Arunika terjebak di dalam dunia novel yang seharusnya berakhir tragis.
Ia harus menikahi seorang Dewa yang tinggal di antara vampir, memperbaiki alur cerita, dan mencari jalan pulang ke dunia nyata.
Tapi... ketika perasaan mulai tumbuh, mana yang harus ia pilih—dunia nyata atau kisah yang berubah menjadi nyata?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ryuuka20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Sebuah Permulaan
...****************...
Langkah-langkah Jonathan bergema lirih di sepanjang lorong batu kastil tersembunyi itu. Angin malam membawa aroma sihir gelap yang mulai menyesakkan dadanya. Ia berhenti sejenak, matanya tajam menatap ke arah utara ke hutan tempat cahaya bulan menghilang.
"Itu sihir ayah." bisiknya.
Tanpa pikir panjang, Pangeran Jonathan melesat, menyibak gelap malam dengan mantel hitamnya yang berkibar. Dalam sekejap, ia tiba di pinggiran hutan dan menyaksikan pemandangan mencekam Arunika berdiri di hadapan Raja Sakha, diselimuti oleh kekuatan hitam yang menekan langit dan bumi.
Anak-anak Arunika bersiap bertarung. Dan di tangan Raja Sakha kristal hitam berisi Elianos.
Raja Sakha memutar tubuhnya perlahan, menatap Jonathan dari atas bayangan sihirnya.
"Anakku apa yang kau lakukan di sini?" suara Raja Sakha terdengar tenang, dibaliknya menyimpan ancaman mematikan.
Jonathan menggertakkan giginya. "Aku datang untuk menghentikanmu! Ini sudah terlalu jauh. Kau ingin membunuh mereka semua? Bahkan Arunika dan anak-anaknya? Mereka tidak bersalah!"
Wajah Raja Sakha mengeras. "Kau bodoh, Jonathan! Mereka adalah kunci segalanya dia darah manis terakhir, warisan Dewa Langit Malam. Dengan kekuatan mereka, aku akan memerintah takdir!"
Jonathan menatap Arunika sejenak, lalu melangkah maju ke depan saudaranya dan keponakan-keponakannya.
"Kalau begitu, kau harus melewati aku dulu. Aku Pangeran Jonathan, bungsu dari keluarga ini tidak akan membiarkanmu menyentuh mereka!"
Raja Sakha menyipitkan matanya. "Kau akan musnah bersama mereka. Kau berani menentang darah dan ayahmu sendiri?"
"Aku menentang kejahatan yang mengatasnamakan darah!" Jonathan membentak. Aura sihir biru keperakan menyelimuti tubuhnya kekuatan warisan Vampire Origin yang mulai bangkit dari dalam tubuhnya.
Arunika memandang Jonathan dengan mata berkaca. "Jadi selama ini kau yang menyelamatkanku?"
Reonans menggenggam tangan Arunika. "Ibu, Paman datang tepat waktu, paman Jonathan tak akan membiarkan kita kalah."
Sementara langit malam terus diselimuti kegelapan, dua generasi berdiri berhadapan ayah dan anak dua kekuatan besar yang akan saling bertarung.
...****************...
Angin malam berhembus kencang, mengguncang pepohonan dan membawa suara kilat sihir yang saling menyambar. Di tengah hutan yang kini berubah jadi medan perang, Jonathan berdiri tegak, jubahnya berkibar liar oleh energi yang membara dari tubuhnya.
Raja Sakha menatapnya, matanya bersinar merah darah, penuh amarah dan kebencian.
"Kau menentang ayahmu sendiri, Jonathan?"
Suaranya bergema, dalam, seperti gema neraka yang muncul dari dalam bumi.
Jonathan menggenggam erat pedang sihir miliknya, lalu menatap lurus ke mata lelaki itu, penuh keberanian dan rasa muak.
"Kau bukan ayahku! Ayahku sudah mati sejak kau membiarkan kegelapan merusak jiwamu!"
Ledakan sihir meletus dari tanah, menciptakan retakan dan semburan api ungu. Aura hitam dari Raja Sakha menjulur seperti tangan iblis, mencoba membungkus tubuh Jonathan.
Jonathan melompat ke udara, mengayunkan pedangnya yang menyala dengan cahaya keperakan, menebas salah satu bayangan itu.
"Aku tak akan membiarkanmu menyentuh Arunika dan anak-anaknya! Kau sudah cukup menghancurkan keluarga ini!"
Raja Sakha tertawa keras, lalu membentangkan tangannya ke langit.
"Kalau begitu... rasakan kekuatan sejati dari darahmu! Aku akan menarik semua darah Vampire Origin dalam tubuhmu dan menghabisinya!"
Serangan kilat hitam menghantam Jonathan, tapi kali ini ia menahan dengan perisai sihir kristal yang membentuk lingkaran di sekelilingnya. Tubuhnya terpental beberapa langkah, namun dia tetap berdiri.
Di balik semak, Arunika menjerit pelan.
"Jonathan! Hati-hati! Itu sihir pemusnah darah itu bisa membakar tubuhmu dari dalam!"
Jonathan terengah, darah menetes dari bibirnya, namun ia tersenyum.
"Kalau aku harus terbakar demi melindungi keluarga ini... aku rela."
Ia menerjang cepat melesat bagaikan panah cahaya menebas aura kegelapan Raja Sakha, menciptakan kilatan besar yang membuat tanah berguncang. Suara dentingan sihir dan logam menyatu dalam kegilaan malam itu.
Raja Sakha terdorong mundur untuk pertama kalinya, wajahnya menyeringai kesal.
"Jadi kau memang pantas disebut penerus Vampire Origin... Tapi sayangnya, kekuatanmu belum cukup untuk menjatuhkanku!"
Jonathan mengerang, namun matanya menyala.
"Aku tidak sendiri! Aku punya Arunika, anak-anaknya, dan darah kebenaran! Kau hanya bayangan dari masa lalu yang busuk!"
...****************...
Di sisi lain, jauh dari medan pertempuran yang bergolak. Pangeran Mark membuka matanya perlahan. Napasnya berat. Dinding batu yang dingin dan basah menyelimuti sekelilingnya, cahaya bulan hanya menyelinap samar dari celah-celah jeruji besi tinggi di atas. Kakinya terbelenggu rantai sihir yang memancarkan cahaya ungu redup. Tangannya tak bisa digerakkan karena segel sihir mengunci seluruh energinya.
"Di mana... ini?" bisik Mark, suara seraknya pecah oleh dinginnya malam.
Tiba-tiba suara langkah sepatu hak terdengar menuruni anak tangga batu.
Madam Mery muncul dari balik bayangan, berdiri angkuh di depan sel besi. Pakaiannya merah gelap, dengan jubah hitam yang menjuntai. Matanya bersinar keperakan, memancarkan kebengisan yang dingin.
"Akhirnya, pangeran yang agung itu bangun," ucapnya dengan senyum tipis.
"Selamat datang di tempat pengasinganmu, Mark. Kau tak akan keluar dari sini sampai kau menyerahkan apa yang Raja Sakha inginkan."
Mark menatap Madam Mery dengan tajam, ia membaca setiap gerak-geriknya dan setiap rencananya juga.
"Apa yang kau lakukan, Mery? Kau melayani kerajaan ini dulu, Kenapa berpihak padanya?"
Madam Mery terkekeh, mengayunkan tongkat sihirnya yang memancarkan energi kelam.
"Kerajaan ini? Mereka membuangku, Mark. Sama seperti mereka akan membuangmu! Kau tak sadar? Raja Sakha hanya ingin darahmu, karena kau... keturunan terakhir dewa langit malam. Dan aku akan pastikan dia mendapatkannya."
"Dan Arunika?" Mark terbatuk, darah menetes dari mulutnya.
"Kau tahu di mana dia, bukan?" Wajah Madam Mery langsung berubah dingin.
"Oh, dia... dia masih hidup, untuk sekarang. Tapi waktunya hampir habis. Raja Sakha tak akan membiarkannya kabur bersama anak-anak yang bisa menghancurkan semua rencananya."
Mark menggertakkan gigi. Aura sihirnya bergolak, tapi segera padam karena segel sihir kembali mengurungnya.
"Kau pikir kau bisa mengurungku selamanya?" tanya Mark lemah namun tegas.
"Tentu tidak," bisik Mery sambil berbalik.
"Aku hanya butuh kau tetap hidup... sampai malam purnama tiba. Saat itulah darahmu akan berguna."
Kemudian ia pergi, meninggalkan Mark dalam gelap dan dinginnya penjara, sementara rencana besar di luar sana terus berjalan.
...****************...
Sebenarnya Arunika tidak pernah berperang melawan raja Sakha? Ataupun siapapun itu? Intinya ia dulu hidup dengan tenang sebagai manusia biasa, seorang gadis yang menikmati masa-masa yang tenang.
Tapi sekarang? Malah sebaliknya, dunia ini terlalu berbahaya baginya, bahkan sekarang ini banyak yang mengincarnya juga. Lalu anak-anaknya? Sekarang ia harus melindungi lima anak kembarnya itu.
Di cerita aslinya Putri Arunika kalah dalam pertarungannya dengan raja Sakha dan membawanya pergi untuk ritual darah manis untuk membangkitkan kekuatan sihirnya lagi. Dan Putri Arunika tewas dan kalah juga seluruh dunia dan kerajaan Sandyakala penuh dengan kegelapan.
Dan Arunika sekarang disini ia telah mengubah alurnya begitu jauh dari yang ia baca itu. Walaupun ia tau ini hanyalah dunia fiksi tetapi penulis dari cerita ini membuatnya merasa tidak tenang selama hidup disini. Sekarang ia sudah mempunyai kekuatan untuk melindungi dirinya sendiri. Tetapi ia tak bisa melindungi dirinya dari Raja Sakha itu.
...****************...
Tubuh Arunika terhempas menghantam pohon, ia merintih, darah mengalir dari pelipisnya dan juga sudut bibirnya. Arunika berdiri di tengah medan hutan, bajunya compang-camping, wajahnya penuh luka dan peluh.
Hawa malam berhembus dingin, namun tubuhnya memancarkan aura cahaya putih lembut sihir murni dari keturunan manusia terakhir darah manis.
"Aku bukan seorang pejuang. Aku hanya gadis biasa yang dulu hidup damai, bermain di taman bunga dengan Mark."
Sekarang ia berdiri menghadapi Raja Sakha, kegelapan yang mengancam semua yang ia cintai Mark, anak-anaknya, dan kedamaian kerajaan Sandyakala.
"Mark datanglah."
Ceritanya juga keren, semangat terus ya. 😉