Aini mengira kedatangan keluarga Julian hendak melamarnya. namun ternyata, mereka malah melamar Sakira, adik satu ayah yang baru ia ketahui kemudian hari. padahal sebelumnya, Julian berjanji akan menikahinya. ternyata itu hanya tipuan untuk memanfaatkan kebaikan Aini.
Tidak sampai disitu, ayahnya malah memaksa untuk menjodohkan Aini dengan duda yang sering kawin cerai.
karena kecewa, Aini malah pergi bersenang-senang bersama temannya dan menghabiskan malam dengan lelaki asing. bahkan sampai hamil.
Lantas, bagaimana nasib Aini. apakah lelaki itu mau bertanggung jawab atau dia malah menerima pinangan dari pria yang hendak dijodohkan dengannya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Herka Rizwan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
"Kenapa kau terkejut, Sayang. Apa kau masih mengira kalau itu semua adalah perbuatan Julian?" Arjun terdengar tidak suka.
"Bukan begitu. Aku sudah tahu soal itu. Tapi tak ku sangka, ternyata kamu adalah sosok penolong ku."
"Sejak pertemuan kita pertama kali, aku sudah bertekad akan melindungi kamu, sayang. Bahkan, aku selalu mencari keberadaan mu. Hingga akhirnya, kita kembali bersua saat di ulang tahun Dina."
Aini tertunduk. Dia rela mengorbankan diri demi membalas budi pada Julian. Ternyata, lelaki itu malah memanfaatkan kesempatan.
Sekarang, dia sudah tahu semuanya. Arjun tidak seburuk yang dia kira. Setelah ini, dia sendiri yang akan memperbaiki diri. Untuk membalas budi, sekaligus menjadi istri yang baik.
"Apa yang kamu pikirkan, Aini? Aku sudah memberitahu kamu semuanya. Berharap, setidaknya kamu memilik sedikit cinta untukku. Aku tak pernah mencintai wanita lain. Hanya kamu yang selalu ada di pikiranku."
"Maafkan aku, karena sudah mengabaikan kamu. Sepertinya aku sudah salah paham terhadapmu. Terlalu mendengarkan rumor, yang belum tentu benar adanya."
"Syukurlah kalau kamu sudah menyadari. Bisakah kita menjadi suami istri yang saling menerima satu sama lain?"
Aini mengangguk, menatap wajah suaminya yang teduh. Dia berinisiatif untuk memberikan cinta seutuhnya pada Arjun. Sebagai pengganti waktu mereka yang sudah terbuang.
"Aku sudah lama mencari keberadaan penolong ku, Arjun. Dan ternyata itu adalah kamu sendiri."
"Sekarang aku sudah ada di depanmu. Apa yang akan kamu lakukan?"
Ucapan Arjun seolah meminta sesuatu. Apalagi, dia memegang dagu Aini dengan lembut. Menatap bibir ranum yang telah merekah indah.
"Aku akan memberikan segalanya untuk kamu, Arjun."
Aini memejamkan mata, menyodorkan wajahnya pada Arjun. Pria itu tak menyia-nyiakan kesempatan. Dengan lembut, ia melumat bibir Aini. Membasahinya sampai ke rongga paling dalam.
Malam itu, pasutri ini akhirnya memadu kasih. Tak ada paksaan, melainkan dilakukan dengan penuh cinta dan nafsu.
Desah nafas keduanya terdengar silih berganti. Rintihan manja Aini semakin menambah gelora. Arjun merasakan dirinya mencapai puncak pelepasan. Sebuah kenikmatan yang tidak bisa diucapkan dengan kata-kata.
"Saat ini aku begitu bahagia, sayang. Akhirnya kita bisa melakukan hubungan ini sesuai dengan perasaan kita. Dalam keadaan sadar serta penuh cinta suci," ungkap Arjun membelai wajah istrinya.
"Aku pun begitu. Mulai sekarang, aku akan selalu mencintaimu. Suamiku satu-satunya," balas Aini menatap Arjun penuh cinta.
Keduanya saling berpelukan erat. Seakan tak mau lepas lagi. Arjun ikut mengelus permukaan perut Aini. Yang mana di dalamnya sudah ada kehidupan baru.
"Apakah kamu masih sering mual, Sayang?"
"Masih, meskipun tidak sesering sebelumnya. Bu Rara selalu melakukan yang terbaik. Menyediakan makanan yang mengandung gizi untuk ibu hamil, terkadang memijat kakiku lewat bantuan seorang terapis."
"Tentu saja, dia harus melakukan itu. Aku hanya ingin, istriku diperlakukan istimewa."
"Terima kasih ya. Karena kamu begitu baik padaku."
"Kamu istriku. Apalagi kamu sedang hamil. Begitu susahnya keluarga kami mendapatkan keturunan. Maka dari itu, Nenek dan Paman sangat bahagia mendengar kabar ini."
"Aku juga senang bisa menjadi bagian keluarga kamu."
"Sekarang, kita istirahat ya. Besok, kita jalan-jalan. Kebetulan aku tak ada pekerjaan di perusahaan. Sekalian, ini adalah untuk pertama kalinya kita keluar sebagai suami istri."
Aini mengangguk pelan. Perasaannya tak bisa diucapkan dengan apapun. Bahagia rasanya karena bisa menjadi wanita yang dicintai oleh Arjun.
.
Fena datang bertamu bersama Dina. Keduanya sangat senang melihat keadaan Aini.
"Kamu udah sehat, Ai?" tanya Fena dengan binar bahagia.
"Sekarang jauh lebih sehat. Dina, terima kasih ya. Kalau bukan karena kamu mengundang Fena waktu acara ulang tahun itu, mungkin aku takkan pernah bertemu dengan Arjun," kata Aini tersenyum.
"Itu namanya kalian sudah berjodoh, Ai!" sahut Dina.
"Tapi kenyataannya, Arjun adalah sosok yang telah aku cari selama ini. Dia penolong ku, sekaligus pria idamanku."
"Wah, ternyata kamu udah mulai jatuh cinta nih!" Fena sengaja menyenggol Dina.
"Sepertinya begitu, temanku."
"Arjun pria yang baik. Begitu perhatian padaku dan juga calon anak kami."
"Ya jelas. Aku sepupu dari pihak ibunya. Beliau juga begitu baik dan lembut," ujar Dina memberitahu.
"Benarkah? Apakah dia cantik?" tanya Aini antusias.
"Sangat cantik. Pasti nanti, jika anak kalian lahir perempuan, wajahnya akan secantik neneknya. Begitu juga jika dia laki-laki. Pasti akan setampan Kak Arjun!"
Aini tersenyum malu. Mereka mengobrol cukup lama. Sampai akhirnya permisi, karena kembali bekerja.
Sore hari, Arjun pulang. Aini sudah menunggu di kamarnya. Karena suaminya berjanji, akan membawanya jalan-jalan.
"Kita jadi pergi kan?" tanyanya pada sang istri.
"Tergantung kamu. Kalau kamu capek, mending kamu istirahat aja di rumah."
"Untuk istriku, aku akan usahakan untuk menepati janji. Lagian, kamu juga butuh hiburan. Ayo kita berangkat. Nanti, yang ada kita malah kebablasan."
"Maksudnya?"
"Aku gak bisa menahan perasaan ku, sayang. Apalagi melihat kecantikan mu itu."
"ih, kamu mesum."
"Panggil aku dengan mesra, Sayang. Seperti aku yang selalu menyebut kamu dengan penuh cinta."
"Aku mesti panggil apa?"
"Yang paling mesra."
"Sayang..."
"Iya, begitu. Aku pengen peluk kamu sekarang."
Pria itu memeluk istrinya dengan erat. Rasanya begitu bahagia, bisa berada di dekat wanita yang ia cintai.
"Kamu mau belanja apa, Sayang?"
"Hum, entahlah. Aku belum punya rencana. Tapi kayaknya aku pengen beli sesuatu deh. Cemilan atau makanan ringan ketika aku lapar di malam hari."
"Baiklah, sesuai dengan permintaan mu."
Pasangan yang sedang jatuh cinta ini memutuskan untuk segera berangkat. Sepanjang perjalanan, Aini terus mengulas senyum. Rasanya bagaikan mimpi, bisa pergi berdua dengan suaminya.
Sesampainya di mal, suasana cukup ramai. Dengan hati-hati Arjun menggandeng istrinya.
Mereka berbelanja kebutuhan rumah, serta makanan dan cemilan seperti keinginan Aini. Selain itu, juga ke toko pakaian. Meski Aini menolak, tapi Arjun sudah membawanya ke sana.
"Sayang, kamu pilih saja pakaian yang kamu mau. Aku mau bertemu seseorang dulu sebentar," ujar Arjun lembut.
"Hm, jangan lama-lama ya."
Pria itu mengangguk sekilas. Lantas berjalan pelan sambil memegang ponsel.
Ternyata di dalam, Aini malah bertemu dengan Sakira. Yang terlihat memilih beberapa pakaian dengan harga mahal. Di sampingnya, Julian berdiri dengan wajah angkuh. Mengiyakan semua permintaan istrinya.
Tanpa sengaja, Aini bersenggolan dengan saudara satu ayahnya itu. Sakira langsung bereaksi, mendorong Aini segera menjauh.
"Cih, ngapain si miskin belanja di sini. Kamu tuh gak cocok ada di sini, Aini!"
"Suka-suka aku dong. Memangnya tempat ini punya kamu?" balas Aini.
"Sayang, lihat tuh. Aini mau merebut pakaian milikku," rajuk Sakira dengan tangis yang dibuat.
"Aini, jangan coba mengambil apa yang diinginkan istriku. Dasar gak tahu diri."
"Kalian berdua sama saja. Ambil saja semuanya, kalau kamu memang mampu."
"Kamu berani menantang aku, hah! Memangnya kamu gak tahu, kalau suamiku gajinya besar. Dasar pelakor. Hei, kemari semuanya. Lihatlah, ada wanita pelakor belanja di sini."
Beberapa pembeli yang merupakan kaum wanita itu, tampak mendekat. Lantas mendekati Aini dan memperhatikan penampilannya dari atas ke bawah.
Bersambung...