NovelToon NovelToon
Tertawan Diantara 2 Takdir

Tertawan Diantara 2 Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Poligami
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: Septi.sari

Lama menghilang bak tertelan bumi, rupanya Jesica, janda dari Bastian itu, kini dipersunting oleh pengusaha matang bernama Rasyid Faturahman.

Sama-sama bertemu dalam keadaan terpuruk di Madinah, Jesica mau menerima tunangan dari Rasyid. Hingga, tak ingin menunggu lama. Hanya berselisih 1 minggu, Rasyid mengitbah Jesica dipelataran Masjidil Haram.

Namun, siapa sangka jika Jesica hanya dijadikan Rasyid sebagai yang kedua.

Rasyid berhasil merobohkan dinding kepercayaan Jesica, dengan pemalsuan jatidiri yang sesungguhnya.

"Aku terpaksa menikahi Jesica, supaya dia dapat memberikan kita putra, Andini!" tekan Rasyid Faturahman.

"Aku tidak rela kamu madu, Mas!" Andini Maysaroh.

*

*

Lagi-lagi, Jesica kembali ketanah Surabaya. Tanah yang tak pernah ingin ia injak semenjak kejadian masa lalunya. Namun, takdir kembali membawanya kesana.

Pergi dalam keadaan berbadan dua, takdir malah mempertemukanya dengan seorang putra Kiyai. Pria yang pernah mengaguminya waktu lalu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Huda saat ini menuju ke kamarnya. Ia rupanya mengambil sebuah selimut tebal. Mengingat udara yang semakin dingin, jadi ia berinisiatif untuk memberikanya pada Jesica. Huda tahu, tubuh Ibu hamil pasti lebih sensitif.

Jesica menoleh, kala ada seseorang yang melingkarkan selimut pada pundaknya. "Mas Huda?" ia menatap selimut itu, kembali menatap pria dibelakangnya.

"Cuacanya sangat dingin. Jadi saya nggak tega lihat kamu meringkuk kedinginan," jawab Huda tersenyum hangat.

"Terimakasih, Mas Huda!" Jesica tersenyum simpul, merasakan kehangatan dari selimut coklat muda itu.

Setelah itu Huda berlalu kembali. Dan selang 5 menit, seketika tubuh Jesica kembali terasa gerah. Mungkin, ini yang dinamakan perubahan hormon ibu hamil, terkadang dingin, kadang juga gerah. Jesica kali ini melepas selimut tadi, dan berjalan keluar.

Entah dorongan dari mana, ia tampak tertarik ingin melihat hujan malam ini. Jesica berdiri diteras depan, sambil mengusap lengannya sendiri.

Namun, siapa yang menyangka ... Dari teras masjid, Rasyid dan Adnan yang sejak tadi masih berdiam karena terjebak hujan, kini Rasyid reflek mengedarkan pandangan. Dari jauh, samar-sama ia melihat seorang wanita yang tengah berdiri didepan rumah mewah, yang berada didalam gerbang pesantren itu.

Saking penasarannya, Rasyid kini sampai bangkit. 'Ya Allah ... Apa dia Jesica?'

Dan benar saja ... Di saat Jesica juga reflek menatap kearah Masjid disebrang jalan, kedua matanya terbuka lebar, kala pandanganya bertemu dengan tatapan mata Rasyid.

Degh!

'Mas Rasyid? Jadi benar, tadi mobilnya Mas Rasyid?' sontak saja, Jesica langsung melenggang masuk kedalam kembali.

Melihat itu, Rasyid segera turun. Ia menerobos derasnya hujan, sambil meneriaki nama istrinya. "Jesica ...."

Adnan tersentak melihat hal nekad yang Majikannya lakukan. "Aden ... Anda mau kemana? Duh ... Aden apa-apan sih. Saya takut kalau dia jadi gila," gerutu Adnan sambil ikut berlari juga.

Jesica masuk dan berpapasan dengan Huda. Ia langsung masuk kedalam kamar, serta mengunci kamar itu dengan tubuh bergetar kuat. Jantungnya kembali berpacu, takut jika Rasyid mengetahui keberadaannya.

"Jesica ... Sayang keluarlah! Mas tahu kamu ada didalam!" seru Rasyid yang sudah basah kuyup.

Huda kini keluar. Ia berdiri didepan pintu, "Maaf, bukanya Anda pria tadi? Untuk apa Anda teriak-teriak dirumah saya?"

"Saya melihat istri saya di teras ini. Saya mohon, biarkan saya bertemu dengan Jesica. Istri saya sedang mengandung, saya tidak tenang membiarkan dia hidup sendirian!" Rasyid masih mengedarkan pandanganya menelisik keadaan rumah didepannya.

Huda malah menutup pintu itu. "Disini tidak ada yang namanya Jesica! Anda mungkin sedikit mengigau. Pergilah dari sini, sebelum saya memanggil satpam diluar!"

"Den, ayo kita pulang! Anda sepertinya salah lihat," bisik Adnan merasa cemas.

"Nggak! Saya betul-betul melihat istri saya berdiri didepan sini!" Rasyid masih ngotot.

Adnan merasa pusing sendiri. Apalagi saat ini ia berada didalam pesantren. "Begini, Mas ... Maaf sebelumnya. Karena memang sudah 4 bulan Majikan saya pergi dari rumah. Kalau pun memang benar yang dilihat Aden saya, maka, mohon kerja samanya."

Sementara di dalam, Ester yang baru selesai dari kamar mandi, kini tampak memicing, kala melihat sahabatnya panik berdiri dibelakang pintu.

"Jes ... Ada apa?"

"Mas Rasyid ada didepan, Est! Dia melihatku saat aku diteras." Jesica kini berlalu menuju ranjang.

Ester membolakan mata. "Kok bisa, Jes? Emangnya dia darimana?" Ester kini mengambil gawainya untuk menghubungi Kenzi. "shh ... Kenzi kemana sih? Perasaan tadi diluar deh." desisnya.

Jesica mengarahkan dagunya kearah jendela, "Kamu lihat aja."

Begitu Ester menyibak jendela kamarnya, ia semakin tercengang kala melihat sang pengawal malah duduk mengobrol, sambil godain para santriwati yang lewat.

"Duh, si Kenzi itu ngapain sih disana. Mana ganjen banget pula," geram Ester yang masih menatap kearah tempat Kenzi.

Jesica terkekeh, darimana sahabatnya itu tau kata ganjen?! Beberapa hari di Indonesia, Ester bahkan sudah menguasai banyak kalimat absurd.

"Darimana kamu tahu kata ganjen?"

"Aku bukan orang kuno, Jes! Banyak di video-video yang ngomong kaya gitu. Sebentar deh, masalahnya bukan itu ... Aku takut, kalau Kenzi nanti malah lewat pintu depan masuknya. Bisa berabe dong kalau ketemu suamimu."

Jesica sontak bangkit. Wajahnya tegang kembali. Memang ada benarnya yang dikatakan sahabatnya itu.

Sementara diluar, meskipun Huda bersikukuh mengatakan jika tidak ada Jesica didalam, Rasyid juga tak kalah ngotot, yakin dengan penglihatannya tadi.

Sebuah mobil mewah berhenti dihalaman Ndalem. Kiyai Ismail baru saja turun, sambil merentangkan payung miliknya.

"Assalamualaikum, ada apa ini, Huda? Kenapa ada tamu dibiarkan diluar. Mana basah kuyup seperti ini." Kiyai Ismail menatap iba kearah dua pria asing yang saat ini tengah kedinginan.

"Walaikumsalam ...." Jawab mereka bersama.

"Maaf, saya datang karena saya tadi melihat ada istri saya berdiri diteras rumah ini, Pak!" Rasyid lebih dulu membuka suara.

Huda semakin ketar ketir. Apalagi, orang tuanya pasti tidak tahu keluarga Faturahman.

Kiyai Ismail mengernyit, ia kemudian mengajak kedua pria tadi untuk duduk terlebih dahulu.

"Huda ... Bilang sama Luroh, suruh buatan minuman hangat untuk tamu Abah!" Kiyai Ismail juga ikut duduk diteras.

Teras rumah itu sangat luas, karena sering kali dibuat untuk acara pengajian bersama. Terdapat sebuah karpet yang membentang, guna menyambut beberapa tamu yang datang.

"Maaf sebelumnya Nak, apa saya boleh tahu ... Siapa kalian ini. Dan dari mana asalnya?"

Rasyid menjawab, "Saya cucu Tuan Faturahman, pemilik pabrik kayu di Jatiraya! Dan tadi, pas saya mampir buat sholat, tidak sengaja saya melihat wanita yang mirip sekali dengan istri sedang berdiri diteras ini."

Sedikit besar, Kiyai Ismail sempat mendengar kisah keluarga Faturahman. Namun, ia juga tidak terlalu faham betul, siapa keluarga itu.

Melihat sang Kiyai sedikit berpikir, Rasyid lantas membuka gawainya.

"Maaf, ini foto istri saya. Namanya Jesica. Dia asli warga Singapore. Saya tidak tahu lagi mau cari istri saya dimana. Tapi saya yakin, jika tadi saya melihat dia ada dirumah ini!" Mata Rasyid memanas, hingga suaranya terdengar bergetar.

Deg!!!!

Kiyai Ismail membeku seketika. Jesica ternyata cucu menantu Faturahman. Dan ... Pria didepanya kini, rupanya dialah suami Jesica.

Wanita yang kini bersembunyi dibalik bangunan megah itu.

'Ya Allah ... Apa yang harus hamba katakan?! Berdosakan hamba, jika membohongi seorang suami yang berjuang mencari istrinya.'

Baru kali ini Kiyai Ismail dihantam pilihan yang begitu sulit.

Mbak Luroh sudah datang membawa dua cangkir teh hangat.

"Nak, diminum dulu!" kata Kiyai Ismail, agar kedua pria itu badanya lebih hangat.

Drttt ....

Tiba-tiba gawai Rasyid bergetar kuat. Nama sang Ibu tertera dibalik layar itu.

Rasyid menyingkir, dan langsung menerima panggilan itu. "Iya, ada apa, Bu?"

📞 "Rasyid, kamu ada dimana? Ini, Omamu dilarikan ke rumah sakit." suara Bu Hilma menahan cemas.

"Apa? Ya sudah, Bu. Ini Rasyid langsung kesana."

Rasyid kembali lagi. Ia terpaksa menghentikan pencariannya terhadap Jesica, karena sang Oma masuk ke rumah sakit.

"Saya permisi, Pak. Assalamualaikum ...." Rasyid dan Adnan langsung bergegas pergi dari sana.

Melihat kepergian dua pria tadi, perasaan Huda Yahya mendadak lega. Ia kini menghampiri Ayahnya yang masih terpaku menatap kearah depan.

1
evi carolin
hadeh keliatannya berat sebelah ni rasyid trlalu mengutamakan keluarga kasian kamu jesica walau gemana pun kamu pst banyak mengalah dan dikalahkan
Septi.sari: iya kak kasian 🤧🤧🤧
total 1 replies
Khoirun Nisa
lanjut ka
Septi.sari: syukron bintangnya kak🙏❤❤❤❤
total 1 replies
Nisa_Flour01
aku mampir nihh, jangan lupa di back ya Thor
Nisa_Flour01
aku bingung gimana jelasinnya. intinya semangat Thor. update lagi yaww

jangan lupa mampir dan react balik yaaa. thank you
Septi.sari: syukron kak nisa.🙏🙏🙏❤❤❤
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!