NovelToon NovelToon
Kitab Dewa Naga

Kitab Dewa Naga

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Romansa Fantasi / Ruang Bawah Tanah dan Naga / Akademi Sihir / Ahli Bela Diri Kuno / Ilmu Kanuragan
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Mazhivers

Raka secara tak sengaja menemukan pecahan kitab dewa naga,menjadi bisikan yang hanya dipercaya oleh segelintir orang,konon kitab itu menyimpan kekuatan naga agung yang pernah menguasai langit dan bumi...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mazhivers, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 20

Saat mereka semakin mendekat, para sosok berjubah hitam itu berhenti dan menoleh ke arah mereka. Jumlah mereka sekitar lima orang, masing-masing memegang senjata tajam. Raut wajah mereka tidak terlihat di balik tudung jubah mereka, namun aura permusuhan terpancar jelas dari postur tubuh mereka.

"Siapa kalian dan apa urusan kalian di gunung ini?" tanya salah satu sosok berjubah dengan suara kasar yang menggema di antara pepohonan.

Kakek Badra melangkah maju, tongkat kayunya terhentak pelan di tanah. "Kami adalah peziarah yang ingin mengunjungi kuil suci di puncak gunung ini."

"Tidak ada peziarah yang diizinkan melewati wilayah ini," jawab sosok berjubah yang lain dengan nada mengancam. "Pergi dari sini atau kalian akan menyesal."

"Kami tidak bermaksud mencari masalah," kata Raka dengan nada tenang, meskipun jantungnya berdebar-debar. Ia memeluk erat Kitab Dewa Naga di dadanya, merasa siap untuk menggunakan kekuatannya jika diperlukan.

Tiba-tiba, salah satu sosok berjubah itu bergerak cepat dan menyerang Kakek Badra dengan pedangnya. Namun, dengan gerakan yang luar biasa cepat untuk usianya, Kakek Badra menghindar dan mengayunkan tongkat kayunya, mengenai perut penyerangnya hingga terjatuh mengerang.

Keempat sosok berjubah lainnya langsung menyerang mereka. Raka, Maya, dan Sinta ikut bertarung, berusaha melindungi diri dan Kakek Badra. Raka menggunakan keranjang ukirannya sebagai perisai, sementara Maya menggunakan potongan kayu sebagai senjata. Sinta, dengan ketangkasannya, berusaha menghindari serangan dan sesekali melemparkan batu ke arah musuh.

Kakek Badra bergerak dengan lincah, tongkat kayunya menjadi senjata yang mematikan di tangannya. Ia berhasil melumpuhkan beberapa penyerang dengan pukulan-pukulan yang tepat sasaran. Namun, jumlah musuh lebih banyak, dan mereka mulai terdesak.

Tiba-tiba, Raka merasakan energi yang kuat berdenyut dari dalam Kitab Dewa Naga. Tanpa sadar, ia membuka kitab itu secara acak. Matanya tertuju pada gambar pegunungan yang diselimuti kabut. Di bawah gambar itu, terukir kata "Perlindungan Bumi."

Dengan insting, Raka mengucapkan kata-kata itu dengan lantang. Seketika, tanah di sekitar mereka bergetar. Beberapa batu besar yang tadinya tergeletak di sekitar mereka mulai bergerak dan membentuk dinding pelindung di hadapan mereka, menghalangi serangan para pengikut Kaldor.

Para sosok berjubah itu terkejut dan mundur beberapa langkah. Mereka melihat ke arah Raka dengan tatapan penuh keheranan dan ketakutan. Kekuatan kitab itu kembali menunjukkan dirinya.

"Cepat! Kita harus segera naik ke kuil!" seru Kakek Badra, memanfaatkan kesempatan itu. Mereka bertiga segera berlari menuju jalan setapak yang mengarah ke puncak gunung, meninggalkan para pengikut Kaldor yang masih terpaku melihat dinding batu yang tiba-tiba muncul.

Mereka terus mendaki dengan tergesa-gesa, berharap bisa mencapai kuil sebelum para pengikut Kaldor berhasil mengatasi rintangan yang baru saja diciptakan oleh kekuatan kitab. Jalan setapak semakin menanjak dan terjal, tetapi semangat mereka tetap membara. Mereka tahu mereka sudah sangat dekat dengan tujuan mereka, dan mereka tidak akan membiarkan siapa pun menghentikan mereka sekarang. Pertempuran kecil itu telah menunjukkan bahwa mereka tidak bisa lagi meremehkan kekuatan Kitab Dewa Naga, dan bahwa Kakek Badra adalah sekutu yang sangat berharga. Namun, mereka juga tahu bahwa bahaya yang lebih besar mungkin menanti mereka di puncak gunung sana.

Jalan setapak menuju puncak gunung semakin curam dan berbatu. Mereka harus berpegangan pada akar-akar pohon dan celah-celah batu untuk terus mendaki. Nafas mereka tersengal-sengal, namun semangat mereka untuk mencapai kuil tidak pudar. Kakek Badra, meskipun usianya sudah lanjut, tampak kuat dan berpengalaman dalam mendaki gunung.

"Kita hampir sampai," kata Kakek Badra, menunjuk ke atas. "Lihatlah di sana."

Raka, Maya, dan Sinta mengikuti arah pandang Kakek Badra. Di atas mereka, di tengah kabut tipis yang berputar-putar, tampak siluet bangunan kuno yang terbuat dari batu-batu besar yang tampak lapuk dimakan waktu. Itu pasti kuil yang mereka cari.

Namun, rasa lega mereka tidak berlangsung lama. Suara teriakan marah dan langkah kaki yang tergesa-gesa terdengar dari bawah. Para pengikut Kaldor berhasil mengatasi dinding batu dan kembali mengejar mereka.

"Kita harus lebih cepat!" seru Raka, memacu langkahnya.

Mereka terus mendaki dengan sekuat tenaga, berusaha mencapai kuil sebelum para musuh mereka tiba. Jalan setapak itu tiba-tiba berakhir di depan sebuah tebing batu yang tinggi dan curam. Tidak ada jalan lain yang terlihat.

"Bagaimana kita bisa melewatinya?" tanya Maya dengan nada putus asa.

Kakek Badra tersenyum misterius. "Kuil ini tidak mudah dimasuki oleh sembarang orang. Hanya mereka yang memiliki niat suci dan pengetahuan yang benar yang bisa menemukan jalannya." Ia mendekati tebing batu itu dan mulai meraba permukaannya dengan tongkat kayunya, seolah-olah sedang mencari sesuatu.

Tiba-tiba, tongkat Kakek Badra menyentuh sebuah bagian batu yang tampak berbeda. Terdengar bunyi klik pelan, dan seketika tebing batu itu bergeser ke samping, mengungkapkan sebuah pintu masuk tersembunyi yang mengarah ke dalam kegelapan.

"Cepat masuk!" seru Kakek Badra, memberi isyarat kepada mereka.

Raka, Maya, dan Sinta segera memasuki pintu masuk rahasia itu. Kakek Badra menyusul mereka dari belakang, dan sesaat kemudian pintu batu itu kembali tertutup dengan sendirinya, menyembunyikan keberadaan mereka dari kejaran para pengikut Kaldor.

Mereka mendapati diri mereka berada di dalam sebuah lorong gelap yang dingin dan berangin. Cahaya obor yang dibawa Kakek Badra едва menerangi jalan di depan mereka. Lorong itu tampak kuno dan penuh dengan ukiran-ukiran aneh yang menggambarkan naga dan makhluk-makhluk mitologis lainnya.

"Kita sudah masuk ke dalam wilayah kuil," bisik Kakek Badra. "Tapi bahaya masih mengintai. Kita harus tetap waspada."

Mereka berjalan menyusuri lorong itu dengan hati-hati. Suara langkah kaki mereka menggema di antara dinding-dinding batu yang lembap. Udara terasa berat dengan aura kekuatan kuno. Raka merasakan Kitab Dewa Naga di tangannya berdenyut pelan, seolah-olah mengenali tempat ini.

Lorong itu akhirnya membawa mereka ke sebuah ruangan besar yang tampak seperti aula utama kuil. Cahaya bulan yang masuk melalui celah di langit-langit yang tinggi menerangi ruangan itu dengan cahaya keperakan yang misterius. Di tengah aula, terdapat sebuah altar batu yang besar dengan ukiran naga yang melingkar di sekelilingnya. Di atas altar, tergeletak sebuah buku tua yang tampak sangat mirip dengan Kitab Dewa Naga yang ada di tangan Raka, namun ukurannya jauh lebih besar dan sampulnya terbuat dari logam berwarna keemasan.

Raka tertegun melihat buku itu. "Itu…" bisiknya dengan nada tak percaya.

Kakek Badra mengangguk. "Itulah inti dari kekuatan kuil ini. Kitab Dewa Naga yang sebenarnya."

Tiba-tiba, dari balik pilar-pilar batu di sekitar aula, muncul beberapa sosok berjubah hitam. Mereka pasti sudah menemukan jalan lain untuk masuk ke dalam kuil. Zyra berdiri di barisan depan, senyum kemenangan menghiasi wajahnya yang pucat.

"Kalian pikir bisa bersembunyi dariku?" kata Zyra dengan nada mengejek. "Kuil ini akan menjadi kuburan kalian."

Raka, Maya, dan Sinta berdiri bahu-membahu di hadapan para pengikut Kaldor. Mereka akhirnya sampai di kuil yang mereka cari, tetapi bahaya yang lebih besar telah menanti mereka di sana. Pertempuran sesungguhnya akan segera dimulai, dan nasib Kitab Dewa Naga dan seluruh dunia akan ditentukan di tempat suci ini.

1
anggita
like👍iklan👆. terus berkarya tulis. moga novelnya lancar.
anggita
saran sja Thor🙏, kalau tulisan dalam satu paragraf/ alinea jangan terlalu banyak, nanti kesannya numpuk/penuh. sebaiknya jdikan dua saja.
إندر فرتما
moga bagus ini alur cerita
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!