Guardian Flower

Liara melipat kedua tangannya di dada, kedua matanya terus saja menatap Lionel yang masih terlihat bingung mendengar ucapannya.

Helaan napas lelah keluar dari bibirnya, bahkan gadis itu mencebik kala pria yang beberapa saat lalu menyatakan rasa suka padanya itu masih terdiam.

"Haaah! capek ngomong sama kaleng kerupuk. Udah mah kaku, isinya angin doang, udahlah sana pulang aku mau tidur. Sampe lebaran kuda juga gak bakalan ngerti apa yang aku ucapin!"

Liara berbalik, gadis itu berjalan menuju tempat tidurnya sembari menguap kecil. Kedua kakinya sudah tidak tahan minta di luruskan, pinggangnya pun sama, begitu pula dengan seluruh anggota tubuh lainnya.

"Pulang Simba! nanti kalo Grandpa tau ada cowok di kamar aku, kita bisa dikawinin mendadak," gumamnya di balik bantal.

Liara menelungkupkan wajahnya di bantal, dia enggan menatap pria yang masih belum memahami apa artinya rasa suka, tapi sudah berani mengungkapkannya. Selama bertahun tahun Lionel menghilang, apa yang sudah pria itu lakukan di alam liar?

Pernah menjalin cinta kah dengan gadis lain, atau lebih dari itu. Harusnya Singa tua seperti Lionel tahu bukan apa artinya rasa suka. Suka dalam artian apa? mencintai atau hanya sekedar suka karena kenal.

"Kamu taukan ini bukan Dubai yang lebih beb- HEH! NGAPAIN TIDUR DI SITU?!"

Liara kembali memekik kala melihat Lionel sudah merebahkan diri disisinya. Pria itu melirik tanpa dosa pada Liara yang sudah menegakan kepalanya, sang gadis berusaha bangkit dan menjauh namun tubuhnya tertahan kala sebuah kaki besar menindihnya.

"Aku hanya ingin menemani mu hingga terlelap. Tidurlah, lupakan sejenak ucapan ku tadi. Mungkin kau benar aku tadi sedang mabuk dan-,"

Greep!

Dengan cepat Liara membalikan keadaan, gadis itu berhasil bangkit dan mencengkeram pakaian yang di pakai oleh Lionel. Kedua mata Liara menatap tajam pria yang sedang berada di bawah kuasanya itu.

Kalau di lihat dari jauh, posisi mereka begitu intim dan pastinya Liara yang lebih liar dan dominan.

"Enak banget ya ngomongnya! udah bikin aku mikir jauh kamu mudahnya bilang ' lupakan saja'. Dengar, ini bukan negara asal kamu Simba, aku bisa aja teriak sekencang mungkin terus biarin orang orang komplek gebukin kamu karena sudah berani masuk ke kamar aku tanpa izin. Ini bisa menjerat kamu dalam pasal pelecehan sek-,"

Kedua mata Liara melotot, suaranya berhenti di tenggorokan kala Lionel membalikan keadaan. Pria itu mengukung tubuh kecil Liara, kedua tangan gadis itu Lionel cengkeram dan diletakan diatas kepala.

"Apanya yang pelecehan? memangnya aku sudah melakukan apa padamu? aku hanya bilang, ' bolehkah aku menyukai mu sekarang?' apa ada kata kata ku yang melecehkan mu?" Lionel dengan polosnya berucap seperti itu.

Dia bahkan membiarkan Liara bernapas kasar di depan wajahnya. Singa tua itu terlihat sengaja membuat Sang Bunga Albarack terkena serangan jantung ringan karena ulahnya.

Dada Liara naik turun, terlihat begitu jelas apa lagi saat ini posisi sang Bunga terlihat sangat menantang.

"Ini sudah termasuk pelecehan, kamu nyentuh aku tanpa izin itu sudah termasuk pel-,"

"Menyentuh seperti apa hm? apa seperti ini, Princess?"

Lagi lagi Liara dibuat kalang kabut saat Lionel memberikan sentuhan di wajahnya. Jari jari besarnya dengan lihai menyusuri garis wajah Liara tanpa terlewat.

"Singkirin tangan kamu Simba! aku yakin Daddy gak bakalan lepasin nyawa kamu kalau sampai dia tau. Aku juga gak mau di pegang sama cowok yang enggak cin-,"

"Aku menyukai mu Liara. Suka dalam artian pria dan wanita dewasa, usia mu sudah 21 tahun bukan? usia yang cukup untuk mengerti apa arti hubungan pria dan wanita tanpa status keluarga." bisik Lionel tepat di depan wajah sang gadis.

Liara masih terdiam, dia tidak tahu harus merespon seperti apa sekarang.

Hubungan antara wanita dan pria dewasa tanpa status keluarga? maksudnya Lionel mereka berdua-

"Mungkin usia ku memang cukup jauh diatas mu. Tapi apakah Singa tua ini di perbolehkan memiliki Bunga yang baru mekar seperti mu? kau tahu, bahkan aku bukan hanya ingin memiliki raga mu- tapi apa pun yang ada didalam dirimu seluruhnya,"

Liara semakin tidak karuan, gadis itu terdiam- rontaannya berhenti dan berganti dengan tatapan dalam. Netra keduanya bertemu, saling mengikat dan tidak dapat lagi menghindar. Namun tatapan dalam Liara pada Lionel berubah menjadi heran, kala melihat sebuah cahaya kecil dari balik gorden balkonnya.

"Simba? itu apa?"

Lionel yang tadinya mulai mendekatkan diri pada Liara reflek menoleh saat melihat tatapan sang gadis yang tidak lagi tertuju padanya.

'Sialan!'

Lionel berguling kesamping tempat tidur yang kosong sembari membawa tubuh Liara, hingga tidak lama sebuah peluru tanpa suara menerobos masuk kedalam kamar, menembus kaca pembatas balkon tanpa memecahkannya.

Timah panas itu mendarat di tembok, kalau saja Lionel tidak menghindar mungkin kepala bagian belakangnya akan tertembus peluru.

"Itu apa?" Liara mulai panik.

Gadis itu berusaha bangkit tapi Lionel menahan tubuhnya agar tetap di bawah kuasanya.

"Tetap di tempat mu, jangan bergerak atau bangun. Aku akan segera kembali, menurutlah gadis pintar! jangan keras kepala!"

Lionel seger menjauh dari Liara, pria itu mengeluarkan sebuah pistol dari balik hoodienya dan segera mengokangnya tanpa ragu.

"Simba, kamu bawa pistol?!" pekik Liara tertahan.

Lionel yang hendak membuka pintu balkon reflek menoleh dan berkedip pelan pada sang gadis.

"Iya, ada dibalik celanaku." sahutnya ringan.

PISTOL APE BANG YANG DI BALIK CELANA😜😜