NovelToon NovelToon
Pria Kedua

Pria Kedua

Status: tamat
Genre:Romantis / Contest / Patahhati / Janda / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Tamat
Popularitas:3.8M
Nilai: 5
Nama Author: Lisa

Aira tidak pernah berharap menikah untuk kedua kalinya. Namun dia menyangka, takdir pernikahan pertamanya kandas dengan tragis. Seiring dengan kepedihan hatinya yang masih ada, takdir membawanya bertemu dengan seorang pria.


"Aku menerimamu dengan seluruh kegetiran dan kemarahanmu pada seorang lelaki. Aku akan menikahimu meski hatimu tidak tertuju padaku. Aku bersedia menunggu hatimu terbuka untukku," ujar pria itu.

"Kamu ... sakit jiwa," desis Aira kesal sambil menggeram marah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penjelasan

Kakinya pun melangkah ke arah nakas. Ada bingkai foto kelulusan. Pria itu tersenyum tipis ke arah kamera dengan pakaian toga-nya. Di sampingnya ada seorang perempuan yang dia tahu adalah kakak perempuan Ibrar. Lalu yang satu lagi siapa?

"Dia Mefi, sepupuku," ujar Ibrar yang tahu bahwa Aira sedang memperhatikan foto wisudanya. Kepala Aira menoleh dan mengerjap. Terkejut mengetahui Ibrar sudah ada di ambang pintu. Aira melepas tangannya dari bingkai foto.

Lelaki itu melangkah masuk ke dalam kamar dan mendekat ke nakas. Menyentuh bingkai foto dan membawanya. Memasukkan benda itu ke dalam kotak. "Dia pernah menyukaiku."

Mendengar ini Aira yang sudah mengalihkan pandangan ke arah lain, kembali melihat Ibrar dengan lama. Dia terkejut. Heran. "Aku tidak bertanya." Aira seperti menegaskan bahwa dia tidak memerlukan keterangan atau penjelasan yang di bicarakan Ibrar barusan.

Ibrar yang awalnya menunduk dan membereskan barang, kini menegakkan tubuh lalu menoleh pada Aira.

"Walaupun begitu, kamu perlu tahu. Selain karena hal itu, dia sepupu yang merepotkan. Aku ingin kamu menghindarinya jika bertemu nanti."

"Aku tidak akan bertemu dengannya." Aira yakin itu.

"Sebagai bagian dari keluargaku, suatu saat pasti kalian bertemu."

"Walaupun begitu, aku tidak perlu khawatir."

"Aku harap begitu. Namun aku tetap khawatir." Ibrar menatap Aira dengan penuh perhatian. Bola mata Aira mengerjap.

"Sebaiknya barang-barang ini segera di pindahkan." Aira memutus tatapan Ibrar dengan membicarakan hal lain.

"Maaf. Pasti kamu lelah. Aku akan segera membereskannya." Ibrar langsung meraih barang-barang yang perlu di pindahkan dengan tempo yang sedikit lebih cepat dari tadi.

"Lebih baik meminta bantuan orang lain. Kamu bisa membayarnya nanti. Itu lebih praktis dan tidak melelahkan." Aira punya usul.

"Aku tidak mau sembarang orang masuk rumahku saat ada kamu. Aku juga tidak ingin orang di luar tahu, soal pisah kamar tidur ini. Kita baru menikah, ini sangat tidak masuk akal." Ibrar mengatakan itu tanpa menoleh pada Aira.

"Sudah aku katakan sejak awal, bahwa aku ..."

"Kamu tidak mencintaiku. Aku tahu," potong Ibrar. Bola matanya memandang perempuan ini. "Tidak perlu di perjelas lagi aku paham bahwa kamu belum bisa menerimaku dengan hatimu. Kalimatku tadi bukan suatu keluhan. Aku tidak mengeluh soal kamu yang masih menutup ruang di hatimu untukku. Aku mengerti. Aku hanya ingin kamu dan aku tidak terlihat buruk sebagai pasangan yang baru menikah di depan banyak orang" Sekali lagi tatapan Ibrar menancap di bola mata Aira dengan dalam.

Tatapan itu mengusiknya. Sorot mata penuh cinta itu membebaninya. Aira hanya bisa menghela napas dan mengalihkan pandangan ke arah lain.

...----------------...

...----------------...

Aira sudah bekerja lagi hari ini. Dia berniat berangkat sendiri, tapi Ibrar memintanya untuk berangkat satu mobil. Ibrar tentu tidak mau membiarkan istrinya berangkat sendiri.

"Turunkan aku sebelum sampai di gedung mall. Aku tidak mau ada orang tahu bahwa aku satu mobil denganmu," pinta Aira. Ibrar patuh. Aira mau ikut dalam satu mobil dengannya saja, dia merasa beruntung.

Seperti yang sudah di katakan, Ibrar menurunkan Aira sebelum gerbang masuk pelataran parkir.

"Hati-hati, Ai." Aira tidak mendengar apa yang di katakan Ibrar barusan. Dia memilih segera menjauh dari mobil milik Ibrar. Dia tidak ingin orang-orang akan menemukannya.

Yeri muncul dari arah berlawanan. Karena jalan antara yang membawa kendaraan dengan berjalan kaki memang berbeda. Setengah mempercepat langkahnya, Yeri mendekati Aira.

"Hei, pengantin baru," bisik Yeri. Aira menoleh dengan wajah datar. "Kenapa jalan? Suami kamu mana?" tanya Yeri heran.

"Ada," jawab Aira.

"Kenapa enggak bareng? Eh, lupa. Kalian kan enggak publikasi soal pernikahan ini ke banyak orang. Padahal Pak Ibrar sangat oke untuk di pamerin," ujar Yeri membuat Aira menatap tajam.

"Berhenti."

"Oke. Paham. Aku bercanda. Padahal aku bahagia kamu nikah sama Pak Ibrar, tapi kamunya terlihat menderita. Heran."

"Aku belum siap, Yer. Kamu tahu itu."

"Meskipun itu gantengnya selevel pak Ibrar suamimu?"

"Ini bukan soal level ganteng atau enggak. Jangan bahas itu. Aku lelah."

"Iya ... Kita bahas yang lainnya saja." Yeri menggandeng lengan Aira dan berjalan bareng. Dia tahu maksud Aira. Setelah menikah, kita akan tahu bahwa yang tampan saja tidak di perlukan dalam pernikahan. Aira pernah mengatakan itu dengan wajah kecewa. Dalam pernikahan yang di perlukan adalah kesetiaan dan tanggung jawab.

Hito yang masuk sift pagi sudah senyum-senyum tidak jelas melihat kemunculan Aira. Yeri langsung melihat Hito dengan bola mata menyipit.

"Apaan cengar-cengir begitu?" tanya Yeri.

"Enggak. Enggak ada." Hito tersipu.

"Kamu mau ucapkan selamat pagi ke kakak iparmu?" tanya Yeri lagi. Aira melihat Hito yang tersipu mendengar Yeri bicara seperti itu. "Ayo, silakan." Yeri mempersilahkan.

"Selamat pagi, kak Aira," sapa Hito membuat Yeri dan Aira tergelak.

"Lagakmu, To. Baru saja deket sama Kisi udah berlagak kayak mau jadi suaminya saja." Yeri mendorong tubuh Hito dengan jarinya. "Minggir. Kita mau lewat."

"Biarin saja Yer. Kali aja ini memang jodohnya, tapi awasss kalau ternyata menyakiti adikku," ancam Aira.

"Enggak percaya banget sih, Ai." Hito berlagak menggerutu.

"Aku enggak percaya sama semua lelaki," jawab Aira tanpa sadar.

"Udahhh ... kita masuk saja. Tinggalin si Hito di sini." Yeri paham. Dia pun menarik lengan Aira untuk masuk ke kantor.

Ibrar muncul di depan ruangan Pak Yuta. Dia sudah akan kembali ke ruangan dan berpura-pura tidak melihat. Namun Pak Yuta yang barusan muncul dari ruangannya memanggil.

"Aira!" Ibrar terkejut mendengar Yuta memanggil istrinya. Kaki Aira berhenti. Yuta melambai memanggil Aira. Wanita itu melangkah.

"Ada apa memanggil Aira?" tanya Ibrar sebelum Aira sampai pada tempatnya.

"Aku mau mengajaknya makan siang."

"Kenapa?"

"Bukannya kita mau makan siang. Sekalian saja mengajak istrimu." Yuta tersenyum saat Aira sudah tiba di depannya. Ibrar melirik ke arah Aira.

"Bapak memanggil saya?" tanya Aira dengan tidak menoleh sekalipun pada Ibrar.

"Iya. Aku mau mengajakmu makan siang." Yuta tersenyum sambil menjawab pertanyaan Aira. Kali ini bola mata Aira melirik ke arah Ibrar. Tatapan menuduh. Dia mengira Ibrarlah yang meminta untuk mengajaknya makan siang. "Ibrar enggak tahu kalau aku memanggilmu untuk mengajak makan siang."

"Maaf, saya akan makan siang dengan Yeri," ucap Aira berbohong.

"Kebetulan. Aku juga akan mengajak Yeri makan siang." Yuta membuka pintu ruangan HRD dan memanggil Yeri yang tengah duduk di kursinya sambil memainkan ponsel. "Yer." Gadis ini kaget saat pak Yuta kembali lagi ke ruangan dan memanggilnya.

"Iya Pak."

"Ayo ikut kami keluar untuk makan siang," ajak Yuta. Yeri heran. "Aku tahu kamu akan makan siang dengan Aira. Jadi aku juga mengajak Aira." Yuta melebarkan pintu menunjukkan bahwa Aira ada di luar. Yeri tersenyum. Meskipun dia tahu bahwa Aira berbohong kalau akan makan siang dengannya, tapi saat pak Yuta mengajaknya makan siang, itu adalah kebahagiaan.

Siapa yang tidak bahagia kalau di ajak makan siang gratis.

"Baiklah, Pak. Saya ikut," ujar Yeri bahagia. Padahal Aira tadi sudah memberi kode untuk menolak. Namun Yeri sudah terbujuk oleh makan siang gratis di benaknya. Ibrar melihat raut wajah Aira. Dia tahu bahwa Aira tidak berminat untuk ikut makan siang. Apalagi dengannya.

1
Inah Ilham
sudah baca 30 episode baru nyadar klo ini karya lady_ Ve, pantes mc nya wanita muda yg tangguh
Lienda nasution
alah....ceritanya bertele tele thor
Tri Lestari Endah
Dari awal sampai disini ceritanya buat greget
banyak pelajaran yang di dapat

berharap ada bonchap sampai aira melahirkan
masih terbawa kesel sm nara dan eros
rasa sakit dan trauma aira belum sebanding sakitnya nara dan penyesalan eros
Latifah Latifah: setujuuu
total 1 replies
Ririnyulianti Yulianti
Luar biasa
Bang Juky
umur 16 si aira dah kerja ya
Anik kartin
banyak pesan moral yg disampaikan pada tiap tokohnya..semoga kita bisa belajar dr tiap kejadian dan mengambil hikmahnya...semangat kak untuk karya selanjutnya..
Anik kartin
bukan cinta....tapi DOSA
Yomita Hervina
agak aneh ibrar jg ngomong wanitaku saat di dpn yuta n wira jg jk ga salah.kl sdh sprti itu kesannya dia mmg pny affair dgn prmpuan tsb,kecuali kl itu dia lakukan di dpn org asing/bukan kenalan.
Sri Widjiastuti
tegas mu telat eros
Sri Widjiastuti
oalah nduk2 sdh tau rasanya jd pencuri. sekarang parno kecurian
Sri Widjiastuti
adakah sosok ibrar beneran, hari gini😇😇
Tiadayanglain
Betul tu nara
Aira masih sangat ingin dekat eros
Buktinya dia masih g bisa move on
Tiadayanglain
Kok aneh perempuan ni udah di sakitin tapi kok susah move on
Kesan nya kayak perempuan bodoh
Tiadayanglain
Aneh kakak kok hri tu ibrar ngaku wanitaku
Tiadayanglain
Nah pelihara anak haram MU eros
Anak dalam nikah meninggal
Jadi aira ga da iktan lagi
seru_seruan
aku ngulang baca entah keberapa kalinya.
kalo Aira, kakaknya Ibrar dijodohin sama Yuta gimana y...?
Nurazmi Azmi
Kok nggak di cerita in Aira itu masih hamil apa keguguran ya, YG jelas dong Thor jangan bikin bingung
Adelia ZahrotusShifa
terus semangat berkarya thoooor
Sriza Juniarti
lanjut kk🥰💕
Sriza Juniarti
alurnya bagus saya suka🥰💕
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!