Hari ini adalah hari pernikahanku, ya aku akan menikah dengan pemuda yang baru kukenal sebulan lalu. Seorang pemuda tanpa identitas yang kutemui dijalan saat hendak pulang dari desa sebelah setelah mengantar pesanan ayam kepada pelanggan di desa sebelah. Aku menolongnya karena kasihan melihat kondisinya yang berantakan dengan pakaian yang compang camping dan di penuhi luka di tubuhnya. Aku menikahinya karena terpaksa atas permintaan ibu tiriku agar aku tidak menjadi duri dalam pernikahan saudari tiriku Ayana dan kekasihnya Hendrik, meski berat untukku menikahinya tapi aku terpaksa menyetujuinya agar aku tidak diusir dari rumah ayahku yang kutinggali sejak kecil dan agar aku bisa merawat ayahku yang sakit. Akankah pernikahan ini berakhir bahagia ataukah akan menjadi neraka kedua untukku?! Ayah sanggupkah aku menjalani semua ini!? Semoga keputusan ini bukanlah keputusan yang salah untuk kebahagian semua orang. Semoga suamiku akan menjadi suami yang baik untukku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phoenixsoen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
Namaku Yoona aku tinggal di sebuah desa yang asri dengan pemandangan alam yang indah. Aku berasal dari keluarga yang kaya di desa ini ayahku yang memiliki lahan pertanian yang luas dan juga peternakan yang besar, yang paling besar malah di desa ini. Tapi, meski hidup dengan bergelimang harta tidak menjadikanku hidup dalam kesombongan, karena orang tuaku mengajarkanku untuk hidup sederhana dan tidak berfoya-foya. Ayahku yang seorang pengusaha peternakan di desaku sangat di hormati oleh para penduduk di desaku.
"Dek Yoona mau pergi?" Ucap salah satu tetangga yang menyapaku dengan hangat.
"Iya pak Amir, mau ke ladang lihat para pekerja" ucapku pada pak Amir.
"Baiklah nak, hati-hati dijalan" balas pak Amir.
"Iya pak saya pamit dulu" balasku dengan ramah.
Hari ini aku akan ikut bekerja di ladang keluargaku, karena hari ini adalah hari panen aku ingin ikut membantu para pekerja di ladang, Yoona's farm adalah nama perusahaan peternakan keluargaku. Ayahku yang memberikan nama itu untuk perusahaan peternakannya, seperti namaku.
"Ayah Yoona ikut bantu ya" sahutku setelah sampai di ladang.
"Boleh kalau kamu mau" jawab ayah dengan lembut "tapi hati-hati ya" ucap ayah lagi.
"Wah dek Yoona hari ini ikut kerja juga?" Tanya salah satu pekerja ladang.
"Iya bi Inah, habis bosan di rumah karena tidak pekerjaan" jawabku pada bi Inah
"Wah kalau dek Yoona ikut bantu pasti akan cepat selesainya" ucap pak Ali salah pekerja ayah.
"Iya pak, biar Yoona juga ikut belajar bekerja di ladang" jawab ayah pada pak Ali.
"Iya biar Yoona juga sekalian bisa ikut langsung untuk melihat hasil panen bulan ini" jawabku ikut menambahkan.
"Wah, pak Seok Jin pasti bangga punya putri seperti dek Yoona" ucap pekerja lain.
"Iya sudah cantik, pintar, rajin, dan mau bekerja langsung di ladang" ucap yang lainnya.
"Tentu saja saya bangga pak, bu karena Yoona lah yang nanti akan mewarisi perusahaan saya setelahnya. Jadi Yoona harus belajar dari sekarang jika ingin mengambil alih perusahaan saya" jawab ayah.
"Tapi Yoona masih 18 tahun ayah, Yoona masih harus sekolah" jawabku menimpali perkataan ayah.
"Justru karena kamu masih muda jadi harus banyak belajar sedari sekarang" jawab ayah lagi.
"Baiklah aya Yoona akan menuruti perkataan ayah" jawabku dengan pelan.
Keluargaku adalah keluarga pengusaha keturunan korea-indo ayahku Kang Seok Jin yang berdarah korea dan ibuku Martha yang berdarah indo. Ayah dan Ibuku tidak pernah mengajarkanku untuk malas bekerja meskipun keluargaku memiliki banyak pekerja namun orang tuaku selalu mengajarkan aku untuk ikut langsung bekerja di perusahaan keluargaku, kata ayah supaya aku terbiasa dengan pekerjaan ini dan bisa ikut mengelola jika nanti sudah saatnya. Aku senang sih bisa bekerja dan mempelajari secara langsung tentang perusahaan. Sehingga nanti ketika aku mengambil alih perusahaan ini aku bisa paham tentang sistem kerja di perusahaan.
Setelah selesai bekerja di ladang biasanya aku membantu ibu untuk menyiapkan makanan di rumah, meski keluargaku memiliki asisten rumah tangga tapi ibu tidak pernah melimpahkan semua pekerjaan rumah kepada ART. Ibu biasa ikut turun langsung bekerja di rumah, terutama soal memasak makanan untuk keluarga. Keluargaku tidak pernah membedakan antara tuan rumah ataupun pekerja kami terkadang makan bersama di satu meja makan. Karena prinsip keluargaku adalah semua manusia itu setara baik miskin atau kaya. Itulah kenapa ayah ibuku selalu mengajak makan bersama para pekerja baik di rumah ataupun di ladang dan peternakan. Tidak ada jarak antara majikan dan pekerja semua seperti keluarga, bahkan terkadang keluargaku selalu membagikan hasil ladang dan peternakan kepada para tetangga. Karena itulah mengapa keluargaku sangat di hormati di desa ini.
"Bu, aku bantu ya masaknya" kataku pada ibu setelah sampai rumah.
"Boleh, tapi cuci dulu tanganmu kan kamu baru dari ladang!" Kata ibu padaku.
"Baiklah bu, aku akan cuci tangan dulu" jawabku pada ibu sambil berjalan ke wastafel.
"Sini bi, biar aku saja yang kerjakan" kataku pada bi Asih ART yang bekerja di rumahku.
"Baiklah non, bibi serahkan ke non Yoona" jawab bi Asih.
"Ini tinggal di goreng aja kan ayamnya bi?!" Tanyaku pada bi Asih.
"Iya non tinggal aja semua ayamnya, tapi hati-hati menggorengnya nanti minyaknya nyiprat ke wajah cantiknya non Yoona" kata bi Asih padaku sambil menggodaku
"Iya bi Yoona akan hati-hati kok menggorengnya" jawabku
"Yoona ayahmu mana, kok belum pulang?" Tanya ibu padaku sambil melihat sekeliling rumah
"Sebentar lagi bu, ayah bilang akan mengecek pemasaran hasil ladang dan peternakan di kantor" jawab ke ibu
"Ya sudah jika begitu, kalau sudah selesai menggorengnya kamu tumis sayurnya ya Yoon" pesan ibu padaku
"Baiklah bu" jawabku seadanya
Keluarga ku adalah keluarga yang harmonis seperti impian semua orang, keluargaku beranggotakan 4 orang yaitu ayah, ibu, aku dan adikku Tae Hyung yang berusia 15 tahun. Aku bahagia hidup bersama keluargaku di desa ini. Keseharian ku setiap hari adalah sekolah, belajar dan terkadang bekerja di ladang dan peternakan terkadang aku juga bekerja di kantor untuk membantu ayah sekaligus belajar tentang sistem perusahaan. Begitulah kehidupan keluargaku setiap harinya.
"Kak, makanannya udah siapkan? Aku udah lapar nih" tanya Tae Hyung padaku
"Sudah semua nih, tapi tunggu ayah pulang dulu ya dek makannya bareng-bareng" jawabku pada Tae Hyung
"Emang ayah belum pulang?" Tanya Tae Hyung lagi
"Belum, ayah masih di kantor" jawabku lagi
"Yah padahal aku udah lapar banget" keluh Tae Hyung
"Sabar ya dek paling sebentar lagi ayah pulang" jawab ibu yang datang ke meja makan
"Emang ayah lagi kerja apa lagi sih bu, kan sudah ada karyawan yang bekerja?" Tanya Tae Hyung pada ibu
"Ya walaupun ada karyawan ayah masih harus bekerja langsung untuk mengawasi perusahaan, dan bertanggung jawab langsung untuk mengembangkan perusahaan" jawab ayah yang tiba-tiba datang dari arah pintu depan
"Tapikan ayah punya karyawan, kenapa tidak karyawan saja yang kerjakan semuanya" tanya Tae Hyung lagi kini pada ayah
"Karyawan kan bekerja sesuai tugasnya masing-masing mana bisa semua tanggung jawab di bebankan ke karyawan. Maju mundurnya perusahaan tergantung pada ayah sebagai pemiliknya" jawab ayah panjang lebar
"Makanya kamu juga belajar tentang perusahaan supaya nanti jika ayah pensiun kamu dan kakakmu bisa ambil alih perusahaan ayah nantinya" jawab ayah lagi
"Baiklah aku akan mulai belajar jika ayah mau mengajari ku" kata Tae Hyung pada ayah
"Begitu dong kamu kan laki-laki yang nantinya akan memimpin keluarga ini jika ayah sudah tua nanti" kata ayah pada Tae Hyung
Begitulah kehidupan keluargaku selama 18 tahun hidupku. Aku berfikir bahwa kebahagian keluargaku akan bertahan selamanya, tapi aku salah sampai suatu ketika peristiwa itu terjadi pada keluargaku. Peristiwa yang mengubah kehidupan keluargaku secara tiba-tiba. Peristiwa yang mengharuskan aku untuk bisa menerima kepergian ibu dari hidupku. Ibu tiba-tiba sakit parah sampai akhirnya meninggal dunia. Aku, adikku dan ayah harus menerima kepergian ibu secara ikhlas.