Di seluruh alam semesta ini banyak sekali mahkluk hidup, termasuk manusia. Tapi ini bukan tentang kisah manusia melainkan kisah sang NPC Dewa yang berkelana ke berbagai Dimensi dan bertemu banyak makhluk hidup, YA anda tidak salah baca! Disini memang akan menceritakan NPC Dewa.
Kisahnya berawal dari dimensi (dunia) para dewa mulai hancur gegara kekuatan misterius yang membuat retakan besar dan banyak di dimensi para dewa.
Bagaimana para dewa bisa mengembalikan dimensi mereka menjadi utuh kembali?
Segera baca novel ini untuk mendapatkan lanjutannya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AHMU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DUA PILIHAN
{Side Story Caelum Azureum}
*Ruang Bawah Tanah*
Di tempat gelap gulita, terdapat obor yang menerangi sekitarnya hingga membuat semua yang ada disana menjadi jelas. diruang kecil seperti penjara, terdapat meja dan kursi untuk duduk. Kursi itu ada dua, Dan ada dua orang yang duduk, yang satu melipat tangannya sambil menatap orang yang di seberang, dan yang satu juga melihat orang di sebrang tapi dengan tangan di borgol dan badan di ikat.
Orang yang melipat tangannya mulai menggerutu, "Aku tanya sekali lagi, Apa kau ini!?"
Orang yang di ikat itu pun menjawab, "Aku adalah dia, Dan dia adalah dia."
"Bisakah kau jangan bercanda? Kau sudah mengatakan itu beberapa puluh kali, dan di siksa beberapa puluh kali juga, kenapa kau harus berbohong begini?"
"Yang aku katakan memang benar adanya, jadi aku takkan mengatakan hal yang tidak benar."
"Baiklah! Aku menyerah, Kau akan dibawa esok hari ke alun-alun kota untuk di eksekusi. Yah, walaupun kami juga bingung harus memakai apa supaya bisa memenggal mu." orang itu pun berdiri dari duduknya dan pergi meninggalkan orang yang di ikat itu.
Keheningan pun terjadi diruangan itu, orang yang tengah di ikat hanya bisa menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Matanya yang kosong melihat ke arah depannya yang kosong. kekosongan yang hening sungguh sepi, bagai malam gelap yang tidak ada bintang, hanya angin malam dan awan gelap yang menemani.
Lalu tanpa disadari oleh orang yang di ikat itu, dia mengungkapkan sesuatu.
"Di ruang kosong, aku mencari makna
Tapi tak ada jawaban, hanya keheningan
Langit biru, tanpa awan
Tapi tak ada kepastian, hanya kekosongan
Aku berjalan, tanpa arah
Tapi tak ada tujuan, hanya langkah kaki
Waktu berlalu, tanpa henti
Tapi tak ada makna, hanya kekosongan
Di dalam hati, aku mencari jawaban
Tapi tak ada kepastian, hanya keraguan
Aku mencari makna, tapi tak ada
Hanya kekosongan, yang menyambut aku."
Tanpa alasan jelas orang itu mengatakan puisi itu tanpa pikir. Membuat orang yang berjaga tertawa terbahak-bahak, "Hahahaha! Pasti dia sudah gila karena disiksa!."
"Iya! Kau benar, otaknya pasti sudah tak berfungsi lagi! Hahaha!" dua penjaga yang berjaga terus tertawa hingga meneteskan air mata.
"Hati manusia yang gelap, busuk dan keruh
Dipenuhi dengan luka, dan racun yang membunuh
Tidak ada cahaya, yang dapat menembus
Kegelapan yang menyelimuti, jiwa yang terluka
Dendam, kebencian, dan keserakahan
Menghantui, setiap langkah
Tidak ada kedamaian, yang dapat ditemukan
Hanya kekacauan, yang membara
Tapi apakah kita dapat, mengubah jalan
Membersihkan hati, dari racun yang membunuh
Mencari cahaya, yang dapat menembus
Kegelapan yang menyelimuti, jiwa yang terluka?"
Mendengar hal itu, kedua penjaga itu pun mendatangi orang yang di ikat itu, "Hei! Kau mau ini mau mati kah? Apa mau aku bantu?" Sebilah pedang pun menghampiri leher orang itu, Bilah yang mulus seperti baru sungguh terpancar dari pedang itu.
"Silahkan saja kalau kau bisa, keluarkan semua kekuatan mu yang lemah itu."
Setelah mendengar itu, penjaga itu lantas menebas badan orang yang di ikat, tapi bekas dari pedang itu sama sekali tidak terlihat. Penjaga itu pun kaget dan mundur beberapa langkah bersama temannya. Dan tanpa disangka hasil dari tebasan pedang penjaga malah membuat tali yang mengikat orang duduk itu putus. Orang itupun berdiri dari duduknya dan melihat dua penjaga.
"Inilah kejelasan dari puisi kedua yang ku baca." Orang itu langsung berlari keluar ruang tahanan lalu mengunci dua penjaga tadi didalamnya.
Penjaga itu pun meneriaki orang yang berlari menjauhi mereka.
Orang tersebut berlari-lari kesana kemari hingga beberapa kali tersesat, beberapa belokan pun dilewati orang hingga sampai pada pintu keluar bawah tanah. Dengan girang orang itu membukanya, Tapi tanpa diduga pintu keluar itu mengarahkannya ke tempat orang-orang dahulu memohon kepada Dewa untuk melindungi mereka.
Dengan langkah pelan orang itu melihat sekeliling, tempat yang lusuh dan berlumut, hingga bangunan yang tak layak huni, "Tempat apa ini?" Setelah beberapa pandangan, orang itu melihat di reruntuhan kecil didepannya, dia pun mendekati reruntuhan itu.
Sesuatu yang bulat terlihat didalam reruntuhan, dia mengangkat batu dan kayu yang menimpa benda bulat itu hingga semuanya di angkat. Benda bulat yang ditopang besi panjang sungguh terlihat menarik dimata orang itu. Dia pun meraba-raba benda itu.
Dengan mata yang terus melihat benda itu dan tangan yang terus meraba. Seketika benda bulat itu bercahaya sampai menyinari mata orang itu. Langkah mundur pun terjadi, sinar yang menyilaukan tadi seketika langsung meredup kembali, seakan benda bulat itu seperti bom yang bisa membutakan mata. Orang itu kembali mendekati benda itu, namun sayangnya benda itu sudah pecah. Sepertinya saat meraba benda bulat, orang itu tak sengaja menyentuh sesuatu hingga membuatnya meledak.
Orang itu melihat kedalam pecahan benda bulat seperti ada sebuah batu berwarna hitam kemerahan. Sebuah benda misterius itu pun di ambil orang itu dan memasukkan nya kedalam celananya yang sudah robek-robek dan baju yang hampir tak bersisa.
Karena sudah melihat beberapa benda asing, orang itu pun pergi keluar bangunan itu dengan melewati pintu kayu yang sudah hilang sebelah. Setelah keluar, tanpa disangka tempat yang dilihat orang itu ternyata berdiam di Padang rumput hijau, mata orang itu berkaca-kaca melihat pemandangan indah didepannya, hembusan angin menggoyangkan rerumputan panjang, beberapa pohon juga ikut bergoyang-goyang terkena hembusan angin. Ditemani langit biru dengan beberapa awan putih di atas bumi.
Orang itu pun berjalan mengiringi jalan setapak yang tak berbatu, hanya tanah berpasir saja yang orang itu injak. Orang itu berjalan menyusuri jalan dengan ditemani rerumputan hijau yang panjangnya sampai ke pinggang. Beberapa waktu pun berlalu tapi orang itu masih tetap berada di Padang rumput luas, tanpa menemukan seseorang dan bangunan.
Namun, ditengah jalan dia bertemu seseorang, orang itu sangat ramah padanya. Dia diberi beberapa koin perak untuk dia sendiri, orang itu lalu melanjutkan perjalanan dengan sapi dan gerobak jualan. Ternyata orang itu adalah seorang pedagang yang ingin berjualan ke kota pahlawan.
Orang itu memberi tahu dia kalau tempat yang ia tuju adalah wilayah kekuasaan kerajaan Solaria, dan disana sangat dijaga ketat, hanya orang yang punya uang banyak saja yang bisa memasuki kota-kota yang dikuasai kerajaan Solaria disana. Dan pedagang itu memberi tahu dia kalau lebih baik tinggal di kota pahlawan saja, karena disana orangnya ramah-ramah dan dekat dengan Kerajaan.
Dia pun berpikir untuk kembali atau tidak. Dengan pikir panjang dia memutuskan untuk tidak kembali ke kota pahlawan dan langsung ke kerajaan Solaria saja, dia pun menamai dirinya dengan nama Caelum Azureum untuk identitas nya di sana nanti, dan memulai kisahnya.