Penikahan yang seharusnya berjalan bahagia dan penuh dengan keharmonisan untuk sepasang suami istri yang baru saja menjalankan pernikahan, tapi berbeda dengan Evan dan dewi. Pernikahan yang baru saja seumur jagung terancam kandas karena adanya kesalah pahaman antara mereka, akankah pernikahan mereka bertahan atau apakah akan berakhir bahagia. Jika penasaran baca kelanjutannya di novel ini ya, jangan lupa tinggalkan komen dan like nya… salam hangat…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_1411, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Restu Deri.
Deri menatap Evan yang masih terdiam, dia menunggu Evan menjelaskan semuanya tanpa mau bertanya terlebih dahulu. Evan yang sedang menyiapkan mental memilih diam, dia akan memilih kata kata yang tepat sebelum menjelaskan ke Deri.
“Mm… om Deri, saya ingin menjelaskan semuanya. Saya… saya… ingin menikahi dewi.”
Deri mengepalkan tangannya erat, sampai urat urat di pergelangan tangannya terlihat jelas. Evan yang menatap Deri sebelum berbicara, dapat melihat kemarahan di wajah Deri mendengar ucapan Evan barusan.
“Saya berjanji akan membahagiakan dewi, dan tidak akan membuatnya sedih om.”
Deri masih diam, rasa kesal, marah dan terkejut menjadi satu. Deri tahu siapa Evan, dan Deri sebenarnya tidak keberatan dengan Evan yang akan menikahi dewi. Tapi caranya Evan yang diam diam memiliki hubungan dengan dewi di belakang Deri, membuat Deri kecewa.
“Atas dasar apa kamu mau menikahi putri saya.”
“Saya mencintai dewi om.”
“Hah… cinta, apa dengan cinta saja cukup kamu membahagiakan putriku.”
“Saya akan jamin kebahagiaan dewi om, saya berjanji.”
Deri tersenyum kecut, dia meremehkan Evan saat ini. Deri tahu jika Evan adalah pewaris dari usaha milik kakaknya, dia tahu jika usaha yang kakaknya jalankan akan menjadi milik Evan kelak. Tapi dia tidak ingin melihat Evan hanya mengandalkan warisan dari orang tuanya, dia ingin melihat Evan berusaha sendiri tanpa bantuan dari orang tuanya sebelum menikah dengan dewi.
“Dengan warisan dari orang tua kamu, kamu akan membahagiakan putriku. Hah… jangan harap aku akan merestui hubungan kalian, jika kamu bisa membuktikan kamu bisa sukses dengan kaki kamu sendiri. Maka aku akan merestui hubungan kalian, tapi jika kamu tidak bisa membuktikannya maka jangan harap kamu bisa menikah dengan dewi.”
Ucapan Deri membuat Evan tersenyum senang, dia berfikir jika Deri menyetujui hubungannya dengan dewi. Di lihat dari ucapan Deri saat ini, Evan menggambil handphonenya. Dia membuka bukti kepemilikan sebuah perusahaan miliknya yang sedang berkembang saat ini, tanpa Deri dan orang tuanya ketahui. Evan sudah mendirikan perusahaan sendiri, perusahaan yang bernama ED grub yang bergerak di bidang IT.
“Ini om, anda bisa melihat sendiri jika saya siap menikah dengan putri om. Saya harap om bisa segera merestui hubungan kami, setelah melihat dokumen ini.”
Deri menggambil handphone milik Evan dan membacanya, kepemilikan sebuah perusahaan yang dia tahu perusahaan yang Deri tunjukan.
“Perusahaan ED, maksud kamu apa…?”
“Itu perusahaan milik saya om, dan perusahaan itu saya kembangkan sendiri tanpa bantuan dari papa. Om pasti sudah pernah mendengar nama ED grub bukan, itu saya ambil dari nama depan saya dan dewi. Jadi saya sangat berharap om segera merestui hubungan kami, rencananya minggu depan saya akan menikahi dewi om.”
“APA…!!!”
Deri meninggikan suaranya mendengar ucapan evan.
“Kenapa kamu ingin menikahi anak saya secepat itu, apa jangan jangan kamu….”
Deri menunjuk Evan dengan satu jari telunjuknya yang dia arahkan ke wajah tampan Evan, Evan mengangukan kepalanya pelan.
“B*JING*AN KAMU EVAN, APA YANG TELAH KAMU LAKUKAN DNEGAN PUTRIKU HAH….”
Deri melangkah maju memegang kerah baju Evan, dan seketika akan memukul Evan kembali.
“Maaf kan saya om, silahkan om pukul saya sepuas om. Saya akan menerimanya, saya memang pantas om pukul.”
Evan memejamkan kedua matanya, dia siap menerima pukulan dari Deri, tapi kenyataannya Deri tidak dapat melakukannya. Dia melepaskan cengkraman kuatnya dengan menghempaskan tubuh Evan, dan dengan tanpa persiapan Evan pun terjatuh ke lantai.
“Segera bawa orang tuamu menemui saya, dan ingat kamu harus segera keluar dari rumah ini. Aku tidak ingin kamu dekat dengan dewi sebelum kalian menikah.”
Evan yang masih terdiam di lantai tanpa ingin berdiri, mendengarkan semua ucapan Deri. Melihat Evan yang terdiam, dia memilih pergi dari ruang kerjanya. Dia membiarkan Evan masih berada di dalam, sedangkan Evan meraup mukanya kasar. Dia merasa lega setelah mengatakan semuanya, walau dia harus menerima kemarahan dari Deri.
Dewi yang dari tadi berada di dalam kamar menunggu kabar dari Evan dan papanya, dia sangat mengkawatirkan kondisi Evan.
“Ma, bolehkan aku keluar sebentar. Aku ingin melihat kondisi kak Evan ma, aku mohon.”
Sudah kesekian kali dewi memohon agar dini mengijinkan dewi keluar kamar untuk melihat Evan, tapi masih hasilnya masih sama. Dini tidak mempersilahkan dewi keluar, sebelum Evan atau Deri datang ke kamar dewi.
Terdengar bunyi pintu yang di buka dari luar, dini dan dewi seketika menoleh melihat siapa yang telah membuka pintu kamar dewi.
wajah Evan yang terlihat memar di sudut bibir Evan bekas pukulan yang Deri berikan Deri, tampak terlihat jelas di wajah tampan Evan.
“Kak Evan…”
Dewi berlari melihat kedatangan Evan, dewi segera memeluk Evan erat. Dengan perlahan Evan yang merasakan pelukan dewi segera membelai punggung dewi, isakan tangisan dapat Evan rasakan.
“Aku tidak apa apa sayang, kita akan segera menikah. Papa kamu sudah menyetujui hubungan kita. Jadi bersiaplah, kamu akan segera menjadi nyonya Evan.”
Dini yang dapat mendengar ucapan Evan, tersenyum senang. Kekhawatirannya melihat wajah marah Deri tidak terbukti, dia berdiri dan menghampiri Evan dan dewi.
“Apa yang kamu katakan tidak bohong kan van.”
Evan menoleh ke arah dini, dengan perlahan dia melepaskan pelukan dewi.
“Iya tante, tapi untuk sekarang mungkin saya harus pergi dari rumah ini. Sebelum dewi menjadi istri saya, jadi saya titip dewi untuk sementara.”
“Kakak mau kemana, apa kakak akan tinggal di apartemen.”
“Apartemen…? apa kamu punya apartemen van…?”
Dini terkejut mendengar ucapan dewi, dia menatap Evan menunggu jawaban dari Evan.
“Iya tant, saya punya apartemen yang tak jauh dari rumah ini.”
Dini menautkan kedua alisnya, dia tahu diaman apartemen yang Evan maksud. Apartemen mewah yang dini tahu harganya sangat fantastis, sedangkan Deri sendiri tidak sanggup membeli apartemen yang Evan maksud.
“Apakah yang kamu maksud apartemen mewah yang ada di dekat mall ABC itu…?”
“Iya tant…”
“Kapan kamu membeli apartemen itu van…?”
“Sudah dari dua tahun yang lalu tant.”
Dini sampai tidak percaya dengan ucapan Evan, dia tidak menyangka jika Evan mampu membeli apartemen yang harganya bisa mencapai beberapa digit tersebut.
“Aku akan mengemasi barang barangku dulu, kamu lebih baik istirahat dulu kasihan dia.”
Evan mengelus perut rata dewi dengan perlahan, dewi termangu merasakan elusan tangan Evan di perutnya. Dini menatap Evan dan dewi, dia memelototkan matanya sekali lagi tidak percaya dengan ucapan Evan.
“Dewi… kamu hamil…”
Seru dini histeris, dewi yang bingung sendiri menggelengkan kepalanya. Dia sendiri tidak yakin jika dia tengah hamil, dini mendekati dewi dan menarik tangan putrinya.
“Aku… aku tidak tahu ma…”
“Apa maksud kamu van…?”
“Kata dokter saya menggalami gejala kehamilan simpatik atau sindrom Couvade, setelah saya memeriksakan kondisi saya yang tiba tiba mual dan muntah berulang kali. Dan kata dewi dia juga belum juga haid selama beberapa bulan tant, jadi saya yakin jika dewi tengah hamil anak saya.”
“Kakak… tapikan belum pasti juga jika aku hamil, siapa tahu ada masalah hormon saja sama pai aku belum haid juga.”
Dini yang merasa kawatir segera keluar dari kamar dewi tanpa mengatakan sepatah kata pun, melihat kepergian dini, Dewi dan Evan saling menatap satu sama lain, mereka merasa heran dengan dini yang tiba tiba keluar.