Mengangkat derajat seseorang, dan menjadikanya suami, tidak menjamin Bunga akan di hargai.
Rangga, suami dari Bunga, merupakan anak dari sopir, yang bekerja di rumah orang tua angkatnya.
Dan kini, setelah hubungan rumah tangga mereka memasuki tujuh tahun, Rangga memutuskan untuk menceraikan Bunga, dengan alasan rindu akan tangisan seorang anak.
Tak hanya itu, tepat satu bulan, perceraian itu terjadi. Bunga mulai di teror dengan fitnat-fitnah kejam di balik alasan kenapa dia di ceraikan ...
Bagi kalian yang penasaran, yuk, ikuti kisah Bunga dan Rangga ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fitnah Dari Rangga
Suara hak sepatu beradu di atas lantai. Bunga melangkah dengan dagu terangkat dan tatapan tajam.
Sesekali, dia mengangguk, pada orang-orang yang menyapanya.
Rangga, yang melihat kedatangan Bunga hanya bisa membuka mulut.
Mantan istrinya begitu cantik, dengan balutan kemeja warna biru, dan celana pants warna ivory. Tak hanya itu, sebuah tas selempang, dengan merek terkenal di tangan kanannya, dan sebuah jas, di tangan kirinya.
Keduanya sama-sama berdiri di depan lift, akan tetapi, Rangga lift khusus karyawan, sedangkan Bunga lift khusus petinggi perusahaan.
Orang-orang mulai berbisik-bisik, tentang kenapa Rangga masih berdiri di depan lift karyawan. Padahal, dia seorang suami dari Bunga.
Mungkin, kalau hari-hari biasanya tidak masalah, tapi hari ini tentu saja berbeda.
Bunga tiba di ruangannya. Ruangan yang berhadapan dengan papanya.
Tak lama kemudian, Rangga menyusul. Dia ingin meminta penjelasan, kenapa Bunga harus kembali ke kantor.
"Apa yang kamu lakukan disini hah?" tanya Rangga, mendorong pintu, tanpa mengetuk terlebih dahulu.
"Kamu tuli kah? Apa yang kamu lakukan disini?" ulang Rangga.
"Kerja, memangnya apa masalahmu?"
"Kerja? Kamu udah lama gak kerja, dan apa ini? Kenapa kamu make-up seperti ini? Mau merayuku lagi? Ingat, kita udah bercerai, dan aku menalakmu dengan talak tiga," cerocos Rangga.
"Aku bisa kerja kapanku aku mau, dan mungkin kamu gak lupa, jika aku anak dari papa. Pemilik dari perusahaan ini," terang Bunga.
Muka Rangga memerah. Secara gak langsung, Bunga menghinanya.
"Di lantai ini, hanya dihuni oleh orang-orang yang jabatannya tinggi. Dan pak Rangga, tidak di peruntukkan atau di perlukan disini. Jadi, silahkan keluar," lanjut Bunga.
Rangga mengepalkan tangannya. Dia berbalik, dan keluar dari ruangan milik Bunga.
"Permainan baru saja dimulai," gumam Bunga.
Rangga tiba di lantainya, dia duduk dan membuka komputernya, guna melihat beberapa laporan yang masuk.
"Eh, Rangga, kenapa bu Bunga kembali kerja? Apa nafkah dari mu kurang?" tanya rekan satu direksi.
"Kami udah cerai," ungkap Rangga.
"Apa?" tanya beberapa temannya secara serentak.
Kini, total tujuh temannya melingkari Rangga, guna mendengar sebab kenapa, dia bercerai.
"Kenapa? Bukankah, semua orang mengidam-idamkan istri seperti bu Bunga? Selain cantik, dia juga berpendidikan," tanya teman Rangga, yang cewek.
"Kami udah menikah lama, tapi sampai saat ini, dia belum kunjung hamil. Tak hanya itu, dia juga pernah gila, maka dari itu, dia gak pernah kerja lagi," tutur Rangga.
"Apa? Gila? Maksudnya?"
"Iya, dia beberapa kali, bahkan sering ke psikolog, dia mengaku stres," bohong Rangga lagi.
"Seharusnya, kamu sebagai suami mendukungnya, bukan malah meninggalkannya seperti ini," ujar perempuan lainnya, yang merasa miris mendengar kisah Bunga.
"Iya, bahkan penyebab utama perempuan stres, habis nikah, ya, suaminya," sambung perempuan lainnya, yang sudah berumah tangga.
"Aku udah bersamanya hampir tujuh tahun loh, dan aku bersabar kurang lebih lima tahun. Dan kalian tahu gak? Jika kumat, semua barang-barang di rumah, habis di lemparinya. Bahkan, pernah guci yang harganya ratusan juta, tak luput dari emosinya," jelas Rangga lagi.
"Dan ada satu rahasia lagi, Bunga bukan lah, anak kandung dari pak Andrian,"
Mendengar itu, semua orang setuju dengan pilihan yang di lakukan oleh Rangga. Bahkan, perceraian ialah pilihan yang tepat.
"Ya, dari pada mati sia-sia, lagipula, harta pak Andrian, belum tentu jatuh ke tangan Bunga," sambung teman pria Rangga, yang menyetujui tindakannya.
Bisik-bisik tentang kabar perceraian Rangga dan Bunga mulai menyebar, seluruh kantor. Bahkan, beberapa dari mereka memandang miris pada Bunga.
...****************...
Karena terus menyebar, akhirnya Bunga mengetahui tentang gosip hangat, yang sedang menyebar.
Kala itu, dia ingin menemui salah satu direktur, akan tetapi, begitu tiba disana, orang-orang sedang membicarakan aibnya. Bahkan, banyak dari mereka, yang melebih-lebihkannya.
Bunga mengepalkan tangannya. Dia tidak berniat menjelaskan semuanya pada mereka. Tapi yang pasti, dia akan membuat dalangnya menyesal.
"Kamu, atasan Rangga?" Bunga memangil atasan Rangga, untuk ke ruangannya.
"I-iya," perempuan itu menunduk, dia juga tahu dan sudah banyak mendengar tentang aib-aib yang disebarkan oleh karyawannya.
"Dan pangkat ku, jauh di atasmu, kamu pasti tahu itu," Bunga mengetuk-ngetuk meja dengan bolpoin di tangannya. "Jangan terus menunduk, lihat lah, aku!" seru Bunga dengan nada dingin.
Tak lama kemudian, perempuan itu keluar dari ruangan milik Bunga. Mendengar penjelasan dari Bunga, membuat hatinya merasa bersalah.
Dan untuk menebus segala rasa kesalahannya, wanita itu, berjanji akan menuruti rencana dari Bunga.
Hari ini, seperti biasa. Bunga menemani Andrian untuk bertemu salah satu kolega. Dan sebagai sekertaris, tentu saja Bunga menjaga penampilannya serapi mungkin.
Kali ini, dia memakai pakain casual berwarna pink. Dan itu, terlihat sangat cocok di kulit putihnya.
Dari banyaknya tempat makan di kota, Bunga sengaja memilih saung Risa. Dia ingin menunjukkan pada perempuan itu, jika ia baik-baik saja setelah perceraiannya dengan Rangga.
"Seperti lidah ku, kurang cocok dengan makanan ini, aku lebih menyukai masakan-masakan daerah. Maklum, lama di luar negeri, jadi rindu masakan nusantara," ujar lelaki, kolega Andrian.
"Maafkan saya, mungkin lain kali, aku akan reservasi tempat, sesuai keinginan saya," ucap Bunga tulus.
"Tak apa, karena udah disini. Maka, kita habiskan aja," balas kolega.
Pembicaraan-pembicaraan mereka berjalan begitu lama. Apalagi, kolega tersebut juga membawa istrinya.
Alhasil, obrolan-obrolan mereka mulai merambat kemana-mana. Bahkan, Bunga dan istri dari kolega, memilih untuk pindah tempat. Karena tentu saja, obrolan mereka berbeda dengan para dua lelaki paruh baya itu.
"Sayang sekali, kamu sudah menikah Bunga, padahal, aku sempat ingin menjodohkan anak kami dengan mu," ujar istri dari kolega.
"Tapi sekarang aku sudah bercerai bu, tapi bukan berarti aku mau ibu kembali menjodohkan aku dengan anak kalian. Karena aku tahu itu sesuatu yang mustahil. Karena gak mungkin, seorang lelaki mau dengan janda seperti ku," ungkap Bunga jujur.
"Kamu janda?" mata wanita itu berbinar. "Asal kamu tahu, aku juga seorang janda sebelum menikah dengan suamiku yang sekarang. Dan bagiku, janda juga pantas bahagia. Bukan malah di pandang sebelah mata," sambung wanita itu lagi.
Bunga menelan ludah. Karena sebenarnya dia tidak berniat untuk menikah lagi. Karena dia tahu, sampai kapan pun, seorang wanita yang tidak bisa hamil, tidak akan mempunyai tempat istimewa.
Kecuali pada lelaki yang benar-benar mencintai kita, contohnya seperti Andrian yang mencintai Vivi.
pasti papa andrian udh menilai dari sikap dan tutur bahasanya si rangga kurang
semoga bahagia buat Arlan sama bunga,,,
semoga Cpet² dikasih momongan ya, biar PD mingkem tuh para org² julidnya,,, 🙏🙏🙏🤭
𝑺𝒆𝒑𝒆𝒓𝒕𝒊 𝒎𝒂𝒘𝒂𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒌𝒂𝒓 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒊𝒏𝒅𝒂𝒉 𝒅𝒂𝒏 𝒉𝒂𝒓𝒖𝒎, 𝒔𝒆𝒎𝒐𝒈𝒂 𝒔𝒆𝒕𝒊𝒂𝒑 𝒌𝒂𝒓𝒚𝒂𝒎𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒋𝒆𝒋𝒂𝒌 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒌𝒆𝒏𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒂𝒏 𝒕𝒂𝒏𝒈𝒈𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏𝒕𝒂𝒓𝒌𝒂𝒏𝒎𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒖𝒋𝒖 𝒑𝒖𝒏𝒄𝒂𝒌 𝒌𝒆𝒔𝒖𝒌𝒔𝒆𝒔𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒋𝒂𝒕𝒊.✿⚈‿‿⚈✿