Ayah yang tidak pernah hadir dalam hidup mu."
ohhh
Degh!
Hendra sangat terkejut melihat reaksi dari Aisya yang lagi-lagi hanya datar. Bahkan Aisya tak berkata apa-apa selain ooh saja.
"Nak?"
"Sudah kan? Anda sudah mengetahui kalau saya anak Anda dari istri yang Anda tinggalkan begitu saja. Kalau begitu saya permisi Tuan."
"Tidak, tunggu Nak."
Sreeet
Aisya berbalik, dengan mata yang menatap tajam dan juga nafas tersengal dia bersiap untuk bicara.
"Jangan pernah memanggil Nak. Jangan bersikap seperti seorang ayah. Ingat Tuan Hendra Kusuma yang terhormat, Anda hanyalah sekedar status bagi saya. Jadi jangan pernah sekalipun memanggil saya nak, seolah-olah anda adalah ayah yang sebenarnya bagi saya. Ingat itu Tuan. Sekarang Anda sudah tahu kan, jadi ya sudah, cukup tahu saja, karena saya pun hanya merasa demikian."
"Ayah? Pa apa ini? Anak dari istri yang ditinggalkan? Sebenarnya ada apa ini?"
TBC
Sakit banget kan
bntr lg dia bkln tau msa lalu orngtuanya...trs bkln tau jg spa dia.....
ku berharap Aisya tidak akan prnh memaafkan Hendra 🙈
udh mh slingkuh smp bkin wnta lain hmil,trs ninggalin istrinya yg tlus mncntai dia....
Eehhh.....gliran udh psah sm yg onoh,bru mnta maaf....nysel knnnn....
semoga Dewi secepatnya menerima Aji mereka menikah, karna Aisya juga dah setuju