Ben Wang hidup kembali setelah kematian tragis yang membuka matanya pada kebenaran pahit—kekasihnya adalah pengkhianat, sementara Moon Lee, gadis sederhana yang selalu ia abaikan, ternyata cinta sejati yang tulus mendukungnya.
Diberi kesempatan kedua, Ben bertekad melindungi Moon dari takdir kelam, membalas dendam pada sang pengkhianat, dan kali ini… mencintai Moon dengan sepenuh hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Viona menatap Moon dengan mata penuh kebencian yang membara, napasnya tersengal-sengal.
"Apa maksudmu?" tanya Viona, suaranya serak namun penuh tantangan, sambil menahan perih di wajahnya.
"Maksudku adalah ... kau akan segera berakhir, Viona Lu. Ben telah berpaling darimu. Setelah sekian lama kau bersamanya tetap saja tidak bisa mengikat hatinya. Dia.b bukan pria bodoh yang percaya begitu saja padamu. Kali ini dia lebih memihak padaku sehingga tega memecatmu dan membuatmu diusir oleh kedua orang tuamu," bisik Moon, suaranya dingin dan sengaja menyinggung, matanya menantang.
Viona mendengus, wajahnya memerah oleh amarah. Tangannya yang menggenggam pisau bergetar sedikit.
Moon melanjutkan, suaranya semakin tajam, "Ada lagi, Viona Lu, selama ini aku telah bersabar, sehingga suatu hari aku baru sadar aku telah hidup kembali, aku merasa tidak perlu lagi untuk sabar dengan iblis sepertimu. Oleh karena itu aku hanya perlu bersikap lemah di depan Ben untuk ditindas dan disakiti olehmu. Dengan begitu Ben akan membencimu."
Kemarahan Viona jadi tak tertahankan. Ia mengangkat pisau itu tinggi-tinggi dan melancarkan serangan ke arah Moon—gerakannya liar, penuh dendam.
Tepat di saat itu pintu apartemen terbuka dan Ben melangkah masuk dengan langkah tegas. Ia melihat dengan mata membara, Viona menyerang, Moon berjuang menahan sakit, Tanpa berpikir panjang Ben bereaksi.
Ia maju cepat dan menendang Viona hingga wanita itu terjengkang, terkapar ke lantai. Suara benturan memenuhi ruangan.
Bruk!
"Aahhh!" jerit Viona menahan sakit, suaranya pecah. Ia tergolek, napasnya tersengal.
"Moon!" seru Ben, suaranya berubah menjadi panik saat ia berlari mendekat. Moon diam terpaku, telapak tangannya basah oleh darah. Ben meraih saputangan dari saku dan menekannya kuat di luka untuk menghentikan aliran darah.
Viona berusaha bangkit, "Ben, dia hanya berpura pura, jangan percaya dengan dia," kata Viona sambil berdiri.
Ben tidak menoleh padanya, Matanya hanya tertumpu pada Moon. "Jangan takut, aku akan selalu ada untukmu," ucap Ben dengan suara lembut namun tegas, sementara tangannya semakin erat menekan saputangan pada luka Moon.
Tanpa ragu dan tanpa kata panjang, Ben mendekati Viona yang baru saja menuduh. Dengan gerak cepat ia menampar wajah Viona keras hingga terdengar suara kulit beradu.
Plak!
Viona tersungkur, pipinya memerah dari benturan. Ia terengah, terhuyung di lantai sementara rasa malu bercampur amarah terpancar jelas. Ben menatapnya dengan mata yang dingin namun tanpa belas—suatu batas telah dilewati.
"Aku tidak suka memukul wanita, Tapi kali ini kau sudah keterlaluan. Beraninya kau berniat membunuh Moon," kata Ben, suaranya datar, penuh teguran dan peringatan.
Suasana belum tenang ketika langkah berat terdengar dari luar—dua petugas kepolisian datang.
Viona, masih berlutut dan menahan sakit, menatap ke arah petugas dengan mata yang basah. Ia memohon dan membela diri dengan panik. "Ben, dia menjebakku, dia hanya pura-pura lemah. Dia berniat merebutmu dariku. Serta papa dan mamaku juga. Semua ini adalah bagian dari rencana dia."
Ben menatap kedua polisi itu, wajahnya tegang. Ia menunduk sejenak menahan amarah, lalu menatap Viona. "Bawa dia pergi, atas tuduhan percobaan pembunuhan," perintah Ben pada dua polisi itu, suaranya tegas dan pasti.
Polisi saling bertukar pandang, kemudian mendekat untuk menahan Viona dengan gerakan profesional. Di tengah kekacauan itu, Ben tetap di sisi Moon—menggenggam tangan gadis itu, menahan darah yang mengalir, memastikan ia aman.
Ben menggendong Moon keluar dari apartemen itu. Langkahnya cepat namun hati-hati, seolah tak ingin mengguncang tubuhnya yang masih lemah. Di belakang mereka, dua polisi menarik Viona keluar sambil menahan tangan wanita itu.
Moon menatap pemandangan itu dengan pandangan kosong yang pelan-pelan mengeras. Di dadanya berputar bisik-bisik kegelapan yang selama ini tercekat."Viona Lu, di kehidupan sebelumnya kau membunuh nenekku, Ben dan aku. Setelah aku diberi kesempatan hidup kembali, aku mengunakan caraku untuk membalasmu. Aku biarkan Ben menyingkirkanmu. Melihatmu diusir, ditinggalkan, dan ditahan ... itulah kepuasan terbesarku."
makin seru😍..
dobel up