Aura Karina mendadak janda di malam pertama pernikahannya. Suami yang baru menikahinya beberapa jam yang lalu, memutuskan untuk menceraikan dirinya tepat di malam itu juga.
"Aku itu janda!" Tegas Aura akan status yang disandangnya saat ini.
"Iya, kamu memang janda. Janda menggemaskan." Ucap seorang pria dengan senyum melebar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aylop, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 - Bersamamu
Aura melihati Bara yang terus menggenggam tangannya. Rasanya ia seperti mimpi saja, jika pria itu sedang bersamanya. Berharap jika ini mimpi, jangan dibangunkan dulu. Biarkan ia menikmati mimpi indah ini.
"Sayang, kamu mau baju?" tanya Bara melihat ke arah Aura. Mereka kini berada di sebuah Mall.
Aura langsung mengalihkan pandangannya, jangan sampai Bara tahu dari tadi ia terus memandangi pria itu.
"Tidak usah." ucap Aura menggeleng dan melihat Bara sekilas.
"Atau tas?" tawar Bara lagi. Ia ingin memberikan Aura sesuatu.
Dan lagi Aura menggeleng. Ia tidak butuh itu, karena tasnya masih ada.
"Sepatu?"
"Make up?"
Dan tetap saja Aura menggeleng. "Aku masih ada semua."
Bara berniat membelikan Aura sesuatu, tapi wanita itu malah menolaknya.
"Jadi kamu mau beli apa?" tanya Bara. Apa yang ditawarkannya ditolak Aura.
"Itu, Mas!" tunjuk Aura pada booth penjual minuman. "Aku haus!"
Bara mengangguk. "Sudah, kamu nunggu di sini saja. Biar aku yang ke sana!"
Pria itu meminta Aura menunggunya saja, biar dia yang mengantri. Minuman yang diinginkan Aura cukup ramai antriannya.
Aura menunggu sambil melihat sang kekasih yang sedang mengantri. Bara tersenyum manis membuatnya ikut tersenyum juga.
'Sepertinya aku tidak sedang bermimpi!' batin Aura. Bara memang sedang berada di sisinya.
"Permisi, mbak." Ucap seorang pria menghampiri.
Aura kaget dan melihat ke arah suara. "Ada apa ya?"
"Boleh minta nomor ponselmu?" tanya pria itu sambil menyodorkan ponselnya.
"Aku-"
"Sayang..." panggil Bara menghampiri.
Pria yang meminta nomor ponsel Aura, langsung pergi. Tadi ia mengira wanita itu sendiri, ternyata ada yang punya.
"Apa yang dikatakannya?" tanya Bara tidak senang. Baru ditinggal sebentar saja, Aura sudah ada yang mendekati. Bikin kesal saja.
"Dia mau minta nomor ponsel. Tapi nggak aku kasih!" jawab Aura agar Bara tidak salah paham.
Bara menunjukkan wajah kesal, melihat ke arah pria itu yang sudah berlari pergi. Berani-beraninya menganggu wanitanya.
"Mana minumnya?" tanya Aura. Bara tidak membawa apapun.
"Beli minuman yang lain ya. Sekalian kita makan. Aku lapar." ucap Bara. Antrian minuman itu sudah makin panjang. Jika tetap membeli itu, pasti akan ada lagi yang mendekati Aura jika ditinggal sebentar.
Tak lama mereka makan di salah satu kafe yang masih di area Mall. Keduanya makan dengan saling melempar senyuman. Dengan hati bahagia dan berbunga-bunga pastinya.
"Sayang, pinjam ponselmu!" setelah makan, Bara meminta ponsel Aura.
Tanpa banyak bertanya, Aura menyodorkan saja. Bara menerimanya.
"Sandinya apa?" tanya Bara. Ponsel itu tidak memakai pin tapi kata sandi.
"I-itu... Sini aku ketik saja!" Aura yang akan memasukkan sandinya.
"Sudah aku saja! Apa sandinya?" tanya Bara kembali.
Aura bingung mau memberitahu sandinya. Ia mengganti sandi saat hari pertama jadian mereka. Dan itu ada hubungannya dengan Bara.
"A-aku saja yang ketik!" Aura mengulurkan tangan. Bagaimana pun ia malu mengatakannya.
"Sudah katakan saja, apa sandinya? Kamu jangan takut, aku tidak akan macam-macam pada ponselmu. Cuma mau menghapus aplikasi itu, lalu kita bertukar nomor pribadi." Jelas Bara. Ia tidak memiliki nomor pribadi kekasihnya itu.
Aura ingin mengetik sendiri sandinya, tapi Bara tetap menolak.
"Apa sih sandinya? Kenapa aku tidak boleh tahu?" Bara memicingkan matanya. Apa ada yang dirahasiakan Aura.
"Bukan begitu! Aku-"
"Sayang, katakan!" paksa Bara.
"Mas Baraku." Ucap Aura dan langsung menundukkan kepala. Malunya punya kata sandi ponsel seperti itu.
"Mas Baraku?" tanya Bara memastikan. Ia jadi geli juga.
"Sudah sini kembalikan ponselku!"
Bara menahan tangan Aura. Ia pun mengetik kata sandinya.
"Mas.Ba.ra.ku." Eja Bara. "Sayang, cintaku, aku mencintaimu selamanya. Panjang juga sandi ponselmu!" ledek Bara sambil tertawa-tawa.
"Mas Bara!" Aura sudah malu jadi kesal diledek begitu. Wajah cemberut pun ditunjukkannya.
Bara menghapus aplikasi itu, lalu menyimpan nomor ponselnya di ponsel Aura. Ia juga menelepon ke nomor ponselnya.
Aura meraih ponsel Bara dan melihat foto mereka di wallpaper layar kunci. Ternyata foto mereka yang bergenggaman tangan. "Apa pinnya?"
"Tanggal kita bersama."
Aura mengulum senyum dan menekan sandi tersebut.
"Buat saja nama kontaknya... Aura cintaku!"
Wajah Aura makin merona. "Ketik sendiri!"
Bara jadi senyum melihat Aura. Mendadak wanita itu salah tingkah.
"Ayo, kita pulang saja!" ajak Aura kemudian.
"Pulang?" tanya Bara tidak rela. Ia belum melepas kerinduannya.
"Mas kan baru pulang dinas. Pasti masih capek. Aku nggak mau Mas sakit." ucap Aura dan Bara mengangguk patuh.
Di parkiran, Bara membukakan pintu mobil untuk Aura. Senyum terus mengambang di wajahnya.
"Terima kasih." ucap Aura. Perhatian kecil itu begitu membahagiakan.
Bara naik ke mobil. Ia mengeluarkan sesuatu di dalam dashboardnya. Sudah menyiapkan hadiah spesial untuk sang kekasih.
"Ini untukmu!" Bara membuka kotak kecil itu dan menunjukkan pada Aura.
Wanita itu tampak kaget. Isi kotak itu sebuah kalung. Dan Bara memakaikan di lehernya.
"B?" tanya Aura. Kalung itu berinisial huruf B.
"B itu Bara. Jadi kamu milikku selamanya!" jelas Bara menatap Aura dengan tatapan cinta.
Aura berdebar-debar. Kini debarannya makin kencang. Pria di hadapannya ini perlakuannya sangat manis sekali.
"Sayang..." ucap Bara merangkup wajah Aura. Menatap bibir kemerahan itu.
Selama ini Bara hanya bisa mengecupnya sekilas. Tapi sekarang ia ingin merasakannya.
Aura makin berdebar saat wajah itu makin mendekat. Semakin mendekat wajah Bara, hembusan nafas terasa di wajahnya.
Mata Aura terpejam saat bibir mereka saling menempel. Bara menciumnya.
Mereka saling berciuman beberapa saat. Mencurahkan segala perasaan yang dirasakan.
"Mas!" Aura menahan wajah Bara. Ia kehabisan nafas, pria itu terlalu mendominasi.
Bara kini membawa Aura dalam pelukannya. Memeluk wanita itu dengan sangat erat.
"Aura." panggil Bara.
"Iya, Mas." Jawab Aura masih di dekapan hangat sang kekasih.
"Jangan pernah tinggalkan aku!"
Aura mengangguk.
"Jika kamu sudah tidak mencintaiku, katakan segera padaku. Aku akan berusaha untuk menggembalikan perasaanmu. Jadi jangan pernah berpikir untuk mencari pria lain!" ucap Bara. Ia tidak rela Aura berpindah ke lain hati.
Aura jadi tersenyum. Ucapan Bara mengartikan jika ingin bersama selamanya.
"Iya, Mas." Aura kembali mengangguk.
"Terima kasih, sayang. Aku akan selalu mencintaimu."
Wajah Aura terasa panas mendengar ucapan Bara. Perkataan cinta pria itu mampu menembus hatinya yang terdalam.
"Mas juga, jangan meninggalkanku ya!"
"Aku tidak akan meninggalkanmu!" tegas Bara. Jika ia meninggalkan Aura, ia bisa kehilangan wanita itu selamanya.
"Sayang, kita pulang!" Bara melonggarkan pelukannya dan menatap wanita yang wajahnya sudah memerah.
Aura menggangguk tanpa melihat Bara. Tatapan pria itu sangat meresahkan. Membuatnya terus baper dan berdebar-debar.
Dan sebelum pulang, Bara kembali mencium bibir itu. Kali ini menjelajah dengan penuh kelembutan.
.
.
.
beneran ngga ada lanjutannya???/Cry//Sob/
tolak diantar jemput , macam orang yg selingkuh aja