BOCIL HARAP MENEPI DULU.
*
"
Valencia Remi, seorang gadis muda usia 19 tahun dari desa. Dia memiliki rambut hitam panjang dan mata coklat yang indah. Senyumnya manis dan lembut, membuat semua orang jatuh cinta pada-nya. Cia Pergi ke kota jakarta untuk mengejar impian kuliah di universitas.
*
Cia berteman dengan seorang yang sudah lama tingal di jakarta dan memperkenalkan Kehidupan malam kota yang glamor.
*
Cia mulai terjebak dalam pergaulan bebas dan mengenal Aksa yang menawarkan Kehidupan mewah.
*******
"Jadi Cewek Gue, makan seluruh kehidupan Lo....Gue yang tanggung." Kata Aksa.
*
"Kamu tau kan ? Aku sudah punya pacar." Jawab Cia.
*
*
Penasaran dengan pilihan Cia ? Yuk ikuti kisahnya..!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12. Ruang VIP Panas
0o0__0o0
Jam 21.00 WIB Black Night Cafe, Ruang VIP...!!!
"Kenapa Lo selalu menghindari gue, Hem..?" Tanya-nya dengan suara rendah. menatap lekat bola mata coklat milik Cia, yang bergerak tak tenang.
Cia menarik mundur kepala-nya karena dia sudah tidak kuat lagi berdekatan dengan Aksa. Suara-nya dan tatapan mata-nya membuat tubuh-nya merasa aneh.
Meremang, Panas-dingin dan jantung berdetak kencang. Itulah yang saat ini Cia rasakan.
Aksa meng-geser tubuhnya lebih dekat ke arah Cia, namun Cia terus-menerus meringsut kesamping. Hingga akhirnya dia terpojok.
Aksa menyeringai tipis "Jawab pertanyaan gue, Valen". Desak-nya. Memanggil nama khusus untuk Cia.
Cia menahan dada Aksa dengan kedua tangan'nya, alis-nya mengerti bingung. "Valen ? Ulang-nya gugup. Jarak ke-dua'nya begitu dekat hingga membuat Cia kesulitan bernapas.
Aksa tersenyum tipis dengan kepala mengangguk singkat "Hem...Valen Nama kesayangan dari gue buat Lo seorang." Jelas-nya bangga.
Mata Cia melotot terkejut, Enteng sekali Aksa kasih nama kesayangan buat cewek orang. Pacar Cia sendiri tidak pernah membuatkan nama kesayangan untuk-nya.
Lantas Aksa ? Dengan bangga-nya menyebutkan nama kesayangan untuk Cia yang notabene bukan siapa-siapa untuk-nya. Mereka hanya dua orang asing yang baru 3 kali ketemu.
"Masih tidak mau menjawab ? Maka gue akan buat Lo tidak bisa menghindar dari gue lagi". Ujar'nya sungguh-sungguh.
Cup..!
Aksa menempelkan bibir-nya ke bibir Cia. Dia terdiam menunggu reaksi Cia dan Aksa melihat Cia diam yang perlahan mulai memejamkan mata-nya.
"Gue anggap Lo Setuju" Bisik-nya lembut. Tepat di depan bibir Cia.
Cia masih diam dengan mata terpejam, dia tidak mengangguk dan juga tidak meng-geleng. Cia dilema sendiri. Hingga akhirnya Aksa melumat lembut bibir-nya.
Tubuh Cia bergetar, desiran aneh mulai merayap di tubuh-nya. Seperti tergelitik oleh ribuan kupu-kupu. Ini kali ke-dua Cia berciuman dengan lawan jenis dan itu bersama Aksa.
Aksa tentu saja menyeringai puas dalam hati, karena dia mendapatkan jackpot yang tidak main-main.
Aksa semakin melumat bibir Cia lebih dalam lagi, dia meng-gigit bawah Cia yang senantiasa tertutup rapat. Cia terkejut dan itu di manfaatkan oleh Aksa untuk menelusup-kan lidah'nya.
Mmpt..!
Tangan Cia mulai naik memeluk leher Aksa. Saat merasakan lidah Aksa menyelusuri seluruh rongga mulut-nya. Cowok itu mengabsen deretan gigi rapi Cia. Lidah'nya bergerak liar di dalam sana dengan lihai.
Ciuman Aksa semakin dalam, semakin menuntut. Dia mulai terbakar gairah. Rasa lembut, kenyal dari bibir Cia mampu membangunkan aset-nya di bawah sana.
"Enggh...!"
Cia melenguh, nafas'nya mulai menipis. Namun tidak mau mengakhiri. Tangan-nya bergerak meremas lembut rambut Aksa untuk menyalurkan sensasi aneh, namun terasa nikmat.
Aksa semakin menekan tengkuk Cia, guna mem-perdalam ciuman-nya yang semakin memanas dan meng-gebu. Tangan satunya mulai mengelus paha putih Cia yang terekspos, karena rok pendek-nya tersigap ke atas.
Cia merasa tubuhnya semakin meremang, otak-nya mendadak kosong. Ciuman Aksa mampu menenggelam-kan gadis desa polos itu ke dalam lubang kenikmatan sesaat. Namun meninggalkan kesan mendalam bagi gadis-nya.
Mata Cia senantiasa terpejam rapat, dia begitu menikmati ciuman yang begitu memabukkan untuk diri-nya. Sampai akhirnya Aksa melepas paksa lumatan-nya.
Cia membuka mata-nya dengan kepala mendongak ke atas, bibir-nya terbuka setengah menghirup rakus udara. Sedang-kan Aksa mulai menjelajahi leher jenjang-nya.
Nafa Cia memburu naik-turun, Dia menghirup rakus udara untuk mengisi oksigen yang menipis. Sapuan Lidah Aksa yang menari-nari di lehernya, semakin membuat'nya tenggelam dalam rasa yang sulit di jelaskan.
Pelan tapi pasti tangan Aksa mulai melepas satu persatu kancing kemeja Cia. Aksa sebagai pemain, jelas paham membuat lawan-nya tak berdaya.
Cia yang sudah terbuai, jelas tidak sadar jika kancing kemejanya sudah terbuka semua. Bahkan sudah lepas dari tubuhnya. Hawa panas yang menjalar di tubuh'nya tidak mampu mengalahkan dingin'nya AC yang ada di dalam ruangan itu.
Terbukti dengan Cia yang diam tidak berontak, justru malah menikmati sensasi yang ber-geliaran di tubuh-nya. Pertama kali dalam hidup, ada cowok yang menyentuh tubuh-nya dan membiarkan begitu saja.
Satya sebagai kekasih Cia selaman 2 tahun pacaran, tidak pernah menyentuh-nya. Mereka hanya berpegang tangan dan berpelukan sebentar.
"Sssttt...Aksa''
Cia mendesis Lirih saat hisapan Aksa semakin kuat, hingga kini seluruh leher jenjang Cia di penuhi oleh hasil karyanya.
Bau harum tubuh Cia semakin membuat Aksa tak terkendali. "Gue menyukai bau harum yang ada di tubuh Lo, soft dan menengkan. Namun juga memabukkan" Bisik-nya sensual.
Aksa menjilat daun telinga Cia dan itu sukses membuat tubuh gadis desa itu semakin merinding, tegang, Takut, semua bercampur jadi satu. Namun tangan'nya tidak bergerak mendorong kepala Aksa,
Cia menikmati setiap sentuhan dan sensasi aneh yang menjalar di tubuh-nya. Dia semakin memeluk erat leher Aksa seolah menyalurkan semua rasa yang menyerang tubuh'nya.
Tangan Aksa mulai meremas Dada padat Cia yang ber-ukuran 40D. Kenyal, kencang dan terasa pas di genggaman tangan lebar'nya.
Aksa tidak puas hanya menyentuh dari luar bungkus kacamata, dia menarik ke atas pembungkus itu. Hingga kini tangan'nya bisa bebas menyentuh gundukan-nya dengan langsung.
Tangan Aksa bergerak pelan tapi pasti, mengelus lembut, memelintir pucuknya lalu meremas manja. Namun sangat memabukkan untuk Cia rasakan.
"Aksa....Aku merasa ingin pipis" Ujar'nya Polos. Di area bawah-nya terasa ingin mengeluarkan sesuatu namun masih Ia tahan.
Cia merasa tubuhnya seperti tersengat aliran listrik, dia meremang sampai menjalar ke seluruh tubuh-nya. Bagian bawah-nya seperti ingin mengeluarkan sesuatu. Namun Cia tidak paham itu apa.
Aksa menarik mundur kepala-nya, setelah puas bermain-main di leher jenjang Cia. Ia menatap tubuh Cia yang bagian atas'nya sudah polos.
"Valen, Lo terlihat sangat sexy. Jangan biarkan orang lain melihat bahkan menyentuh tubuh Lo ini." Ujar'nya tiba-tiba tak rela.
"Semua yang ada di dalam milik Lo ini...'' Tangan Aksa mengelus tubuh Cia dari atas sampai bawah. "Hanya Milik Gue, Paham Valencia ?" Sambung-nya dingin.
Tatapan Aksa menajam, menghunus dingin ke dalam bola mata coklat milik Cia. Hingga tanpa sadar Cia mengangguk patuh, tubuh'nya bergetar takut. Namun dia tidak ingin lari dari sana.
Aksa tersenyum tipis "Bagus Valen" Ujar'nya lembut. Aksa merebah-kan tubuh Cia di atas sofa dengan pelan.
Cia hanya diam dan menurut, Logika-nya berjalan, namun tubuh-nya menolak mentah-mentah.
Aksa melepas kaosnya, lalu dia buang asal. Tubuh-nya terasa panas melihat pemandangan di depan mata-nya, yang semakin membuat diri-nya kesulitan mengontrol hawa napsu'nya.
Aksa cowok normal dan dia seorang player, jadi dia tidak mungkin menyia-nyiakan ikan segar yang sudah tergelepar di bawah kendali-nya.
Cia melotot terkejut, melihat tubuh kekar Aksa yang begitu sangat sikspex Dengan perut kotak-kotak yang di penuhi oleh deretan roti sobek. Wajah Cia memerah, dengan jantung yang semakin berdisko.
Aksa mengukung tubuh Cia dengan ke-dua tangan'nya bertumpu di sisi tubuh-nya. "Masih mau lanjut, Hem ?" Tanya-nya serak ngebas.
Cia diam beberapa detik, lalu mengangguk ragu-ragu. Aksa langsung tersenyum tipis.
Laki-laki itu kembali mencium bibir bengkak Cia dengan meng-gebu, tangan'nya mulai berjalan-jalan di atas perut rata-nya. Perlahan, lembut, tapi pasti.
Cia seketika meremang kembali, sesekali dia mengerang kecil menikmati permainan Aksa. Kini Cia mulai lupa daratan dengan apa yang dia lakukan, semua nasehat ayah dan ibunya terlupakan begitu saja.
Aksa mulai menurunkan kepala-nya di atas gunung kembar milik-nya, Ia mengamati bentuk-nya begitu sangat menggiurkan layak-nya uang korupsi yang menunggu di sikat.
Tangan-nya memelintir pucuk dada'nya yang sudah mencuat tinggi, dengan warna pink indah. Aksa sungguh tidak sanggup menahan-nya lagi, dia langsung melahap pucuk-nya, menghisap, mengulum dengan rakus.
"Ah...Enggh..Aksa..." Cia mendesah, mengerang. Merasa aneh pada pada reaksi tubuh-nya, darah-nya berdesir hebat. Apalagi hisapan dari mulut Aksa semakin cepat, kuat dan intens.
Aksa begitu semangat memainkan pucuk milik-nya, bahkan dia meng-gigit pelan dengan gemas. Tangan-nya mulai turun ke bawah, menyigap ke atas rok span Cia sampai sebatas perut'nya.
Aksa merasa semakin sesak, Pusaka'nya semakin mengembang sempurna di balik Boxer'nya. Saat tangan-nya mulai mengusap milik Cia dari luar celana dalam-nya.
"Sial, rasanya begitu tembem dan sudah basah." Aksa semakin panas dingin, dia ingin segera melahap milik Cia.
"Aksa...Stop. Aku merasa geli." Ujar'nya. Mendesis, meremang sekujur tubuh'nya namun juga merasa ke enakan. Semua bercampur jadi satu.
Aksa melepas kuluman-nya setelah puas bermain-main di ke-dua gunung kembar milik-nya. Yang kini sudah penuh dengan jejak merah yang tertinggal di sana.
Aksa menatap Cia yang terus mendesah, mengerang dan mendesis. Tanda bahwa dia begitu menikmati permainan yang Aksa lakukan pada tubuh-nya.
Aksa menatap wajah Cia yang sudah sangat memerah dan di penuhi oleh peluh. Mata-nya terpejam dengan mulut setengah terbuka. Mengerang, mendesis, mendesah terus menerus.
"Cantik, dan terlihat sexy, penuh godaan" Bisik-nya rendah. Tepat di depan bibir Cia. Dengan tangan di bawah sana masih memainkan milik-nya dari balik kain berenda segitiga putih.
Cia membuka mata-nya membalas tatapan mata elang milik Aksa yang sulit untuk Cia tebak. Seketika Cia gugup dan jantungnya berasa ingin lompat dari tempat-nya.
Aksa sangat tampan, dan begitu mempesona. Itu fakta yang tidak bisa Cia pungkiri. Gadis desa itu mulai mengagumi paras Aksa yang perlahan-lahan mulai memikat diri-nya.
"I want You, Valencia" Bisik-nya serak. Bersama dengan itu satu jari telunjuknya masuk ke dalam Liang-nya.
"Aaaakkk...Aksa Sakit"
Cia teriak dengan tubuh melengkung ke atas, mata terpejam rapat, mulut setengah terbuka. Dadanya memburu naik turun di sertai denyutan sakit pada inti tubuh'nya.
Aksa terdiam, dengan mata yang ikut terpejam. Dia menikmati, meresapi rasa-nya, setiap denyutan dan sempit-nya Liang-nya yang menenggelam-kan jari telunjuk-nya.
Tubuh Cia bergetar kaku saat Aksa mulai menggerakkan jari telunjuk-nya pelan, denyutan sakit masih merayap ke tubuh-nya.
Cia ingin berhenti. Namun mulut-nya terasa keluh dengan suara tercekat.
Mata Aksa masih terpejam menikmati sensasi hangat dan kedutan yang membuat jari-nya berasa di pijit, terjepit dan tersedot ke dalam.
Aksa membuka mata-nya menatap lekat wajah Cia yang masih setia terpejam rapat dengan mulut mendesis Lirih. "Aku tidak bisa menahan-nya lagi".
Aksa menarik turun resetling celana-nya, dia menarik turun celana berserta boxer mahal'nya dengan satu tangan. Dan tangan satu-nya lagi masih bergerak cepat di dalam Liang-nya.
"Hah..!!"
Aksa mendesah lega, saat Pusaka'nya terbebas dari kurungan yang menyesakkan sedari tadi. Tangan Aksa mengocok benda ber-urat milik-nya, sedangkan satu jari telunjuk-nya bergerak semakin cepat di bawah sana.
"Ah, Aksa. Pelan-pelan. Aku merasa ingin mengeluarkan sesuatu. Desis-nya dengan suara putus-putus.
"Keluarkan jangan di tahan" Ujar'nya serak. Ke-dua tangan-nya semakin bergerak cepat, Aksa dan CIA sama-sama pening ingin melepaskan cairan-nya sudah berada di ujung tanduk.
"Argh...Valen" Aksa mengerang, kepala mendongak ke atas dengan keringat membasahi dahi'nya.
Cia masih setia memejamkan mata-nya "Enggh...Aksa, Aku tidak kuat lagi." Beber'nya putus-putus. Tangan terkepal kuat di atas sofa. Rasa'nya begitu nano-nano.
Gerakan tangan Aksa semakin tak terkendali, dia sendiri sudah berada di ujung. "Now Valen...!!" Ujar'nya.
"Aaaah...!!"
Mereka berdua mendesah keras dengan mulut megap-megap seperti ikan yang terdampar di pasir. Dada-nya memburu naik-turun turun dengan cairan yang masih mengalir dari milik-nya masing-masing.
Aksa langsung ambruk di atas tubuh Cia, Cowok tampan itu menyembunyi-kan wajah-nya di ceruk leher gadis desa itu dengan mata terpejam. Jari telunjuk-nya masih tenggelam di dalam Liang-nya, menikmati sensasi pijitan yang memabukkan.
Tubuh ke-dua'nya melemas di atas sofa panjang yang ada di dalam ruangan VIP. Di iringi dengan lantunan musik yang menggema di dalam sana.
Aksa menarik kepala-nya, dia menatap wajah Cia yang memerah penuh dengan keringat. Tangan-nya ter-ulur mengusap dengan lembut. Hingga akhirnya mata Cia terbuka.
Deg..!
Jantung-nya semakin tidak terkendali saat Aksa menatap-nya begitu lembut, begitu dalam. Hingga membuat diri-nya tenggelam di dalam sana.
"Mulai hari ini, Lo mik gue." Mutlak-nya. Lembut namun tegas tidak bisa di ganggu gugat.
0o0__0o0