Tiba-tiba Hamil Saat Masih Sekolah

Perdebatan panjang tentang calon guru untuk Lolita tidak menemukan titik temu. Pasangan beda usia itu kekeh dengan pemikiran mereka sendiri. Tidak ada yang mau mengalah. Hingga akhirnya kesepakatan berhasil didapatkan setelah hampir satu jam perdebatan.

"Lebih baik batalkan saja rencana homeschoolingnya, dan setiap hari ikut abang ke kantor." Ucap Edgar.

"Boleh juga, lagi pula untuk apa sekolah kalau aku sudah kaya sejak janin." Sombong Lolita.

"Dan punya suami sukses, jadi setuju ya kalau kamu ikut abang saja ke kantor. Sekalian abang ajarkan bisnis, mungkin sekolah online bisa menjadi pilihan tepat."

"Baiklah, aku setuju. Anggap saja aku sekretaris abang." Ucap Lolita.

"Yang merangkap menjadi bodyguard, supaya abang terlindung dari para ulat bulu gatal yang suka menggoda."

"Hahaha... Bodyguard pribadi ya. Kalau gitu lakukan sayang. Abang menyukainya."

"Kita kembali ke kantor atau..."

"Kita pulang saja, lebih baik lanjut ber cinta yang tertunda. Biar Leo yang urus kantor hari ini." Ucap Edgar tersenyum.

"Tidak mau, bahkan sekarang belum masuk jam makan siang. Sebaiknya kita ke mall, aku mau beli pakaian untuk ke kantor."

"Sayang, tidak bisakan belanjanya nanti sore saja. Sekarang kita pulang dulu." Ucap Edgar penuh rayuan.

"Antar belanja atau turunkan aku di sini. Biar aku naik taxi online saja." Tegas Lolita.

"Hmm... Baiklah, tapi setelah ini jatah abang double ya." Pintanya.

"Iya... Double berapa terserah abang."

Mereka pun meneruskan perjalanan ke mall dengan saling mengobrol tentang hal ringan hingga yang intim.

Sedangkan Della, wanita yang ditinggal begitu saja di restaurant mengamuk. Dia tidak terima dengan sikap dingin Edgar. Della merasa terhina.

"Sialan kamu Edgar, tunggu saja pembalasanku. Aku akan melakukan apapun asal bisa mendapatkanmu. Bahkan jika harus melenyapkan gadis hamil itu."

Della wanita ambisius yang pantang mendapatkan penolakan. Merasa dirinya sempurna, sehingga layak untuk mendapatkan apapun yang dia inginkan termasuk memiliki seorang Edgar. Pria tampan dan kaya raya harus menjadi miliknya.

Setelah berburu banyak pakaian kerja, Lolita mengajak Edgar singgah ke restaurant untuk makan siang. Tidak banyak menu yang dipesan, karena mereka buru-buru untuk pulang.

Setibanya di rumah, Edgar membawa Lolita keluar dari mobil dengan cara digendong ala pengantin. Tidak perlu masuk kamar, karena di rumah hanya ada mereka berdua.

Ciuman panas terjadi di siang yang terik, keringat membasahi hampir seluruh tubuh dua insan manusia yang sedang dimabuk cinta. Dengan hasrat yang menggebu, Edgar memasuki milik Lolita yang sudah basah.

"Euhhh... Abanghhh..." Pekik Lolita manja.

"Enakkhhh... Sayanghhh...Ouhhh..." Lenguh Edgar.

"Abanghhh... Masukkanhhh... Lebiihhh... Dalammhhh..." Suara desahan saling bersautan terdengar merdu.

Cukup lama pasangan suami istri itu berolah raga di atas sofa ruang tamu. Dengan posisi aman untuk ibu hamil tentunya. Setelahnya mereka pun membersihkan diri, kemudian melanjutkan aktifitas. Lolita pergi ke dapur, sementara Edgar ada di ruang tengah sedang melakukan panggilan dengan Leo. Membicarakan perihal pertemuan dengan Della tadi pagi.

Lolita memasak aneka menu untuk makan malam mereka, dia tertawa bahagia mengingat per cinta an panas tadi siang. Lolita merasa akhir-akhir ini dirinya mempunyai hasrat yang lebih tinggi dari biasanya. Apakah faktor kandungan? Semakin besar usia kehamilan, maka semakin tinggi tingkat li bido seorang wanita hamil. Lolita tidak mengerti.

Setelah menyelesaikan urusan dengan Leo, Edgar menyusul sang istri ke dapur. Dia menggantikan Lolita memasak, ingin membuktikan bahwa dirinya tidak hanya pandai menyenangkan istri di atas ranjang. Tapi juga pandai mengolah masakan. Lolita pun dengan suka rela menerima tawaran itu.

Dengan cekatan Edgar membuat omelet sayur, dan masakan yang lainnya.

Lolita nampak takjub dengan kelihaian Edgar di depan kompor. Suaminya memang paket lengkap, jadi dia akan dengan sekuat tenaga untuk menjaganya supaya tidak diambil orang.

Usai makan mereka berdua pun langsung istirahat. Tidur tanpa diselingi olah raga ranjang lagi. Edgar tahu, istrinya tidak boleh terlalu lelah. Karena kehamilannya yang beresiko.

Pagi pun tiba, Lolita sudah bersiap dengan penampilan barunya sebagai seorang sekretaris. Dengan penuh semangat di hari pertama kerja, Lolita tampil secara all out. Istri Edgar itu terlihat lebih dewasa karena pakaian yang dikenakannya. Ditunjang dengan bentuk tubuh yang semampainya. Siapa sangka jika umur gadis hamil itu baru 17 tahun.

"Abang... Lihat aku, apa sudah mirip dengan sekretaris sungguhan?" Tanyanya.

"Kamu jauh lebih cantik daripada sekretaris pada umumnya. Abang suka dengan penampilan kamu hari ini. Elegan dan terlihat dewasa." Jawabnya.

"Kalau begitu mari kita berangkat, setelah ini tidak akan ada lagi ulat gatal yang berusaha menempel pada abang." Ucap Lolita.

Edgar tersenyum puas melihat istrinya, lama kelamaan Lolita bisa bersikap dewasa tanpa harus ditekan. Ini yang Edgar mau, perubahan terjadi secara alami tanpa adanya paksaan. Perlahan, Edgar akan membimbing Lolita supaya bisa menjadi seorang pemimpin. Karena mau tidak mau, perusahaan warisan keluarganya harus Lolita kelola. Dia harus berani mengambil haknya.

Bukan tidak percaya dengan kejujuran papa Bagas selama ini, tapi Edgar khawatir dengan putri kandung mertuanya. Ada rahasia yang tidak diketahui oleh siapa pun tentang gadis bernama Natasya Amelia itu.

Rahasia yang selama ini Edgar tutup rapat karena suatu hal. Jujur, Edgar lelah harus terus bersikap seolah tidak mengetahui kebenarannya.

Tiba di lobby kantor, semua karyawan menatap takjub pada istri bosnya. Lolita yang terlahir cantik sungguh memukau banyak orang. Beberapa karyawan pria dengan terang-terangan memuji gadis hamil itu, membuat Edgar meradang. Tapi, Edgar tidak mungkin memecat semua karyawannya kan?

"Sayang, mas sudah minta Leo untuk menyiapkan meja kerja untukmu."

"Baik abang, aku akan bekerja keras untuk mempelajari semua tentang bisnis. Semoga saja abang tidak kecewa, karena otakku yang lemot."

"Jangan bicara seperti itu sayang, abang percaya kamu bisa memahaminya."

"Jangan sungkan untuk menegur aku jika salah, tapi jangan memarahi dan membentakku ya bang. Aku tidak akan terima hal itu."

"Siap sayang, ayo sekarang kita mulai. Leo akan memberikan beberapa berkas lama untuk kamu pelajari. Duduk manis di meja kamu, kalau ada apa-apa tinggal bilang. Abang ada di dalam."

"Kenapa meja aku ada di luar, sedang abang di dalam ruangan." Protes Lolita bermuka masam.

"Karena abang takut khilaf sayang."

"Maksudnya? aku gak paham lho."

"Maksudnya, jika kita satu ruangan. Yang ada kita tidak bekerja dengan benar. Tapi justru sibuk ber cinta tanpa kenal waktu. Lagi pula katanya mau jadi bodyguard, jadi memang sebaiknya kamu duduk di depan supaya bisa menghalau para ulat yang datang untuk menggoda abang." Jelas Edgar.

"Oh iya benar, baiklah aku akan belajar sekarang. Abang jangan rindu ya." Ucap centil Lolita.

"Semangat istriku sayang, jika abang rindu, abang akan panggil kamu."