NovelToon NovelToon
Terjebak Cinta Dewi Hijab

Terjebak Cinta Dewi Hijab

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Spiritual / Mengubah Takdir / Romansa / Bad Boy
Popularitas:972
Nilai: 5
Nama Author: Pearlysea

Hanina Zhang, merupakan putri seorang ulama terkemuka di Xi’an, yang ingin pulang dengan selamat ke keluarganya setelah perjalanan dari Beijing.

Dalam perjalananya takdir mempertemukannya dengan Wang Lei, seorang kriminal dan kaki tangan dua raja mafia.

Hanina tak menyangka sosok pria itu tiba tiba ada disamping tempat duduknya. Tubuhnya gemetar, tak terbiasa dekat dengan pria yang bukan mahramnya. Saat Bus itu berhenti di rest area, Hanina turun, dan tak menyangka akan tertinggal bus tanpa apapun yang di bawa.

Di tengah kebingungannya beberapa orang mengganggunya. Ia pun berlari mencari perlindungan, dan beruntungnya menemui Wang Lei yang berdiri sedang menyesap rokok, ia pun berlindung di balik punggungnya.

Sejak saat itu, takdir mereka terikat: dua jiwa dengan latar belakang yang berbeda, terjebak dalam situasi yang tak pernah mereka bayangkan. Bagaimana perjalanan hidup Dewi Hijab dan iblis jalanan ini selanjutnya?

Jangan skip! Buruan atuh di baca...

Fb/Ig : Pearlysea

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pearlysea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ngebut Transaksi

Bos Lou sheng menyeringai tipis lalu memutar kembali kursinya menghadap lukisan Babi.

Melangkah masuk ke ruangan belakang. Kutanggalkan jaketku lalu mengenakan Hoodi hitam, topi, dan masker kain dengan motif tengkorak. Cermin di dinding memantulkan bayanganku yang sekarang mirip perampok kelas bawal.

Langkah-langkahku menggema samar di lantai beton saat  keluar dari ruang ganti, menyatu kembali dengan aroma lembap khas ruang bawah tanah yang sudah akrab di hidung.

Dai Feng, Ah Ming, dan Lou Hu sudah bersiap di dekat pintu besi utama. Ketiganya mengenakan pakaian kasual hitam, headset kecil menempel di telinga mereka. Ah Ming menatapku sambil mengangkat dagu, memberi isyarat singkat. Lou Hu berdiri dengan tangan bersedekap, matanya tajam seperti biasa, memindai sekeliling.

"Rute masih sama?" tanyaku.

"Rute B. Lewat jalan belakang pasar, hindari pusat kota. Polisi lagi patroli di jalur utama," jawab Dai Feng sambil menyalakan tablet kecil yang menunjukkan peta dengan titik-titik hijau dan merah.

"Mobil?" tanyaku lagi.

"Van putih, plat palsu. Sudah standby."

Aku mengangguk, "Bagus, tapi seperti biasa aku naik motor kesayanganku, kalian jalan di rute B biar aku menemui polisi dan mengelabui mereka. Setidaknya mereka tidak curiga kalau ada penyelundupan."

"Setuju." sahut Lou Hu.

Aku lalu menoleh ke Ah Ming, "kau pegang koper."

Xiao Meng mendekat, menyerahkan koper sakral itu ke tangan Ah meng. Berat koper itu bukan karena uang, tapi karena maknanya, di dunia kami, sebuah koper bisa berarti nyawa puluhan orang, perjanjian antar geng, atau bahkan pemicu perang kecil.

Setelah semua siap, kami pun memisahkan langkah. Ketiga bodyguard keluar menuju basement tempat kendaraan ilegal terparkir. Sementara aku keluar ke rute yang sama saat aku masuk.

Angin luar menerpa wajahku begitu keluar dari ruko tua. Tak buang waktu lagi, segera ku kenakan helm, mengencangkan maskerku lebih rapat, menaiki motor, dan melesat perlahan keluar dari halaman ruko, menyusuri jalur sempit gang belakang.

Aku harus lebih cepat dari mereka. Tujuanku bukan sekadar menjadi umpan, tapi memastikan jalur benar-benar bersih. Beberapa tikungan kulewati dengan manuver cepat, melewati lapak-lapak ikan yang sudah sepi.

Setelah melewati pasar belakang dan memotong gang sempit penuh grafiti, aku sampai di tikungan jalan utama. Di kejauhan, lampu sirene biru dari mobil patroli terlihat, dua unit.

Aku langsung memutar gas, dan mengarah ke sana, pura-pura jadi anak jalanan ugal-ugalan.

"Unit 2 dan 3 bergerak ke arah timur, titik rawan bersih," suara Dai Feng terdengar di headset yang kupasang di balik helm.

"Salurkan perhatiannya ke sini," gumamku pelan. Motor kugas sedikit ke trotoar, sengaja membuat kebisingan. Dan benar saja_

"Woi! Berhenti!" suara salah satu polisi terdengar lantang. Mereka melambaikan tangan, memberi isyarat menyuruhku berhenti.

Aku menginjak rem dengan kasar, berhenti setengah meter dari mereka. Satu polisi wanita mendekat, sementara yang lain siaga di samping mobil.

"Siapa kamu? Mau ke mana ugal-ugalan begitu?"

"Mau main ke rumah nenek, Bu." kataku santai.

"Buka helm! buka masker!"

Aku pun membukanya. Mata polisi cantik itu menyipit.

"Kenapa, Bu?" tanyaku.

"Matamu yang kenapa? Sakit?" tanyanya tegas, tapi ekspresinya sinis. Dia mulai kena jebakanku. Sengaja kubuat mataku seakan- akan juling dua-duanya.

"Dari lahir sudah seperti ini, Bu. Ada masalah apa ya, Bu?" tanyaku lagi dengan senyum idiot yang kubuat-buat.

"Kau tanya masalahmu apa? Kau ngebut di jalan raya yang beresiko terjadi kecelakaan!" omelnya, aku menyengir sambil garuk-garuk ketiak yang tidak gatal, membuat polisi wanita itu menyeringai ilfil.

Satu polisi pria melangkah lebih dekat, kini berdiri di sisi motorku. Tatapan matanya tajam menilai postur dan bentuk wajahku. Aku kenal dia salah satu polisi yang ikut menjebloskanku ke penjara, tapi aku tak takut sama sekali.

"Kau mirip tahanan yang baru bebas tiga bulan lalu. Dia ditangkap karena ketahuan ngebut malam-malam pakai motor curian dan helm bergambar tengkorak. Kau tahu apa yang kami lakukan pada orang yang suka main-main dengan hukum?"

Aku mengangkat kedua tangan pelan, masih duduk di atas motor, memasang tampang bingung nan culun.

"Loh Pak? Kalau aku cuma pengantar makanan bukan pencuri. Tapi ya... Kadang suka cosplay juga buat konten Douyin,  Boleh dicek, akunku ‘@MotorJuling’. Ada semua videoku di situ."

Polisi itu mundur setengah langkah, jelas terlihat ragu. Tatapannya bergantian antara mataku yang juling dan helm yang kini kugenggam di tangan kiri.

"Identitasmu?" tanyanya pendek.

"Ada. semua surat-surat lengkap."  jawabku tersenyum bangga.

Merogoh saku celana dan mengambil dompet.

Kusudorkan surat-surat kendaraan dan KTP palsu_Nama dan alamatnya bukan milikku, dan wajah di foto juga bukan milkku, hanya memang kebetulan saja lumayan mirip lalu di edit matanya jadi juling.

Polisi itu menerima KTP palsuku dan mulai memeriksanya. Wajahnya terlihat serius, tapi tak curiga. Sistem mereka memang canggih, tapi kami lebih canggih.

Di bawah nama 'Yuan Haotian', data lengkap dengan riwayat hidup, alamat, dan status, bahkan catatan pajak muncul di sistem. Semua terlihat bersih. Profesional.

KTP itu bukan hasil kerja sembarangan. Dibuat oleh Xiao Ren, salah satu anak buah Lou Sheng yang dulunya adalah teknisi data kependudukan pemerintah sebelum diculik dan dipelihara oleh organisasi.

"Data valid," gumam si polisi sambil menunjukkan layar tablet ke rekan wanitanya.

Polisi wanita yang tadi sempat sinis, kini mendecak kecil.

"Lain kali jangan ugal-ugalan. Kami bisa tilang kamu."

Aku mengangguk cepat, berlagak panik dan bodoh.

"Ooh iya, Bu. Tentu aku bakal hati-hati lagi lain kali, terima kasih..."

Dengan cepat kukenakan kembali helmku, lalu tancap gas pelan. Saat motor mulai menjauh, aku tertawa kecil di balik masker.

Dunia mereka masih percaya pada sistem yang bisa dibobol dengan harga dua juta yuan dan sebotol whisky murahan.

Di telingaku, suara Dai Feng terdengar lagi.

"Rute bersih. Kami sudah sampai titik pengumpulan. Kau berhasil, Lei"

"Bukan aku," kataku pelan.

"Tapi tim pemalsu identitas kita yang lebih bisa dipercaya dari pengacara."

Aku pun mempercepat laju motor, menyusuri jalan  menuju pertemuan membawa nama besar Lou Sheng. Meskipun penampilanya nyentrik dan gaya bicaranya seperti pelawak opera, skill mafianya tidak bisa di remehkan begitu saja.

Dia bisa jadi sangat kejam kalau kesabaranya dipermainkan, dan kalau kesabaranya habis dia bakal menggiling manusia seperti menggiling Babi. Itu kenapa Organisasinya di beri nama Babi Giling. Terdengar lucu tapi sebenarnya mengerikan.

•<•<•<•<•<•<•<•Pearlysea<•<•<•<•<•<•

Gedung 17, pelabuhan utara.

Memasuki kawasan itu perlu rute rumit dengan jalan bebatuan yang tak mudah dilalui.

Semakin jauh masuk, suasana semakin gelap dan senyap dengan dipenuhi pohon bakau yang tumbuh liar di tepi jalan pesisir pantai.

Pelabuhan itu sudah lama ditinggalkan, tak lagi tercatat dalam jalur logistik resmi. Justru itu yang membuatnya sempurna. Tak ada lalu lintas, tak ada saksi. Dan rutenya? Sudah dipastikan aman, tak ada patroli, tak ada gangguan.

Setelah 10 menit berjuang, akhirnya aku memasuki area gedung tua yang di kelilingi beberapa bangkai kapal besar yang sudah berkarat. Dua mobil putih dan hitam terparkir saling berhadapan, menunggu kedatanganku.

Aku menurunkan standar motor perlahan. Mataku menyapu sekitar, memperhatikan sudut-sudut gelap dan atap-atap kontainer. Tak ada pergerakan mencurigakan, tapi dalam dunia seperti ini, bahaya terus mengintai.

Begitu aku turun dari kendaraan, langkahku mendekati mobil Van putih. Orang-orangku mulai turun. Satu orang membawa koper, sementara kedua bodyguard yang lain memegang senjata api untuk berjaga jaga.

Aku memimpin jalan mereka dengan langkah tegas dan penuh percaya diri ke arah titik tengah pertemuan.

Dari dalam mobil hitam itu pun nampak seorang pria berjas abu abu silver turun di kawal 4 pengawal bersenjata, melangkah dengan angkuh.

Pelanggan lama. Yun Qingshan. Seorang penguasaha dan menantu wali kota.

"Kode?" tanyanya, singkat.

"Kilat malam," jawabku pelan.

Dia mengangguk. Salah satu bodyguard menyerahkan koper ke tanganku, aku melemparkannya ke bawah dan membungkuk  membukanya, memastikan isinya, beberapa paket, pil dan serbuk putih, dibungkus rapi dalam plastik vakum.

"95 persen murni," kataku. "Satu gram lebih buruk dari itu, aku kembalikan ke lubang hidungmu."

Dia menyeringai lalu menyerahkan satu flashdisk ke arahku. "Kamu tahu cara pakainya."

Dompet kripto. Diisi dengan 0.8 BTC. Sesuai janji.

Tapi sebelum aku berbalik, dia berkata pelan,

"Hei Wang Lei... kau dengar kabar? Ada yang pasang harga untuk kepalamu."

Aku menyeringai tipis. "Mereka harus antre."

Setelah transaksi selesai, kami mundur perlahan, tetap saling berhadapan dengan senjata terarah dan tatapan tajam penuh kewaspadaan. Langkah demi langkah menjauh, hingga akhirnya masing-masing kembali ke kendaraan tanpa satu kata pun terucap.

Ku lajukan motor dengan belokan curam meninggalkan tempat pertemuan dan mulai benapas lega, transaksi kali ini kembali dengan hasil memuaskan tanpa kendala apapun. Sekarang yang ada di pikiranku hanyalah bayangan wajah Hanina yang sendu dan entah kenapa membuatku agak rindu. Sial!

1
Siti Nina
Astaga ada" saja tuh kakek" bikin emosi jiwa 😅
Siti Nina
👍👍👍👍👍
Siti Nina
👍👍👍
Siti Nina
👍👍👍👍👍
Siti Nina
Waw,,,sangat menarik ceritanya keren banget 👍👍👍
Siti Nina
oke ceritanya 👍👍👍
Siti Nina
Mampir thor salam kenal kesan pertama menarik ceritanya keren kata"nya juga enak di baca 👍👍👍 tapi yg like nya dikit banget padahal oke banget ceritanya 👍👍👍🤔🤔
Nalira🌻: Salam kenal juga, Kak...🤝🏻
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!