Di tuduh melakukan kejahatan yang tidak dia lakukan. Adnan bintan pratama terjatuh ke lubang hitam dan mendarat sendirian di dunia asing, yang di penuhi hewan mutan berbahaya.
Ia harus memecahkan teka-teki ruang dan waktu
untuk menemukan pesan tersembunyi di dalam lubang hitam itu sendiri, Satu-satunya harapan bertahan hidup, membersikan namanya,
dan mengungkapkan misteri dunia baru ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyuadnan Saputra 31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB33
Di tempat yang berbeda, Vortex dan Lone menjalankan tugas mereka untuk mengalihkan perhatian para Serigala Bertaring Hitam. Mereka berlari dengan kecepatan tinggi, melompat dari pohon ke pohon dan meninggalkan jejak palsu di belakang mereka.
Para Serigala Bertaring Hitam mengikuti mereka dengan cermat, tergiur oleh umpan yang mereka berikan. Vortex dan Lone adalah ahli dalam pengalihan perhatian, dan mereka tahu bagaimana cara membuat para serigala tetap tertarik.
Mereka hampir berhasil bertahan, tetapi kemudian sesuatu yang tak terduga terjadi.
Lone, yang memiliki kemampuan untuk mengeluarkan raungan yang kuat, secara tidak sengaja mengeluarkan raungan yang terlalu keras. Raungan itu bergema di seluruh hutan, membuat 20 Serigala Bertaring Hitam ketakutan dan menciut.
Para serigala itu berhenti mengejar Vortex dan Lone dan berbalik melarikan diri. Mereka berlari secepat yang mereka bisa, mencoba menjauh dari suara yang menakutkan itu.
Vortex dan Lone saling bertukar pandang. Mereka tidak tahu apa yang baru saja terjadi, tetapi mereka tahu bahwa mereka telah berhasil mengalihkan perhatian para serigala.
"Apa itu tadi?" tanya Vortex.
"Aku tidak tahu," jawab Lone. "Tapi sepertinya itu berhasil."
Mereka memutuskan untuk tidak membuang waktu dan terus berlari. Mereka harus memastikan bahwa para serigala tidak kembali, dan segera menuju ke Gua untuk memastikan keadaan Adnan dan Ancient.
Setelah berhasil mengalihkan perhatian para Serigala Bertaring Hitam, Vortex dan Lone segera menuju gua tempat Adnan seharusnya berada. Mereka berlari secepat mungkin, khawatir dengan apa yang mungkin terjadi.
Saat mendekati gua, mereka melihat tiga sosok familiar: Valerius, Lucius, dan Cassius—tiga Assassin yang menemani Adnan.
"Valerius! Lucius! Cassius!" seru Vortex, merasa lega. "Kalian semua selamat!"
Ketiga Assassin menoleh dan tampak lega melihat Vortex dan Lone.
"Vortex! Lone!" seru Valerius. "Syukurlah kalian baik-baik saja."
"Di mana Adnan?" tanya Lone. "Apa yang terjadi?"
"Tuan Adnan masuk ke dalam gua untuk membantu Ancient," jawab Valerius. "Ada entitas spiritual yang menyerang Ancient."
Vortex dan Lone saling bertukar pandang. Mereka tahu entitas spiritual adalah ancaman serius.
Vortex mendekati ketiga Assassin dan memperhatikan Lucius dan Cassius terluka.
"Lucius, Cassius, kalian berdua terluka," kata Vortex. "Apa yang terjadi?"
"Kami bertarung dengan Singi Giling Lapis Batu setelah Tuan Adnan dan kami melewati sungai," jawab Valerius. "Kami berhasil melukainya, tetapi kedua bawahan ku juga terluka dalam pertarungan."
"Valerius, bagaimana dengan Drusus dan Livius?" tanya Lone.
"Mereka bersama Tuan Adnan untuk menjaganya," jawab Valerius. "Kami menggunakan Jurus Bayangan Iblis dan Hantu untuk melarikan diri dari Singi Giling Lapis Batu."
Vortex dan Lone mengangguk. Mereka tahu Jurus Bayangan Iblis dan Hantu adalah jurus yang sangat kuat.
"Kalian semua harus beristirahat," kata Vortex. "Aku dan Lone akan membantu Adnan."
Ketiga Assassin mengangguk setuju. Mereka tahu tidak bisa banyak membantu dalam kondisi seperti ini. Ketika Vortex dan Lone hendak mendekati gua, dua Assassin terlihat siaga di luar, mencegah masalah yang mungkin datang.
Vortex dan Lone bergegas masuk ke dalam gua, siap menghadapi apa pun yang menghadang.Sesampainya di gua, mereka melihat Adnan berdiri di tengah ruangan, dikelilingi energi yang berputar-putar. Di dekatnya, Ancient terbaring tak sadarkan diri.
"Adnan!" seru Vortex. "Apa yang terjadi di sini?"
Adnan menoleh dan tampak lega melihat Vortex dan Lone.
"Vortex! Lone! Kalian datang!" seru Adnan. "Aku sedang bertarung dengan entitas spiritual yang menyerang Ancient."
"Entitas spiritual?" tanya Lone. "Di mana dia?"
"Aku sudah mengalahkannya," jawab Adnan. "Tapi Ancient masih belum sadar."
Vortex dan Lone mendekati Adnan dan Ancient. Mereka memeriksa kondisi Ancient dengan cermat.
"Dia masih hidup, tapi sangat lemah," kata Vortex. "Kita harus segera membawanya ke tempat yang aman."
Adnan mengangguk. "Aku menemukan sesuatu yang mungkin bisa membantu Ancient," kata Adnan, menyembunyikan pil di balik punggungnya.
"Apa itu?" tanya Lone.
"Aku akan menjelaskannya nanti," jawab Adnan. "Saat ini, kita harus segera membawa Ancient ke tempat yang aman."
Vortex dan Lone mengangguk setuju. Mereka tidak bertanya lebih lanjut dan membantu Adnan mengangkat Ancient.
Saat hendak keluar gua, mereka melihat lima sosok berdiri di pintu masuk. Itu adalah Valerius, Lucius, Cassius, Drusus, dan Livius—kelima Assassin yang menemani Adnan.
"Valerius! Lucius! Cassius!" seru Adnan lega. "Kalian semua selamat!"
Kelima Assassin menoleh dan tampak lega melihat Adnan, Vortex, dan Lone.
"Tuan Adnan! Kami senang Anda baik-baik saja," kata Valerius.
"Kita akan menjelaskan semuanya nanti," kata Adnan. "Saat ini, kita harus segera membawa Ancient ke tempat yang aman."
Bersama-sama, mereka meninggalkan gua dan menuju tempat aman, membawa Ancient dan pil misterius yang disembunyikan Adnan.
Bersama-sama, mereka meninggalkan gua menuju tempat yang aman, membawa Ancient dan pil misterius yang disembunyikan Adnan. Mereka memutuskan untuk pergi ke kota terdekat di pesisir pantai, yang dikenal sebagai Pelabuhan Angin Timur, sedikit jauh dari Desa Aethelgard. Kota Pelabuhan Angin Timur adalah tempat yang relatif aman dengan fasilitas memadai untuk merawat Ancient.
Perjalanan menuju kota itu memakan waktu beberapa jam. Mereka harus berhati-hati agar tidak menarik perhatian monster atau kelompok berbahaya. Adnan, Vortex, dan Lone bergantian membawa Ancient, sementara kelima Assassin berjaga-jaga.
Selama perjalanan, Adnan terus memikirkan Pil Makhluk Gentayangan yang dia dapatkan. Dia penasaran tentang efek pil itu, tetapi sadar tidak bisa menggunakannya sembarangan. Dia harus menunggu waktu dan situasi yang tepat.
Akhirnya, mereka tiba di Kota Pelabuhan Angin Timur. Kota itu ramai dengan aktivitas perdagangan dan lalu lintas orang. Mereka segera mencari penginapan yang aman dan nyaman untuk beristirahat dan merawat Ancient.
Setelah mendapatkan kamar, mereka membaringkan Ancient di tempat tidur dan mulai merawatnya. Mereka membersihkan luka-lukanya dan memberikan ramuan penyembuh. Adnan juga mencoba menggunakan energi spiritualnya untuk membantu Ancient pulih, tetapi tidak banyak berpengaruh.
"Kita harus mencari cara untuk menyembuhkan Ancient," kata Adnan. "Aku yakin pil yang aku temukan bisa membantu, tapi aku tidak tahu bagaimana cara menggunakannya."
"Kita bisa mencari informasi di kota ini," saran Valerius. "Mungkin ada seseorang yang tahu tentang pil itu."
Adnan mengangguk setuju. "Baiklah, kita akan mencari informasi besok pagi. Saat ini, kita harus beristirahat dan memulihkan tenaga."
Mereka semua setuju dan mulai beristirahat. Adnan masih menyimpan Pil Makhluk Gentayangan di inventarisnya, bertanya-tanya tentang potensi kekuatan yang terkandung di dalamnya.
Adnan menatap pil Makhluk Gentayangan dan Biji Bunga Angin Malam di tangannya. Mungkinkah kedua bahan ini benar-benar bisa menyembuhkan Acient? Keraguan mencengkeram hatinya. "Valerius," panggilnya, "di dekat sini pasti ada asosiasi perdagangan yang menjual bahan-bahan spiritual. Di ingatan Adnan dalam game RPG, selalu ada tempat seperti itu."
Valerius dengan sigap menjawab, "Tuan Adnan, biar hamba saja yang pergi. Hamba sedikit tahu tempat ini."
Namun, Adnan merasa ada yang mengganjal. "Tunggu," serunya. "Apakah kau tahu bahan apa saja yang harus dibeli?"
Valerius terdiam sejenak. "Sepertinya Lone tahu sedikit tentang cara membuat ramuan. Aku sempat melihat token Alkemis di pinggangnya."
Adnan mendekati Lone yang tengah beristirahat. "Lone, maaf mengganggumu, tapi aku butuh bantuanmu. Bisakah kau membantuku membuat ramuan?"
Lone mengangguk, masih dengan mata setengah terpejam. "Tentu, Adnan. Apa yang bisa kubantu?"
Adnan menjelaskan rencananya untuk menggabungkan Pil Makhluk Gentayangan dan Biji Bunga Angin Malam. Seketika, mata Lone terbuka lebar.
"Pil Makhluk Gentayangan?" serunya kaget. "Pil itu hanya bisa didapatkan dari makhluk gentayangan yang menyimpan energi gelap dan dendam abadi. Tuan, aku ingin membantu, tapi aku tidak bisa membersihkan pil itu sebelum digunakan. Esensi gelap dan dendam di dalamnya harus dihilangkan, atau pemakainya akan menjadi makhluk yang kejam dan brutal!"
Adnan tersentak. Bayangan mengerikan tentang seseorang yang berubah menjadi mesin pembunuh menghantuinya. "Tidak," gumamnya. "Aku tidak akan melakukan itu."
Lone mengalihkan pembicaraan. "Tuan, luka Valerius, Lucius, dan Cassius... aku bisa merawat mereka. Aku akan membersihkan luka-luka mereka dan memberikan ramuan penyembuh."
"Kalian bertiga harus beristirahat," kata Adnan. "Jangan khawatir, kami akan menjaga kalian." kata Livius dan Drusus.
Namun, Valerius menolak. "Tidak, Tuan. Hamba tidak apa-apa. Biar kedua bawahan hamba saja yang disembuhkan. Hamba akan terus mendampingi Tuan."
Lone mengeluarkan ramuan berwarna hijau. "Tuan, ramuan ini bisa menyembuhkan mereka. Walaupun tidak sebaik ramuan Tuan, tapi cukup untuk memulihkan luka mereka."
Adnan menatap Lone dengan tatapan penuh tanya. "Lone, apa kau yakin ramuan ini aman?"
Lone mengangguk mantap. "Tuan, percayalah padaku. Aku tidak akan membahayakan siapa pun." Adnan menghela napas legah.
eh btw sedikit koreksi, ada typo di awal thor 😌