NovelToon NovelToon
BALAS DENDAM MENANTU TERHINA

BALAS DENDAM MENANTU TERHINA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Balas Dendam / Selingkuh / Romansa / Ibu Mertua Kejam / Office Romance
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: alfphyrizhmi

"Hans, cukup! kamu udah kelewat batas dan keterlaluan menuduh mas Arka seperti itu! Dia suamiku, dan dia mencintaiku, Hans. Mana mungkin memberikan racun untuk istri tersayangnya?" sanggah Nadine.

"Terserah kamu, Nad. Tapi kamu sekarang sedang berada di rumah sakit! Apapun barang atau kiriman yang akan kamu terima, harus dicek terlebih dahulu." ucap dokter Hans, masih mencegah Nadine agar tidak memakan kue tersebut.

"Tidak perlu, Hans. Justru dengan begini, aku lebih yakin apakah mas Arka benar-benar mencintaiku, atau sudah mengkhianatiku." ucap Nadine pelan sambil memandangi kue itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfphyrizhmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 15 - Talak Tiga

Ucapan Arka begitu keras, tegas, dan kencang. Terlihat dari sorot matanya yang melotot tajam ke arah Nadine. Rahangnya yang maju mundur dan napasnya tidak beraturan. Arka memberikan talak tiga kepada Nadine dengan lantang.

Tidak ada angin, tidak ada hujan, maupun gledek menyambar, kalimat Arka barusan membuat heboh semuanya. Terutama Nadine.

Ia tidak menyangka kalimat itu keluar dari mulut orang yang dicintainya selama ini.

Pikirannya kalut. Pandangannya mulai kabur Tubuhnya lemas. Ia mulai gemetaran dan pandangannya semakin gelap.

Karena tidak kuat menahan penatnya pikiran, Nadine pun roboh seketika itu juga. Untungnya, Bu Minah dengan sigap dan cekatan, langsung menangkan tubuh majikannya.

Bukan malah menolong ataupun merasa iba, Miranda beserta komplotannya, tertawa sejadi-jadinya. Nampak puas dan bahagia sekali melihat Nadine yang pingsan dihadapan mereka.

"Hei, babu! Segera bawa wanita jelek itu dari sini. Menganggu pemandangan saja!" ucap Vania.

"Cepat seret dia dari rumah suci kami. Kalau kelamaan, nanti najisnya bakalan menempel di lantai marmerku!" perintah Miranda kepada Bu Minah.

Bu Minah yang masih khawatir dan cemas dengan kondisi Nadine, langsung memberikan minyak kayu putih. Dioleskannya minyak itu disekitar area hidung Nadine dan juga disekitar area antara pipi dan kuping. Dipijatnya dengan perlahan, agar Nadine siuman.

Miranda, Vania, Hartono, serta Karin sudah geram karena Bu Minah belum beranjak pergi. Masih memeluk Nadine hingga tersadar.

Akhirnya, sepuluh menit berlalu, Nadine pun siuman.

Nadine mengingat hal terakhir sebelum pingsan, yaitu talak tiga mendadak dari Arka.

Tapi, menurut wanita dengan kalung indah yang melingakri lehernya itu, ucapan Arka seperti bukan berasal dari kehendaknya sendiri.

Hal itu Nadine yakini, seetelah melihat Miranda yang membisikkan sesuatu kepada Arka, sebelum Arka melayangkan ucapan talak tiga kepadanya.

Bu Minah pun membisikkan sesuatu kepada majikannya yang sudah setengah sadar,

"Nyonya, perkataan barusan jangan diambil hati. Itu bukan dari tuan Arka. Itu disuruh oleh si busuk Miranda! Tuan Arka sekarang seperti robot yang mau disuruh apa aja!" bisiknya sangat pelan.

Nadine pun memberi kode dengan mengangguk sekali.

------

Setelah menguasai dirinya dengan kesadaran penuh, Nadine pun berdiri, dibantu oleh Bu Minah.

Ia menatap Arka. Lama sekali. Tak bergeming sedikitpun. Wanita itu melangkah dengan pasti, tanpa keraguan ataupun takut oleh tatapan buas Miranda dan Vania.

"Mas, kalau emang yang kamu ucapkan barusan itu, bener-bener dari hatimu. Aku ingin mendengarnya sekali lagi. Tanpa ada paksaan, atau perintah dari siapapun!" pinta Nadine. Menatap tajam ke arah Arka.

Arka hanya celangak-celinguk seperti orang kebingungan. Mantan suami Nadine itu melihat ke arah mami nya, Miranda, berharap mendapat bantuan untuk menjawab pertanyaan Nadine barusan.

Namun, Miranda justru menyanggah,

"Lo punya kuping, kan? Nggan tuli, kan? Cukup sekali aja Arka memberi talak tiga, sejak saat itu juga, selesai dah urusan lo sama anak gue!"

"Tante tolong diam! Urusan saya sekarang dengan mas Arka. Kalian tidak boleh ikut campur!" perintah Nadine. Tatapan Nadine benar-benar serius, meskipun wajahnya sudah setengah rusak dan hancur, tapi sorot matanya yang tajam, tidak bisa ditutupi.

Auranya cukup memberi tekanan pada Miranda dan komplotannya.

"Kalo lo sedikit ngerti agama, harusnya lo paham! Ketika seorang suami memberikan talak tiga kepada istrinya, saat itu pula status mereka sudah sah bercerai secara agama. Tinggal nanti cerai secara hukum. Gampang lah diatur itu mah," ucap Vania panjang lebar.

"Kalau kalian belajar sedikit agama, ada sedikit pengecualian. Ketika talak tiga yang dikatakan mas Arka, itu atas dasar perintah, kehendak atau disuruh orang lain, apakah sah talak itu secara agama? Hah?" tanya Nadine, memberikan serangan balik yang sulit dijawab Miranda dan komplotannya.

"Harusnya, jika memang benar mas Arka ingin menceraikanku, ia mesti mengatakan talak tiga kepadaku dengan kesadaran penuh. Bukan dikendalikan oleh kalian!" ketus Nadine.

"Lancang banget mulut lo!" sahut Vania, sudah terpancing dan kini dibuat tambah kesal oleh Nadine.

"Emang congor lo itu sampah banget ya! Sok-sok an ceramah di depan kami!" sambung Miranda.

"Sekali ditalak tiga, ya terima dong! Lo itu udah diceraikan... dibuang. Paham sampe sini?" Vania semakin menyudutkan Nadine.

"Saya nggak akan beranjak sebelum itu dikatakan oleh Arka dengan kesadaran penuh." Nadine bersikeras dengan berdiri menatap Arka.

"Woy, gembel! jangan sok dibikin dramatis, deh! Arka udah ngebuang lo. Sekarang, lo pergi dari sini!" ucap Miranda, mengusir Nadine agar segera angkat kaki bersama Bu Minah.

"Arka itu kecelakaan karena anda! Karena anda terlalu membuat pikiran Arka overthinking, makanya dia kehilangan ingatan!" ucap Hartono, membongkar kondisi anaknya.

Arka cuma menengok kiri-kanan dengan tampang polos, seolah menyaksikan perseteruan antar orang tua.

"Kami udah cape dengan keberadaan anda di rumah ini. Baiknya, anda nggak usah muncul lagi. Arka sekarang sudah bahagia bersama Karin." ucap Hartono dengan formal dan sopan.

Hanya papi Arka yang masih menaruh sedikit respect untuk Nadine.

Nadine menatap ke semua orang di ruangan itu.

"Kalo barusan kalian bilang mas Arka bahagia, kenapa dia masih nampak kebingungan seperti itu? Coba lihat dirinya? Masih ada rasa ragu di matanya!"

Karin tertawa kecil dan menyapu pertanyaan Nadine, "Haha! Dasar bo-doh! Itu hanya karena mas Arka belum minum obat."

Nadine mengepalkan tangannya.

"Pokoknya, saya akan buktikan kalau saya masih istri sah mas Arka! Dan saya akan bawa bukti ke pengadilan kalau status pernikahan kalian, adalah pernikahan ilegal!” Bu Minah ikut menggenggam tangan Nadine, memberi dukungan.

Vania yang terpanggil oleh rasa panik, mulai mencibir Nadine,

"Silakan saja. Tapi jangan harap lo akan menang di pengadilan itu! Cuma buang-buang waktu dan tenaga saja," jawabnya dengan enteng.

"Coba saja kalo bisa! Lo nggak akan bisa ambil Arka dari kami." sambung Miranda.

"Kami akan siapkan semuanya. Termasuk pengacara handal!" ucap Nadine mantap, menatap Arka lagi.

"Lo mau nyewa pengacara handal, duit dari mana? Mau jual diri, Hah?!" sergah Vania.

"Yang ada... lo cuma dapet pengacara kelas teri. Kalo berani ngelawan sama kami urusan hukum, siap-siap lo yang akan menyesal seumur hidup!" sambung Miranda. Kali ini ucapannya serius dan tidak dibuat-buat.

"Udah deh! Nggak usah sok-sok an mau narik urusan ini ke ranah hukum, kalo lo sendiri masih melarat dan gembel." sentak Vania, ingin mengakhiri omong kosong Nadine.

"Biarin aja, dek. Biar dia bisa ngerasain kalo di dunia itu ada tempat yang namanya neraka untuk orang miskin dan gembel!" sambung Miranda.

"Habisnya, saya kesel banget, kak! Ada yah... orang udah miskin, jelek, buruk rupa, terus belagu dan sok-sok an mau manggil pengacara handal?" Vania protes dan masih tidak terima dengan sikap Nadine.

"Hei... gembel! Ngaca dari sekarang. Kalo lo terusin niat aneh itu, cuma menggali kuburan lo sendiri. Mempercepat hidup lo ketemu Tuhan. Terus Nadinet lo yang busuk itu, nanti dimakanin belatung yang emang doyan sama daging orang gembel kayak lo!"

Napas Bu Minah mulai berderu cepat. Ini merupakan reaksi kesal atas hinaan yang sangat tidak manusiawi dari Vania.

Bu Minah menggenggam lengan Nadine, supaya majikannya bisa tabah dan sabar dalam kondisi saat ini.

Situasi menjadi meningkat berkali lipat, dan tensi lebih tegang dari sebelumnya.

Bersambung .....

1
Isma Isma
kejamn sekali keluarga arka
alfphyrizhmi: iya, kejam banget emang kak... 🥺
total 1 replies
arniya
mampir kak
alfphyrizhmi: terima kasih sudah mampir, kak. Semoga betah yaaa sama ceritanyaaa... ^_^
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!