NovelToon NovelToon
The Price Of Affair

The Price Of Affair

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Pelakor / Suami Tak Berguna
Popularitas:9.4k
Nilai: 4.9
Nama Author: Maple_Latte

Sinopsis

Arumi Nadine, seorang wanita cerdas dan lembut, menjalani rumah tangga yang dia yakini bahagia bersama Hans, pria yang selama ini ia percayai sepenuh hati. Namun segalanya runtuh ketika Arumi memergoki suaminya berselingkuh.

Namun setelah perceraiannya dengan Hans, takdir justru mempertemukannya dengan seorang pria asing dalam situasi yang tidak terduga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab: 30

Dalam perjalanan menuju klinik, suasana di dalam mobil sempat hening cukup lama. Hanya suara mesin dan hembusan AC yang terdengar samar. Hilda sesekali melirik ke arah Arumi yang duduk bersandar di jok depan dengan mata terpejam, seolah menahan rasa tidak nyaman di perutnya.

Begitu tiba di klinik, Hilda langsung turun lebih dulu dan membuka pintu untuk Arumi.

"Ayo, pelan-pelan. Aku sudah daftarin kamu tadi lewat telepon," ucap Hilda sambil merangkul bahu sahabatnya.

Mereka langsung menuju ruang pemeriksaan setelah menunggu beberapa menit. Dokter wanita paruh baya menyambut mereka dengan ramah.

"Ada keluhan apa, Mbak Arumi?" tanya dokter sambil membuka catatan.

"Dia mual kalau cium bau makanan, terutama nasi hangat. Pagi belum makan, sekarang siang makin pucat," jelas Hilda.

Dokter mengangguk, lalu memulai pemeriksaan standar. Detak jantung, tekanan darah, kemudian bertanya beberapa hal terkait siklus haid terakhir. Arumi tampak ragu saat menjawab.

"Terakhir itu, sekitar akhir bulan lalu. Tapi memang belum haid bulan ini," jawab Arumi pelan, sedikit bingung menghitung.

Dokter tersenyum kecil. "Kita coba tes urin dulu ya, untuk memastikan."

Dokter menyodorkan alat tes keperluan urin, lalu mengarahkan Arumi ke toilet kecil di dalam ruang periksa.

"Silakan ke sana, nanti hasilnya kita baca bersama ya," ujar dokter dengan nada tenang dan ramah.

Arumi mengangguk pelan, mengambil alat tes itu dengan tangan sedikit gemetar. Hilda menatapnya penuh dukungan, hanya memberi anggukan kecil dan senyum menenangkan.

Beberapa menit kemudian, Arumi keluar dari toilet dengan wajah sulit dibaca. Ia menyerahkan alat tes itu kepada perawat, lalu kembali duduk di samping Hilda.

Tak butuh waktu lama, dokter memeriksa hasilnya dan mengangguk pelan. Senyumnya tetap hangat, tapi kali ini sedikit lebih serius.

Beberapa menit kemudian, hasil tes keluar.

"Selamat, Bu Arumi, Anda hamil. Usia kandungan kira-kira dua minggu."

Arumi terdiam. Matanya membelalak pelan. Jantungnya berdegup cepat, seperti tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

"Ha....hamil?" gumamnya lirih.

Hilda yang duduk di samping langsung mencengkeram tangan Arumi, matanya berkaca-kaca. "Rum, kamu hamil?" bisiknya.

Dokter mengangguk. "Iya, positif. Selamat ya." Ucap Dokter.

Arumi masih terpaku, seolah pikirannya tertinggal jauh di belakang kenyataan yang baru saja diumumkan. Tangannya gemetar kecil saat ia menyentuh perutnya yang masih rata. Dua minggu? Bagaimana mungkin? Ia bahkan belum sepenuhnya yakin dengan hidupnya sendiri belakangan ini, dan kini… ada nyawa lain tumbuh di dalam dirinya?

“Kalau tidak keberatan, saya akan langsung lakukan USG untuk melihat kondisi awal ya, Bu Arumi. Biar kita pastikan semuanya baik-baik saja,” ucap dokter dengan nada lembut, membuyarkan lamunan Arumi.

Dengan bantuan perawat, Arumi diarahkan ke ranjang pemeriksaan. Hilda tetap berada di sisi sahabatnya, menggenggam tangan Arumi dengan kuat, berusaha menyalurkan kekuatan lewat sentuhan itu.

Gel dingin menyentuh perut bagian bawah Arumi, membuatnya sedikit meringis. Dokter mengarahkan alat transduser ke atas kulitnya dan mulai menggerakkannya perlahan. Di layar monitor, tampak gambar hitam putih bergerak samar.

“Ini kantung kehamilannya,” ujar dokter sambil menunjuk ke layar. “Masih sangat kecil, sesuai dengan usia dua minggu. Tapi ini kabar baik, semuanya tampak normal sejauh ini.”

Arumi menatap layar itu dalam diam. Sebuah titik kecil, hampir tak terlihat, tapi nyata. Itu anaknya, anak dari dirinya dan pria itu, hasil cinta satu malam yang tidak di sengaja.

Air mata menggenang di matanya, tapi bukan hanya karena haru. Perasaan itu campur aduk, antara terkejut, takut, dan entah kenapa, kesedihan yang samar ikut menyeruak.

Hilda membungkuk dan memeluk Arumi dari sisi ranjang. “Rum, ini keajaiban, Kamu akan jadi ibu,” bisiknya.

Arumi hanya diam.

Dokter memberikan beberapa instruksi tentang asupan gizi, larangan aktivitas berat, dan vitamin yang harus dikonsumsi. Setelah pemeriksaan selesai, Arumi duduk kembali di ruang tunggu sambil memegang hasil USG di tangan. Hilda duduk di sebelahnya, masih diam, memberi ruang bagi Arumi mencerna semua ini.

Setelah mengucapkan terima kasih kepada dokter dan mengambil hasil pemeriksaan dari bagian administrasi, Arumi dan Hilda melangkah keluar dari klinik. Sinar matahari menyambut mereka, hangat dan sedikit menyilaukan. Langkah Arumi terasa sedikit goyah, bukan karena fisik yang lelah, tapi karena pikirannya masih belum sepenuhnya bisa menerima kenyataan yang baru saja disampaikan.

Mereka masuk ke dalam mobil, dan Hilda segera menyalakan mesin lalu menurunkan suhu AC. Sesaat tak ada yang bicara. Arumi menatap kosong ke depan, memegangi hasil pemeriksaan yang tadi diberikan dokter. Tangannya sedikit gemetar.

"Aku, benar-benar hamil, Hil." bisiknya akhirnya, seperti masih belum percaya.

Hilda menoleh, menatap sahabatnya dengan penuh empati. "Iya, Rum. Kamu hamil." Suaranya pelan namun pasti. Ia menyentuh tangan Arumi yang memegang amplop putih itu. "Kamu bawa nyawa kecil sekarang. Di dalam kamu, ada kehidupan."

Arumi memejamkan mata, menarik napas panjang. Tenggorokannya tercekat. Bukan hanya karena kaget, tapi karena perasaan campur aduk yang menyerbu, takut, bingung, haru, bahkan, sedih.

"Tapi aku harus gimana? Aku bahkan nggak tahu wajah ayahnya." Kata Arumi.

Hilda menoleh cepat, lalu tanpa banyak bicara, meminggirkan mobilnya dan berhenti di sisi jalan yang cukup sepi. Deru mesin perlahan mati, digantikan keheningan yang hanya diisi oleh detak jam dan tarikan napas mereka.

"Terus, kamu mau gugurin?" tanya Hilda serius, menatap Arumi penuh tekanan.

"Gila, ya enggaklah, Hil," sahut Arumi cepat, hampir tersinggung. "Dulu waktu sama Hansel, aku sampai berdoa tiap malam supaya dikasih anak. Masa sekarang, pas Tuhan akhirnya kasih, malah mau aku buang?"

Ia menarik napas panjang, mencoba meredam emosi yang muncul bersamaan dengan rasa mual yang belum sepenuhnya reda.

"Bodoh amat aku nggak tahu siapa bapaknya. Aku bakal jaga anak ini, Hil," lanjutnya, suaranya tegas, nyaris bergetar.

Hilda tersenyum kecil, lega mendengar ketegasan itu. "Nah, gitu dong. Tenang aja. Ada Bundanya yang bakal bantu jagain juga, kok."

Arumi mengernyit, lalu menatap Hilda dari atas ke bawah. "Bunda? Nggak salah?"

"Kenapa? Emangnya salah?"

"Rada aneh aja sih, Hil..."

Hilda mengangkat alis, pura-pura tersinggung. "Iya juga sih. Masa cewek seseksi aku dipanggil bunda?"

Mereka saling berpandangan sejenak sebelum akhirnya tertawa bersamaan. Suasana yang sempat tegang dan berat tadi perlahan mencair, digantikan tawa ringan yang hangat. Di dalam mobil yang terparkir di pinggir jalan itu, dua sahabat kembali saling menguatkan, seperti biasa, dalam suka, duka, dan kini, kejutan tak terduga.

Arumi masih tertawa kecil ketika Hilda kembali menyalakan mesin mobil dan melajukan kendaraan mereka pelan. Jalanan sore itu ramai, tapi suara tawa mereka seolah jadi ruang tenang di tengah hiruk-pikuk kota.

*******

Support author dengan like, komen dan vote cerita ini ya, biar author semangat up-nya. Terima kasih....

1
Cucu Siti Hodijah
arumi bodoh, selingkuh itu penyakit pasti bakal diulang lg
ima s
bagus
Hanny
Aduhhhhhh seru thor. nex thor
Nurul Boed
Jangan² hansel yang mandul 🧐🧐
Waryu Rahman
betul kk..aku juga pas baca kok nyambung nya ke KAI.. GK cocok kayanya
Maple latte: Terima kasih atas pengertiannya kak❤️❤️❤️
total 1 replies
Yunita aristya
padahal sudah cocok Lo kak😁
Maple latte: Maaf karna mengecewakan ya kak🙏🙏🙏
total 1 replies
WOelan WoeLin
mungkin cerita KAI bisa dipisah jadi cerita sendiri
smangat terus thor 💪💪💪
Maple latte: Terima kasih atas pengertiannya kak ❤️❤️❤️❤️
Ben Aben: Setuju kak
total 2 replies
Nana Colen
nah betul orang seperti harus digituin 🤣🤣🤣
Yunita aristya
ternyata Maya meninggal
Eris Fitriana
Arumi ajakin jdi model aja Hil... biar Arumi jadi bintang yang terang... dan nanti ketemu pagi sama Kai...🤩🤩😍😍
Eris Fitriana
Aaah sukanyaa ternyata ada Irish, Ethan dan Kai... Wiiih Arumi calon nyonya Kai dong... mantaf Thor lanjuuuttttt...😍😍😘😘
WOelan WoeLin
next kak
Nurul Boed: Good Arumi,, Cukup sekali mengalah 😍😍
total 1 replies
Nurul Boed
wah wah ternyata masih ada hubungan dngn novel sebelumnya,, wah kirain sma maya

gpp lah lepas dari hansel
ketemu kai... Arumi menang banyakkkkk 😍😍😍😍
Yunita aristya
kirain kai sama Maya , wah gimana nasib Maya sama Nita thor
WOelan WoeLin
lanjut thor 💪💪💪
Waryu Rahman
part nya kurang panjang
WOelan WoeLin
lagi kak
Hanny Bund
kok dobel Thor part ini
WOelan WoeLin
lagi kak
WOelan WoeLin
next kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!