NovelToon NovelToon
Gadis Cupu Mengandung Benih Dosen Duda

Gadis Cupu Mengandung Benih Dosen Duda

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Duda / Konflik etika / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa
Popularitas:13.6k
Nilai: 5
Nama Author: Erchapram

"Tolong jangan sentuh saya, Pak." Ucap seorang gadis cantik berkacamata bulat dengan tubuh bergetar hebat. Gadis itu terisak pilu ketika mahkota yang selama ini dijaga, direnggut paksa oleh seorang dosen.

Azura Saskirana seorang mahasiswi tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi di ruang perpustakaan di malam hari yang sepi ditengah hujan badai. Zura hari itu memang sengaja ingin menyelesaikan skripsinya yang tinggal sedikit lagi selesai. Disaat bersamaan hujan turun dengan lebat disertai angin, membuat dia enggan beranjak. Karena tempat kostnya terletak lumayan jauh dari kampus, jadi dia memutuskan untuk menunggu hujan reda baru akan pulang itupun dia masih harus berjalan kaki.

Garvin Reviano Agler, seorang dosen yang sudah lama menduda dan berhati dingin setelah pernikahan dengan wanita yang dicintainya gagal karena wanita itu lebih memilih pergi untuk mengejar karir. Malam itu Garvin dijebak oleh dosen wanita yang terobsesi dengannya dengan minuman yang sudah dicampur obat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menjadi Suami Istri

SAH

SAH

SAH

Ucapan kata sah menggema di seluruh penjuru rumah berdinding kayu ulin itu. Meskipun baru nikah siri karena Garvin yang terburu-buru mengucapkan ijab kabul sebelum semua berkas persyaratan pernikahan diserahkan ke KUA terdekat.

"Sekarang nak Zura, sudah resmi menyandang status sebagai istri dari nak Garvin." Ucap bapak penghulu.

"Cium tangan suami kamu nak Zura, tunjukkan bakti kamu sebagai istri sholehah. Jadilah istri yang berbakti dan menurut kepada suami jika masih dalam koridor kebenaran."

Zura menuruti perintah pak penghulu, dengan takzim dia mencium tangan kanan dosen yang kini berubah menjadi suaminya. Ayah dari bayi yang telah tumbuh dalam rahimnya.

Acara pernikahan yang sangat sederhana, hanya dihadiri sepuluh orang tetangga termasuk pak RT dan budhe Nuraini. Makanan yang disajikan pun hanya beberapa menu, itu juga berkat sumbangan dari para warga.

Soto ayam, yang ayamnya langsung dipotong dari kandang budhe Nuraini. Bumbu-bumbunya sudah ada, karena Zura sudah membelinya di pasar tadi.

Tapi kerupuk, dan toping lainnya adalah pemberian tetangga sebelah rumah. Meskipun sederhana, tapi mahar yang diberikan Garvin tidak sesederhana acara pernikahannya. Mobil yang membawanya ketemu wanita pujaannya itu Garvin berikan sebagai mahar pernikahannya dengan Zura.

"Terima kasih sudah menerima pria tua ini menjadi suami kamu Zura." Ucap Garvin menatap haru.

"Memangnya, kalian berdua selisih berapa tahun?" Tanya salah satu tetangga.

"Kami berdua selisih 12 tahun bu." Jawab Garvin menunduk malu. Ternyata setua itu dirinya jika dibandingkan istrinya yang masih muda.

"Kok saya tidak percaya ya jika mas Garvin sudah tua, karena mas masih terlihat muda." Ucap tetangganya yang satu lagi.

"Karena orang kota itu pandai perawatan, dan ada uang untuk melakukannya. Beda dengan kita yang tiap hari harus berjemur di sawah. Meskipun umur muda, tapi justru terlihat tua dan gelap."

Hahaha celetukan pak RT membuat suasana menghangat. Terlihat sekali kekeluargaannya.

"Ayo silahkan dinikmati hidangan sederhananya." Ucap mama Kalynda tersenyum bahagia.

Hampir tengah malam acara pernikahan sederhana itu selesai. Bukan karena banyaknya tamu, tapi karena tamu yang datang memang hanya undangan orang-orang terdekat membuat mereka mengbrol hingga tidak sadar akan waktu.

"Wah sudah hampir tengah malam ini, kita keasyikan berbicara. Nak Garvin ini ternyata orangnya humble membuat kita betah berlama-lama ngobrolnya."

"Ayo kita semua bubar, kasihan penganten baru masak iya malam pertamanya kita ganggu." Ucap pak RT disambut semua orang tertawa.

Zura yang sebenarnya sudah mengantuk ikut tertawa lirih dengan mata mulai terpejam. Melihat jika istrinya tertidur, Garvin pamit kepada semua tamu kemudian menggendong Zura masuk ke dalam kamar terlebih dahulu.

Dengan penuh kasih sayang, Garvin merebahkan tubuh sang istri di atas kasur tua yang terasa keras. Garvin berfikir untuk segera merenovasi sedikit rumah dan membeli perabot baru untuk kebutuhan mereka.

"Terima kasih, sudah menerima pria tidak sempurna ini menjadi suami kamu sayang. Besok mas akan mengklarifikasi dan memulihkan nama baikmu."

Setelah itu bergumam, Garvin merebahkan tubuhnya yang terasa sangat lelah. Karena semenjak tiba tadi pagi, Garvin belum beristirahat sedetik pun. Karena memang keinginannya yang lebih cepat mengikat Zura sebagai istrinya.

Garvin memeluk erat tubuh Zura, tidur berdua setelah halal. Tidak butuh waktu lama dia terlelap menyusul istrinya ke alam mimpi.

Keesokan paginya, Zura yang terlebih dahulu bangun tersentak kaget ketika perutnya terasa berat karena lengan tangan Garvin yang melingkar memeluknya.

"Pak Garvin..." Suara lirih Zura

"Aku suamimu sayang, bukan dosenmu."

"Panggil yang benar, mas masih sangat lelah." Ucap Garvin kemudian semakin menempelkan tubuh istrinya ke arah tubuhnya dan memeluknya erat.

"Masshh...Ihh..." Desah Zura karena tangan suaminya merambat ke mana-mana.

"Kamu jangan bergerak sayang, jangan membuat dia semakin bangun." Ucapnya.

"Dia? Dia siapa?" Tanya Zura.

Garvin membawa telapak tangan istrinya ke bawah dimana tongkat sakti mulai mengembang dan tegak berdiri.

"Milikmu sayang, bukankah seharusnya kita malam pertama tadi malam hmm?"

"Tadinya mas masih ngantuk, tapi sekarang ngantuknya hilang. Kamu harus bertanggung jawab membuatnya kembali tidur."

Dengan satu gerakan Garvin mengkungkung badan istrinya lalu mencumbu mesra bibir tipis itu penuh cinta.

"Mas ingin sayang..." Serak suara Garvin menandakan hasratnya telah memuncak.

"Lakukanlah mas, tapi pelan-pelan ada bayi kamu di perut aku."

"Aku akan melakukannya dengan lembut sayang." Ucap Garvin penuh semangat.

Perlahan Garvin melepas piyama yang dikenakan sang istri. Hingga tersisa pakaian dalamnya saja. Bisa dilihat olehnya, dua bukit kembar itu semakin membesar ukurannya dari saat terakhir dia sentuh. Setelah melepas kait bra berwarna merah itu, Garvin langsung mengulum puncak bukit.

"Ehhmm..." Desah Zura dengan dada yang membusung. Bahkan tangan Zura menekan kepala Garvin semakin dalam untuk menikmati sajian menantang darinya.

Tak ingin tinggal diam, tangan Garvin meremas lembut satu bukit yang ada di samping kepalanya.

"Ouhh..." Suara Zura semakin kencang.

Garvin melepas pagutannya dari puncak gunung, kini beralih ke bawah.

Bisa Garvin lihat, jika lembah milik istrinya sudah basah. Garvin memajukan wajahnya dan menyapu bagian itu dengan bibirnya. Suara merdu terdengar semakin mendayu kala lidah Garvin menjelajahi pintu goa yang terasa hangat dan berwarna pink.

"Masshhh..." Teriak Zura ketika lidah suaminya itu ingin menerobos masuk ke dalam lubang penuh kenikmatan.

Garvin berdiri, kemudian melepas semua yang melekat pada tubuhnya. Dengan sekali sentakan, tongkat itu masuk.

Jleb...

"Ouh... Sayang kamu sempit."

Garvin bergerak maju mundur dengan tempo yang lambat. Tapi sepertinya istrinya tidak menikmati permainan itu.

"Yang cepat dan dalam mas..." Protes Zura dengan bibit manyun sehingga Garvin langsung melumat habis.

Jleb...plok... plok...

"Shhh... Mas Garvin...Ahh... Lebih cepat mas... Aku mau sampaiihhh..."  Teriak Zura.

"Mashhh... Jugahhh... sayanggghhh...Ouhh... Ahhh..."

"Terima kasih honey, mas mau mandi dulu atau kita mandi bareng?" Tanya Garvin pada istrinya yang terengah setelah melakukan pelepasan.

"Aku akan mandi di sungai."

"Tidak, tidak boleh ke sana."

"Kenapa sih mas?" Protes Zura.

"Jangan honey, suami kamu ini pencemburu. Aku tidak yakin tidak membunuh pria yang kedapatan mengintipmu."

"Tidak ada yang seperti itu di kampung mas." Ucap Zura.

"Di sini beda dengan di kota. Kami terbiasa mandi di sungai dan para pria tahu batasan untuk itu." Jawabnya lagi.

"Sekali tidak ya tidak sayang, lebih baik kita mandi bareng di sumur." Ucap Garvin bernegosiasi.

"Mana bisa pak Garvin, kamar mandi di rumah ini cuma satu. Dan itu ada di belakang rumah. Kalau kita mandi berdua yang ada rubuh biliknya."

"Kalau begitu, ijinkan suami kamu ini merenovasi sedikit rumah ini."

1
Patri Behel
Kecewa
Patri Behel
Buruk
𝐈𝐬𝐭𝐲
ceritanya bagus dan sangat menarik
Erchapram: Terima kasih kakak.
total 1 replies
𝐈𝐬𝐭𝐲
kalo lu cerita ma garvin pasti dia bakalan nolong lu zura
𝐈𝐬𝐭𝐲
kok Zura bego bgt ya mau² saja, bukanya nolak atau pergi dri rumah🤦‍♀️
Erchapram
Terima kasih buat yang sudah support karya Othor, dengan memberikan like. Kalau boleh bantu subscribe dan beri ulasan bintang limanya. Terima kasih.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!