Setelah di selingkuhi oleh sang suami, Jeselyn Angelina bersumpah tidak mau berhubungan lagi dengan keluarga mantan suaminya. Namun malam naas terjadi dimana ia di perkosa oleh mantan kakak iparnya yang sudah memiliki istri, membuatnya hamil di luar nikah.
Apakah Jesi mau menjadi orang ketiga di antara hubungan mantan kakak ipar dan istrinya?
Atau Jesi harus berjuang membesarkan anaknya sendiri? Ikuti dan dukung kisahnya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SAMA SAMA MENAWARKAN SYARAT
Huek... Huek...
Pagi ini Jesi tak henti hentinya muntah muntah. Bu Laras sampai tidak tega melihat Jesi yang sudah mulai pucat dan lemas.
" Ya ampun Jesi, kenapa kamu tidak henti hentinya muntah? Ibu jadi bingung nak kalau seperti ini. Ibu khawatir kamu kenapa napa nak." Ujar bu Laras sambil memijat tengkuk Jesi.
Huek... Huek...
Jesi terus muntah, keringat dingin membanjiri keningnya. Kepalanya berdenyut nyeri, pandangannya mulai kabur sampai tiba tiba...
Bruk...
" Jesi!!!!!" Teriak bu Laras ketika tubuh Jesi ambruk ke lantai.
Bu Laras nampak kebingungan, suaminya sudah pergi bekerja. Mau membawa Jesi ke rumah sakit, ia tidak bisa mengendarai motor. Mau meminta pertolongan tetangga, kalau pagi begini tetangganya pada bekerja. Ia tidak tahu harus bagaimana.
" Ya Tuhan aku harus bagaimana? Siapa yang bisa aku mintai bantuan?" Bu Laras nampak kebingungan.
" Andra, aku harus telepon Andra. Siapa tahu dia bisa membantuku." Akhirnya ia menelepon Andra.
Tut.. Tut.. Tut..
Andra yang sedang sarapan bersama Raya menatap layar ponselnya yang menyala.
" Siapa?" Tanya Raya menatap suaminya.
" Ibunya Jesi." Sahut Andra. Khawatir ada sesuatu yang penting, Andra segera mengangkatnya.
" Halo bu."
" Andra, maaf kalau ibu harus menelponmu. Jesi pingsan setelah muntah tidak henti henti nak. Ibu bingung harus gimana."
" Apa??? Jesi pingsan bu." Andra langsung beranjak dari kursinya. " Saya akan telepon ambulan dari sini, tolong ibu bawa Jesi ke rumah sakit dulu. Nanti saya akan ke sana. Mungkin sore saya sampai sana bu." Ucap Andra.
" Baiklah nak Andra, ibu tunggu. Terima kasih." Bu Laras mematikan teleponnya.
" Kamu kelihatannya begitu khawatir dengan Jesi." Cibir Raya.
" Bagaimana aku tidak khawatir Raya? Jesi seperti ini karena aku. Karena kecerobohanku hingga membuat Jesi menderita seperti ini." Sahut Andra. Ia kembali duduk di kursinya menatap Raya, " Kamu sendiri tahu bagaimana menderitanya wanita yang sedang hamil bukan? Bahkan sampai sekarang kamu tidak mau hamil hanya karena alasan itu. Apa kamu tidak bersimpati dengan keadaan Jesi saat ini? Yang Jesi kandung anakku, darah dagingku yang mungkin akan menjadi anak tiri kamu. Selama ini hubungan kamu dengan Jesi juga baik, kamu terlihat perhatian sama dia. Apa sekarang rasa simpati itu sudah tidak ada di dalam hati kamu? Jesi sudah menderita dengan mengandung anak itu, apa kamu tega menambah penderitaannya dengan melihat dia di hina bahkan di olok olok orang lain karena hamil tanpa suami? Aku mohon, pikir kan lah Raya! Kalian sama sama wanita, seharusnya kamu bisa lebih memahami dirinya daripada aku." Ujar Andra.
Andra benar, selama ini Raya menjalin hubungan baik dengan Jesi meski tidak terlalu dekat. Raya sering mengajak Jesi bepergian jika ia sedang pulang ke kampung halaman Andra. Andra punya bisnis cafe dan eatery yang lumayan terkenal di kampungnya, itu sebabnya ia sering pulang ke kampung halamannya untuk melihat perkembangan cafe yang baru ia buka.
" Aku memang bersimpati atas apa yang menimpa Jesi. Tapi jika untuk berbagi, rasanya aku tidak mau. Aku tidak siap kehilangan kamu apalagi cinta kamu Ndra. Yang boleh kamu. cintai hanya aku." Ucap Raya. Ia tidak setega itu kepada Jesi. Ia bisa membayangkan apa yang Jesi alami saat ini. Mungkin jika menjadi Jesi, ia tidak akan sanggup menjalaninya. Tapi mau bagaimana lagi? Akan sangat sulit mencari pria penurut seperti Andra di dunia ini.
" Cinta?" Andra menatap Raya, Raya menganggukkan kepala.
" Apa kamu pikir aku menikahi Jesi karena cinta, begitu?" Lagi lagi Raya menganggukkan kepalanya.
" Tidak Raya, aku menikahi Jesi karena aku harus bertanggung jawab kepadanya. Selain itu, jujur aku juga menginginkan anak itu. Kalau aku tidak menikahi Jesi, aku khawatir Jesi akan menggugurkan kandungan itu. Sudah lama aku berharap menjadi seorang ayah, sedangkan kamu selalu belum siap memberikannya kepadaku Raya." Ujar Andra. Ia tidak tahu apa yang dia katakan, yang jelas ia harus bisa menyakinkan Raya agar Raya menyetujui pernikahan keduanya.
" Aku tidak mau punya anak Ndra, tahun depan aku di promosikan sebagai model majalah di negara A. Itu impianku selama ini, dan aku tidak mau impianku hancur karena seorang anak. Badanku pasti akan melar setelah melahirkan, tubuhku tidak akan berbentuk lagi. Belum lagi masa masa ngidam yang begitu menyiksa. Oh my god, aku tidak mau sampai itu terjadi. Bisa bisa hancur karierku Ndra. Lagian tidak punya anak juga tidak apa apa. Toh kita sama sama sibuk, kalau punya anak siapa yang mau mengurusnya." Ujar Raya. Ya, Raya bekerja di dunia modeling. Namun tidak seperti model lainnya, ia pilih pilih jika ada tawaran kerja masuk karena Andra juga membatasi pekerjaannya. Paling ia akan mengambil job dengan bayaran paling mahal. Jadi ia tidak sesibuk para model lainnya.
" Maka dari itu, biarkan aku mendapatkannya dari Jesi. Lagian semua sudah terlanjur. Aku akan menjadi seorang ayah dari anaknya Jesi. Kalau kamu mengijinkan aku menikahi Jesi, aku tidak akan membatasi pekerjaanmu lagi. Kamu bisa mengambil kontrak sesuai yang kamu mau." Ucap Andra kehabisan akal untuk membujuk Raya.
" Benarkah?" Tanya Raya menatap Andra.
" Tentu." Sahut Andra.
" Apa kamu bisa berjanji kalau kamu tidak akan jatuh cinta padanya Ndra?" Selidik Raya.
" Aku akan berusaha untuk tetap menjaga cinta ini hanya untukmu." Sahut Andra. " Tapi jangan halangi aku untuk memberikan perhatian dan kasih sayangku untuk calon anakku dan Jesi." Lanjut Andra.
Raya nampak menimbang nimbang keputusannya. Ia tidak khawatir Andra berpaling darinya karena ia yakin Andra sangat patuh dan sangat mencintainya. Yang ia pikirkan adalah kontrak kerja dengan bebas. Itu artinya ia bisa mengepakkan sayapnya selebar dunia.
" Bagaimana Raya?" Tanya Andra menatap Raya.
" Baiklah akan aku ijinkan kamu menikahi Jesi." Andra bersorak dalam hati mendengar jawaban Raya.
" Tapi ada beberapa syarat yang harus kamu penuhi." Imbuh Raya membuat jantung Andra seperti berhenti berdetak.
" A.. Apa itu?" Tanya Andra memastikan.
" Yang pertama, aku tidak mau Jesi tinggal di sini. Terserah dia mau tinggal dimana." Ucap Raya.
" Jesi akan tetap di sana, dia akan kembali menempati rumahku yang ada di sana. Dengan begitu ibunya bisa menjaga Jesi selama aku di sini." Sahut Andra.
" Terserah lah itu, kamu atur aja." Sahut Raya. " Yang kedua, setelah anak itu lahir, anak itu akan menjadi milikku."
Deg..
Jantung Andra terasa berhenti berdetak. " A.. Apa maksudmu Raya?" Tanya Andra.
" Ya setelah Jesi melahirkan, kamu harus menceraikan dia. Dan aku akan membawa bayinya bersamaku."
" Kamu saja tidak mau memiliki anak sendiri, lalu kenapa kamu mau mengurus anakku dan Jesi? Sebenarnya apa yang kamu rencanakan Raya?" Ujar Andra.
" Aku akan membayar babby sister untuk mengurus bayinya. Dengan begitu kamu bisa sewaktu waktu melihat anak itu tanpa menemui Jesi, mudah kan." Ujar Raya.
" Kamu tega memisahkan ibu dari anaknya? Bagaimana kalau hal itu terjadi padamu Raya? Please! Jangan persulit Jesi. Dia korban di sini. Jangan tambah penderitaannya!" Ucap Andra.
" Ya terserah. Keputusan ada di tangan kamu." Sahut Raya.
Andra nampak berpikir keras untuk memecahkan masalah ini.
" Tidak apa apa, aku iyakan saja. Toh tidak ada bukti hitam di atas putih. Setelah anak itu lahir, aku akan kembali membujuk Raya. Aku yakin, setelah dia melihat anak itu, hatinya pasti akan terketuk. Dia tidak suka anak kecil, otomatis dia tidak akan suka dengan anakku dan Jesi." Batin Andra menemui jalan buntu.
" Bagaimana? Apa kamu setuju dengan syaratku?" Tanya Raya menatap Andra.
Andra menghela nafasnya pelan, " Baiklah aku setuju." Sahut Andra lemah. Apapun yang akan terjadi nanti akan ia pikirkan nanti. Yang jelas sekarang, ia harus memikirkan nasib Jesi dan calon anaknya.
" Ingat kamu harus menepati janjimu. Kamu tidak akan jatuh cinta sama Jesi. Dan kamu tidak boleh sering sering ke sana. Tetaplah bersikap seperti sebelumnya meskipun nanti dia sudah jadi istri kamu." Ucap Raya.
" Sesuai keinginanmu, terima kasih sudah memberikan restu kepada kami. Aku akan berangkat ke sana sekarang, aku harus melihat kondisi Jesi."
" Aku ikut."
TBC...
💪💪❤️❤️
*munafik
saat novel suami selingkuh kau laknat habis habis tapi saat novel istri selingkuh kau bela dan kau benarkan
ini lah dari dulu aku bilang semua orang bisa berkarya saat wanita baik2 berkarya mereka akan buat novel suami atau istri selingkuh dan mereka akan melaknat perselingkuhan itu
saat wanita murahan tukang selingkuh buat novel mereka akan membuat novel perselingkuhan dan mereka akan membela perselingkuhan itu
dan saat wanita munafik dan murahan tukang selingkuh buat novel, saat mereka buat novel suami selingkuh dia akan laknat tapi saat mereka buat novel istri selingkuh dia akan bela dan benarkan dan jelas cerminan diri nya sendiri
jadi jelaskan author dari novel mu kau termasuk yang mana
aku bukan jijik baca novel mu tapi aku jijik dengan pola pikir munafik mu dalam membuat novel