Setelah berhasil kabur dari Ayah angkatnya, Iyuna Marge memutuskan untuk bersekolah di sekolah elite school of all things Dengan Bantuan Pak kepala yayasan. Ia dengan sengaja mengatur nilainya menjadi 50 lalu mendapat kelas F. Di kelas F ia berusaha untuk tidak terlihat mencolok, ia bertemu dengan Eid dan mencoba untuk memerasnya. Begitu juga beberapa siswa lainnya yang memiliki masa lalu kelam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggara The Blukutuk³, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aliansi dan Ancaman Tersembunyi
Setelah pembelajaran selesai dengan bunyi bel yang menandakan berakhirnya jam pelajaran. Yeah, selesai seperti biasa dengan suara kursi yang berderak saat murid-murid bangkit dari tempat duduk mereka.
"Mohon bantuannya Yah, Lucy!" Ucap Sherin sambil melambaikan tangan ke Lucy dengan gerakan antusias, kemudian berjalan menuju pintu dengan langkah cepat sebelum meninggalkan ruang kelas yang mulai ramai dengan ocehan siswa-siswi.
"Iyah, serahkan saja padaku!" Ucap Lucy bersemangat sambil mengangkat kedua tangannya ke atas dan melambai ke Sherin yang sudah berjalan jauh di lorong dengan langkah tergesa, suaranya bergema di koridor sekolah.
Sherin menoleh ke Iyuna yang berjalan disampingnya dengan langkah santai, kedua tangannya berayun pelan di sisi tubuh, "Jadi, Iyuna? Kau mau mengajakku kemana?" Tanya Sherin sambil memiringkan kepalanya dengan mata yang menatap penasaran.
"Ke sana" Jawab Iyuna datar sambil mengangkat tangan kanannya dan menunjuk ke ruangan di depan dengan gerakan tegas, matanya menatap lurus tanpa ekspresi.
Sesampainya di depan pintu kayu yang tertutup rapat, "Brwakkk!" Iyuna menendang pintu dengan kasar menggunakan kaki kanannya, suara benturan keras bergema di lorong kosong. Membuat orang di dalamnya tersentak kaget dari aktivitas mereka.
"Hei hei, tidak tahukah kau cara memberi salam dengan benar?" Tanya Reza kesal sambil menatap tajam ke arah pintu, tubuhnya bangkit dari posisi berdiri bersandar dinding dengan gerakan cepat, kedua tangannya mengepal di sisi tubuh.
"Maafkan aku" Jawab Iyuna datar sambil melangkah masuk ke dalam ruangan dengan langkah tenang, tidak menunjukkan penyesalan sedikitpun di wajahnya yang dingin.
Sherin hanya berdiri dengan gugup di ambang pintu, tubuhnya menegang dengan kedua tangan yang saling menggenggam di depan dada, matanya bergerak gelisah memperhatikan sekitar ruangan yang remang-remang. Yeah, ada beberapa orang disana dengan aura yang terasa menekan. Ada Alta yang sedang duduk menyilangkan kaki di atas meja sambil mengayunkan kaki kirinya dengan santai, rambutnya yang putih berkilau terkena cahaya sore. Dan ada 1 laki laki lainnya yang bernama Eric Watson yang berdiri di pojok ruangan dengan lengan terlipat, matanya menatap tajam ke arah kedatangan mereka.
"Jadi, mana yang lainnya?" Tanya Iyuna sambil melangkah lebih dalam ke ruangan dengan langkah mantap, kedua tangannya rileks di sisi tubuh, matanya menyapu ruangan dengan tatapan menyelidik yang menatap tajam Reza.
"Tidak ada, sebenarnya..." Reza menjawab sambil mengangkat bahunya dengan gerakan acuh, kemudian menggaruk belakang kepalanya dengan jari-jari yang bergerak pelan.
"aku hanya ingin melihat ketua kelas kalian saja" Ucap Reza sambil berjalan mendekat ke arah Sherin dengan langkah perlahan namun penuh tekanan, sepatu sekolahnya berdetak di lantai keramik yang dingin.
"He?" Gumam Sherin tersentak sambil mundur beberapa langkah dengan tubuh yang bergetar, kedua tangannya mencengkeram tali tas dengan erat, matanya membulat karena terkejut.
Reza berhenti tepat di depan Sherin dan mengamati gadis itu dari atas ke bawah dengan tatapan menilai, kepalanya bergerak pelan dengan mata yang menyipit, "Kau terlihat kurang kompeten" Ucap Reza meremehkan sambil menyeringai tipis, nada bicaranya penuh dengan penghinaan.
Reza kemudian berbalik badan dengan gerakan dramatis, mantelnya berkibar pelan, "Tapi yah, memangnya ada orang dari kelas F yang kompeten?" Tanya Reza sambil berjalan dengan angkuh menuju jendela, kedua tangannya dimasukkan ke saku celana dengan gaya sombong.
"jangan konyol, Sherin bisa mengeluarkanmu jika ia mau" Ucap Iyuna datar sambil melangkah maju dengan langkah tenang, kedua matanya menatap punggung Reza dengan kilat dingin yang menusuk.
"Ouh benarkah?" Tanya Reza sambil berbalik menatap Iyuna dengan satu alis terangkat, senyum mengejek terlukis di bibirnya yang tipis, kedua tangannya masih terbenam di saku celana.
Reza tertawa kecil dengan suara yang bergema di ruangan sunyi, "Baiklah, langsung keintinya saja" Ucap Reza sambil berjalan kembali ke tengah ruangan dengan langkah yang lebih serius, ekspresinya berubah menjadi fokus.
"I—inti?" Gumam Sherin bingung sambil menggerakkan kaki kanannya dengan gugup, tumitnya mengetuk lantai dengan ritme tidak beraturan, keringat mulai membasahi pelipisnya.
"Benar, aku ingin kelas F menjadi sekutu" Ucap Reza sambil mengulurkan tangan kanannya ke Sherin dengan gerakan formal, telapak tangannya terbuka lebar menunggu sambutan.
"sekutu? Kayak mau perang aja" Monolog Iyuna sambil memiringkan kepalanya sedikit, matanya menatap keduanya tanpa ekspresi dengan lengan terlipat di depan dada.
"Se—se—sekutu?" Gumam Sherin terbata dengan suara yang bergetar, tubuhnya gemetar gugup dengan kedua lututnya yang saling bertabrakan, matanya menatap tangan Reza yang terjulur dengan ragu.
"Benar, sekutu" Sambung Reza sambil mengangguk tegas, tangannya masih terulur dengan sabar menunggu respon Sherin.
"A—apa maksudnya itu?" Tanya Sherin bingung sambil mundur setengah langkah, kedua tangannya mencengkeram tali tas lebih erat hingga buku-buku jarinya memutih.
Reza menghela napas panjang sembari memijat keningnya dengan jari telunjuk dan tengah, matanya terpejam sejenak sebelum menatap Sherin kembali, "Kedepannya, akan ada lomba untuk menambah poin" Jelas Reza sambil berjalan bolak-balik dengan langkah pelan di depan Sherin.
"Jika poinmu banyak, kau akan naik tingkat ke E, D, atau bahkan A" Reza menjelaskan sambil menunjuk ke atas dengan jari telunjuknya yang bergerak naik turun.
"jika jelek, mungkin kalian akan tetap di F dan diharuskan mengeluarkan 1 orang dari kelasmu" Ucap Reza sambil menunjuk ke arah Sherin dengan gerakan tegas, matanya menatap tajam dengan senyum yang mengancam.
Mendengarnya, Sherin mundur beberapa langkah dengan tubuh yang bergetar hebat, kedua tangannya menutupi mulut dengan telapak yang basah karena keringat, "Be—benarkah?" Ucapnya tak percaya dengan suara yang hampir berbisik.
"Yeah, tentu saja benar" Jawab Reza sambil mengangguk yakin dan mengulurkan tangannya kembali dengan gerakan yang lebih mendesak, matanya menatap intens ke mata Sherin yang berair.
Sherin kemudian menoleh ke Iyuna di belakangnya dengan gerakan cepat, kepalanya berputar dengan mata yang memohon, memberi sinyal "boleh kah?" atau "apa yang harus kulakukan?" begitu dengan ekspresi putus asa.
Iyuna hanya menatap datar Sherin dengan mata yang tenang, kemudian mengangguk pelan dengan gerakan kepala yang hampir tak terlihat, matanya memberikan isyarat persetujuan yang halus.
Sherin yang melihatnya kemudian mengangkat tangan kanannya dengan ragu, jari-jarinya bergetar saat menjabat tangan Reza sebagai persetujuan, telapak tangannya yang basah bertemu dengan genggaman yang kuat.
"Baiklah kalau begitu" Ucap Reza sambil menyeringai lebar, matanya berbinar dengan kepuasan saat melepas jabatan tangan, kemudian mengelap telapak tangannya di celana.
"Apa ketua kelas yang lain mengetahui ini?" Tanya Sherin ragu sambil menarik tangannya ke belakang dan melepas jabatan tangan dengan gerakan cepat, matanya menatap wajah Reza yang penuh dengan kecurigaan.
"Tentu saja tidak, mereka berniat untuk menjatuhkan kelasmu dan mempermalukannya" Ucap Reza sambil berjalan mundur dengan langkah santai, kemudian melompat untuk duduk di meja di dekatnya dengan gerakan lincah, kedua kakinya mengayun bebas.
"Be—benarkah?" Gumam Sherin tak percaya sambil mundur hingga punggungnya menyentuh dinding, kedua tangannya meremas-remas ujung seragam sekolah dengan gerakan gelisah.
"huh~" Iyuna di belakangnya hanya menghela napas panjang dengan suara yang terdengar jelas di ruangan yang sunyi, kedua bahunya turun dengan gerakan lelah.
"Benar, kau harus berterima kasih karena aku telah mendukungmu" Ucap Reza sambil menyeringai lebar, matanya menatap Sherin dengan pandangan meremehkan yang penuh dengan kepuasan.
"Yeah, sebenarnya aku yang memaksanya sih" Monolog Iyuna sambil menatap keduanya dengan datar, kedua tangannya dimasukkan ke saku seragam dengan gerakan santai.
"Ba—baiklah, terima kasih" Sherin mengucapkan dengan suara yang masih bergetar, kepalanya menunduk dengan rambut yang menutupi sebagian wajahnya.
"Tapi, mengapa kau mau membantuku?" Tanya Sherin sambil mengangkat kepalanya perlahan dan memiringkan kepalanya dengan mata yang menatap penuh tanda tanya.
Reza tersentak dengan tubuh yang menegang, "E—ekh" suaranya berubah gugup dengan mata yang menghindar ke samping.
"I—itu" Ucapnya ragu sambil menggaruk pipinya dengan jari telunjuk, matanya melirik ke atas dengan gerakan gelisah.
"Ye—yeah, Karena kurasa akan lebih baik memiliki sekutu" Reza menjawab sambil menghela napas dan mengayunkan kakinya yang tergantung dari meja.
"Kau tau kan? Kelasku sendiri juga tidak mungkin bisa melakukannya" Jelas Reza sembari menghela napas panjang, kedua tangannya bertumpu di tepi meja dengan gerakan yang menunjukkan kelelahan.
"Begitu yah" Ucap Sherin sambil tersenyum kecil, ekspresinya mulai sedikit rileks meski masih ada ketegangan di matanya.
"Oh iya, aku ingin bertanya" Reza berkata sambil mengangkat kepalanya dengan mata yang kembali tajam.
"Apa gadis yang terlihat lugu yang tengah berdiri disana itu wakil kelasmu?" Ucap Reza sambil mengangkat tangan kanannya dan menunjuk ke Iyuna yang bersandar di tembok dengan pose santai, kedua tangannya disilangkan di depan dada.
"Apa maksud pertanyaan itu?" Monolog Iyuna sambil menyipitkan matanya sedikit kesal, rahangnya mengeras dengan bibir yang sedikit mengerucut.
Sherin menoleh sejenak ke Iyuna dengan gerakan cepat, kemudian kembali menatap Reza, "Ti—tidak, wakil kelasku laki laki" Ucap Sherin sambil mengibaskan tangannya ke kiri dan kanan dengan gerakan panik.
"Begitu yah" Reza mengangguk dengan kepala yang bergerak pelan, kemudian matanya menyipit dengan ekspresi penasaran, "siapa?" Tanya Reza sambil condong ke depan.
"Eid, Eid West. Yeah, dia tidak terlalu populer sih" Ucap Sherin sambil menundukkan kepalanya dengan suara yang hampir berbisik, jari-jarinya bermain dengan ujung seragam.
"Begitu yah, dengan kata lain gadis ini bukanlah ancaman besar" Monolog Reza sambil mengangguk perlahan, matanya menatap Sherin dengan tatapan menilai yang penuh perhitungan.
"Untuk sekarang, aku hanya perlu khawatir soal Hugo saja" Reza bergumam sambil mengepalkan tangannya di atas meja.
"Kira kira, apa yang akan direncanakan Iyuna?" Monolog Reza sambil menatap tajam Iyuna dengan mata yang penuh dengan kecurigaan dan perhitungan, otaknya berputar memikirkan berbagai kemungkinan.