"Apa kabar, istriku? I’m back, Sanaya Sastra."
Suara dingin pria dari balik telepon membuat tubuh Naya membeku.
Ilham Adinata.
Tangannya refleks menahan perut yang sedikit membuncit. Dosen muda yang dulu memaksa menikahinya, menghancurkan hidupnya, hingga membuatnya hamil… kini kembali setelah bebas dari penjara.
Padahal belum ada seumur jagung pria itu ditahan.
Naya tahu, pria itu tidak akan pernah berhenti. Ia bisa lari sejauh apa pun, tapi bayangan Ilham selalu menemukan jalannya.
Bagaimana ia melindungi dirinya… dan bayi yang belum lahir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Regazz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 Teror Ilham
Bab 11 Teror Ilham
•••
Sesampai di rumah kos nya. Naya langsung menjatuhkan dirinya di ruang tengah, menjatuhkan dirinya diatas sofa empuk.
"Kenapa sih kamu, Kak?" tanya Viola langsung duduk disamping Naya sembari melepas jilbabnya.
Naya hanya diam, ia memijit pelipisnya.
"Ada apa sih?!" tanya Sita keluar dari bilik kamar kosnya. Ia heran melihat Naya yang sedang memijit kepala di bantu oleh Viola.
"Ini nih kak, Kak Naya tadi hampir aja nabrak pembatas jalan." adu Viola.
Sita langsung duduk disamping Naya, ia memperhatikan wajah Naya yang nampak pucat.
"Ahh, biasa nih. Cuma hilang fokus karna menahan rindu sama suaminya. Iya, kan Nay?" goda Sita.
Naya seketika membuka matanya. Ia tak terima dengan ucapan Sita.
Dia? Menahan rindu untuk dosen gila itu?
Yang ada dia stress setiap hari karna pria itu.
"Apa hubungannya?" protes Naya.
"Nah, kan. Dia langsung protes, berarti tandanya bener." jawab Sita lagi.
Viola ikut tersenyum, "apa iya, kak? Makanya jangan LDR-an lama-lama, kan jadinya begini..."
"Udah ah, aku mau masuk ke kamar!" Naya sedikit kesal. Namun, ia masih mendengar tawa Sita dan Viola dari ruang tengah.
Naya didalam kamar kosnya mulai ngedumel seorang diri. Ia langsung mengganti pakaiannya dengan daster sedehana berlengan panjang.
"Menyebalkan. Aku berharap semoga saja pria itu menghilang dari muka bumi ini saja. Aku muak!" gumam Naya terus mengomel sendirian.
Kruuukk~
Ia mulai lapar lagi.
Ya, ia lapar lagi bahkan setelah sudah makan siang di kampus tadi.
•••
Terlihat dalam sebuah kamar terlihat begitu banyak sekali foto-foto wanita cantik yang menempel di dinding. Begitu banyak, mungkin jumlahnya bisa ribuan lebih.
Foto wanita bernama Sanaya Sastra dengan berbagai sudut dan ekspresi yang berbeda.
"Astaga Ilham..."lirih Ibu Novi yang sedang duduk tepat di depan dinding berwarna putih tersebut.
Ibu Novi hanya sendirian didalam ruangan itu. Yap, ia sedang berada di dalam apartemen milik putranya. Masuk secara diam-diam tanpa diketahui oleh Ilham sama sekali.
Hingga ia mendengar keributan diluar kamar tersebut.
Lebih tepatnya teriakan. Ia tau suara itu. Ia pun segera keluar bersamaan dengan Ilham yang membuka pintu tersebut secara lebar dengan wajah marah.
"NGAPAIN MAMA DISINI!" bentaknya tidak senang.
Ibu Novi berusaha tersenyum ramah. "Putra mama yang tampan ternyata sudah pulang. Gimana mengajar di kampusnya, sayang?" Ia berusaha membelai rambut putranya tersebut. Namun, langsung ditepis oleh Ilham dengan tatapan tidak suka.
"Aku tidak suka Mama disini. Untuk apa Mama masuk kedalam kamarku tanpa ijin?!"
Ilham nampak gelisah, ia menatap ke sekeliling kamarnya. Mencoba mencari apakah ada yang bilang. Termasuk, foto Naya yang terpampang di dinding.
"Tidak kok. Mama hanya mengunjungi dirimu saja." balas Ibu Novi santai.
Ilham menghela napas.
"Lain kali jangan pernah masuk ke apartemenku tanpa seijin ku lagi." tegas Ilham. Ia langsung menarik tangan Ibu Novi dengan lembut dan membawanya keluar kamarnya.
Ilham sama sekali tidak suka jika ada seseorang yang mengusik kehidupan pribadinya, meskipun itu adalah Ibu kandungnya sendiri.
Kini, Ilham duduk di sofa berhadapan dengan Ibu Novi. Bagaikan pinang di belah dua, Ibu dan anak putranya itu duduk dengan elegan dan terkesan sombong. Bahkan, tatapan mata yang sama tajamnya.
Ilham mulai menghidupkan sebatang rokoknya.
"Ilham apa kamu tidak lelah menjadi Dosen, sayang? Kembalilah dan urus Perusahaan kita dan bisnis lainnya." pinta Ibu Novi.
Ilham menghembuskan asap rokok tersebut keatas dengan santainya. Bahkan, kini kedua tangannya sudah bertumpu di sofa. Ia duduk layaknya seorang bos. Seorang pelayan langsung menyediakan minuman di hadapan mereka.
"Aku tidak mau."
"Tapi, sayang. Siapa lagi yang bisa membantu Mama kalau bukan kamu."
"Aku tidak mau."
"Mama akan mencari gadis itu untuk kamu."
"Dia sudah ketemu."
"Apa?!" kaget Ibu Novi saat mengetahui Ilham sudah menemukan Naya.
"Dimana?" Wanita paruh baya itu begitu penasaran sekali.
"Tidak akan ku beritahu." jawaban Ilham begitu singkat sekali.
Ibu Novi hanya menarik napas dan menghembuskannya dengan perlahan.
"Malam ini ada relasi bisnis perusahaan kita. Mama mohon kamu datang." tegas Ibu Novi langsung berdiri.
"Baik aku akan datang." jawab Ilham.
Ibu Novi yang awalnya berhenti, kemudian melanjutkan lagi langkah kakinya. Sebagian seorang Ibu ia juga bingung dengan watak putranya. Kadang begitu manis padanya, dan kadang juga begitu kejam.
Pintu apartemen tertutup, hanya meninggalkan Ilham dengan seringai nya. Di dalam kepalanya kini hanya ada Naya seorang. Ia mengigit ujung rokok tersebut.
"Sepertinya aku harus melakukan sesuatu besok hehehe..."
•••
Untuk mengisi waktu kosong, Naya bersama dengan teman satu kosnya kini sedang menonton drama di laptop Viola.
Mereka sedang menonton drama korea terbaru yaitu bon appetit, your majesty.
"Pesona Raja Tiran memang tak terkalahkan." puji Viola yang nampak antusias sekali.
Naya dan Sita juga menonton dengan penuh serius dan antusias sekali. Sudah lama ia tidak sesantai ini menonton drama.
Ia jadi membayangkan, kenapa kehidupannya tidak semulus seperti drama-drama. Berkenalan dengan pria baik, menikah dan punya anak. Bukan, seperti sekarang ini. Ia bahkan harus lari sembari menyembunyikan kandungannya dari Dosen gila seperti Ilham.
Ini melelahkan sekali
Sedang asyik menelpon, Naya mendapatkan sebuah pesan dari nomor asing. Ia pun langsung membukanya. +62813XXXX : Meski, pakai cadar sekalipun. Pesonamu tidak akan luntur istriku.
Sontak Naya langsung menjatuhkan ponselnya karna kaget bukan main. Tiba-tiba ia jadi sesak napas.
Viola dan Sita yang sedang duduk di depannya, tidak menyadari ekspresi Naya yang kini berubah jadi takut.
'Dia tau aku pakai cadar?' batin Naya.
Keringatnya mulai panas dingin. Ia nampak gelisah.
'Tentu saja dia tau, Naya.' suara lain muncul di kepala Naya.
Rasa panik membuat dirinya langsung berdiri. "Mau kemana Nay?" tanya Sita.
Viola juga melihat Naya.
"Aku tidur duluan ya...entah kenapa jadi capek banget, nih." bohong Naya dengan mengelus perutnya yang tidak terlalu buncit.
Sita dan Viola yang paham langsung mengiyakan.
"Tidur yang nyenyak, ya." ujar mereka memberikan semangat.
Naya tersenyum tipis dan langsung masuk kedalam kamar. Viola dan Sita sejenak saling tatap.
"Kayaknya betul deh, Kak Naya capek. Lihat aja tuh keringet di dahinya jelas banget." bisik Viola.
"Sebenarnya aku juga kasihan sama dia. Masih muda tapi udah LDR-an jauh sama suaminya." bisik Sita lagi.
Didalam kamar, Naya merosotkan dirinya di balik pintu kamar. Ia kembali membaca pesan masuk tersebut.
+62813XXX : Apa masih semangat main petak umpetnya?
Naya yang ketakutan langsung mengambil kartu SIM dalam ponselnya dan langsung membuangnya ke luar jendela. Rasanya ia ingin teriak saat ini juga.
•••
Esok harinya di kampus.
Matanya nampak bengkak, ia tidak bisa tidur pulas semalaman. Ia tidur tetapi kemudian bangun lagi. Karna teror dari Ilham ia jadi begini.
"Kamu kenapa Nay? Kayak lelah begitu?" tanya Hayu jadi cemas melirik ke belakang.
"Aku gak apa-apa kok, cuma kurang tidur aja."
"Trus, kenapa gak libur aja hari ini?"
"Hari ini kan ada ulangan dari Bu Siska." jelas Naya. Sebenarnya, ia juga ingin libur andai saja tidak ada ulangan hari ini. Hayu hanya mengangguk mengiyakan.
Namun, Dosen yang ditunggu tidak kunjung datang. Malah yang datang adalah Ilham. Ia menggantikan Ibu Siska pagi hari ini.
"Pasti semuanya!" sapanya ramah. Seluruh mahasiswa/i membalas dengan ramah. Berbeda dengan Naya yang menyumpah serapah salam hati. Kenapa pria itu muncul lagi di dalam kelasnya.
"Karna Ibu Siska berhalangan hadir. Saya yang akan menggantikan beliau hari ini. Kata beliau kalian hari ini ada ulangan, kan?" tanya Ilham membetulkan letak kacamatanya. Namun, mata tajamnya terus menatap Naya.
Ya, Naya.
Naya lagi-lagi menundukkan kepalanya.
"Yah, Pak. Bisa gak, nggak usah ulangan hari ini." protes lainnya.
Ilham tersenyum menatap seluruh siswa, matanya terus menatap Naya lagi.
"Boleh saja. Asalkan kalian bilang langsung sama Ibu Siska langsung." jelas Ilham.
"Yah!" para mahasiswa semakin mengeluh.
•••
Ulangan pun berlangsung dengan tenang. Sesekali, Ilham berkeliling melihat beberapa mahasiswa yang sibuk mengerjakan ulangan.
Matanya selalu sibuk menatap Naya. Naya yang sedari terus menunduk. Ia hanya fokus menatap kertas di hadapannya.
Naya bisa merasakan Ilham yang mendekat kearahnya.
Naya sama sekali tidak bisa fokus.
'Sebenarnya dia tau aku atau tidak sih?' batin Naya begitu bimbang.
'Kenapa aku merasa dia tau, tapi pura-pura tidak tau.'batin Naya lagi.
Hingga tangan Ilham tanpa sengaja, atau memang sengaja menyentuh punggung tangannya.
Naya langsung mengangkat wajahnya menatap Ilham.
"Oops...sorry." senyuman menyeringai muncul di bibir itu.
To be continue...
aku tunggu up nya dari pagi maa Syaa Allah 🤭 sampai malam ini blm muncul 😁
kira-kira itu pak dosen gila ngapain krmh ibu Yanti 🤔